Rabu, 16 November 2011

Profil Lotus Elise 2011, Kapasitas Bukan Segalanya

Jakarta - Lotus Elise baru berusia 14 tahun sejak pertama diperkenalkan. Untuk ukuran manusia, umur segitu tentu gejolak jiwa muda sedang tinggi-tingginya. Pun dengan generasi Elise edisi 2011 yang diperkenalkan untuk publik Tanah Air (5/12) lalu.

Melihat spesifikasi mesin sempat terbersit keraguan apa yang bisa dilakukan mesin 1.600 cc untuk sebuah sportscar di tengah jiwa muda yang sedang bergejolak, tapi Elise generasi terbaru ini berhasil membuktikan bahwa kapasitas mesin bukan segalanya.

Mesin 1ZR-FAE berkapasasitas 1.598 cc yang dipasok oleh Toyota hanya menghasilkan tenaga 136 dk. Asalnya, mesin tipe ini hanya terpasang untuk Toyota Avensis untuk pasaran Inggris Raya, juga negara asal Lotus.

Toyota hanya memasok blok mesin sementara kinerjanya diatur oleh ECU Lotus seri T6. Kelebihannya sebagai sportscar, Elise hanya menghasilkan emisi rendah 149 CO2 untuk tiap kilometernya. Emisi serendah itu disaring oleh 3 way catalytic converter yang telah memenuhi standar emisi Euro 5, terbaik di kelasnya.

Jok ProBax terlihat tipis, tapi menopang dengan sempurna kalau-kalau kepala bergoyang akibat handling Elise yang sempurna (kiri). Mesin 1ZR-FAE yang dipasok Toyota, awal dari segala jenis gairah remaja Elise (kanan)
Ingat lagi kalau Elise adalah sportscar murni, dari lahir telah dirancang untuk memenuhi rasa penasaran penggemarnya. Kapasitas mesin yang tidak terlalu besar untuk ukuran sportscar disandingkan oleh bobot totalnya yang ringan.

Minus pengemudi tapi penuh bahan bakar, bobot Elise hanya 876 kg. Hasilnya, Elise sanggup menghasilkan power to weight ratio sebesar 0,16 dk/kg. Arti lain, untuk setiap 1 dk yang dihasilkan Elise hanya diperuntukkan beban sebesar 6,4 kg atau cukup 0,16 dk untuk menarik tiap kilogram bobot Elise.

Ngobrol panjang lebar dengan Christian Pauketat, territory manager South/East Asia Lotus Cars Ltd, OTOMOTIF minta untuk mencoba Elise walau hanya dapat jatah duduk di kursi penumpang.

"Traffic di Jakarta unpredictable, sekarang saya yang nyetir dulu ya," ucap pria yang lama berkiprah di Porsche ini. Maklum saja, walau hari Minggu, rute sepanjang Jl. HR Rasuna Said masih termasuk ramai kendaraan. Lebih-lebih karakter Elise harus dipelajari dulu.

Kabin minim hiburan, tapi semburan AC terasa dingin (kiri). Bagian kolong kabin hanya pelat aluminium dan posisi pedal mengindikasikan sportscar murni (kanan)
Keluar parkiran, Christian langsung tekan pedal gas meninggalkan decitan ban dan lirikan pengendara lain yang tergoda dengan desain Elise. Memperhatikan kaki Christian yang sibuk bolak-balik antara menginjak pedal gas dan rem. Benar saja, pengendara motor yang serba enggak juntrung mau ke arah mana hingga Kopaja yang entah dapat ilham darimana tiba-tiba berhenti. Butuh perjuangan ekstra untuk mengendarai sportscar macam Elise untuk jalanan Ibukota yang kejam. Terlebih Elise hanya ditawarkan dengan transmisi manual demi memperkuat aura sporty.

 
Putar balik di ujung jalan Rasuna Said, sambil dipelototi Polisi patroli yang ikut kagum, Christian hanya sebentar saja berjalan pelan. Masuk gigi 2, aksi injak pedal gas bikin kepala menempel jok ProBax milik Elise.

Jok yang didesain khusus oleh Lotus ini memiliki kelebihan yaitu sanggup meningkatkan posisi natural tulang belakang. Intinya, walau memiliki model bucket seat, tapi jok Elise tetap nyaman menopang tubuh.

Karakter suspense Elise juga khas. Fully independent di depan hingga bagian belakang, Elise lebih mirip gokart. Jalan bumpy dan tangan Christian yang berputar cepat di setir untuk mengatur arah langsung terasa efeknya di bodi.

Akibatnya tentu kepala seperti digoyang tanpa ampun. Tapi ingat, efek ini hasil dari grip berlimpah yang diberikan roda depan dan belakang yang beda ukuran.

Tak sabar rasanya menunggu tawaran terakhir Christian sesaat sebelum berpisah. "Kita akan bikin sesi test drive khusus di sirkuit. Bagaimanapun mencoba Elise harus di tempat yang selayaknya," ungkap pria asal Jerman ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar