Rabu, 16 Mei 2012

Kasus Kapal Pukat Harimau Mulai Disidangkan

SINGKIL - Pengadilan Negeri (PN) Singkil, Selasa (15/5) mulai menyidangkan perkara kapal pukat harimau Setia Devi, yang ditangkap Dinas Kelautan Perikanan (DKP) dan masyarakat, akhir Maret lalu.

Sidang dengan agenda pembacaan dakwaan menghadirkan dua orang terdakwa masing-masing, Budiman Manurung (nakhoda) penduduk Jalan Kuali No 52 Kelurahan Muara Pinang, Sibolga Selatan, dan Selamet Haratua Silitonga (mekanik/kuanca) warga Jalan Toto Harahap, Kelurahan Aek Muara Pinang, Sibolga Selatan.

Sidang dipimpin Ketua Majelis Hakim, Toni Irfan, dengan hakim anggota Rachmad Firmansyah dan Prihatin Sito Raharjo. Sedangkan Tim Jaksa Penuntut Umum (JPU) terdiri dari Irfan Hasyri, Umar Assegaf, dan Idam Kholid Daulay.

Terdakwa dalam persidangan tersebut menyatakan, akan mengahadapi perkara tanpa didampingi pengacara.

JPU mendakwa Budiman Manurung dan Selamet Haratua Silitonga, dengan pasal 93 ayat 1 juncto pasal 85 Undang-undang (UU) Nomor 31 Tahun 2004, yang telah diubah dengan UU 45 Tahun 2009, Tentang Perikanan, dengan ancaman hukuman maksimal enam tahun penjara.

“Kedua terdakwa memiliki, menguasai, membawa alat penangkap ikan di kapal yang dilarang. Surat izin kapal Setia Devi juga berbeda dengan yang digunakan,” kata Umar Assegaf.

Sidang akan dilanjutkan Senin (21/5) mendatang dengan agenda mendengarkan keterangan saksi. Kesepakatan itu, diperoleh setelah tim JPU meminta waktu, kepada majelis hakim untuk menghadirkan saksi.

Seperti diketahaui, Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh Singkil bersama dan masyarakat, akhir Maret lalu, menangkap kapal pukat harimau, yang selama ini menjarah kekayaan laut daerah ini. Kapal motor (KM) Setia Devi, bobot 30 gross ton (GT) tersebut, ditangkap antara Pulau Birahan dengan Pulau Mangkir Besar, yang masuk dalam wilayah Kecamatan Singkil Utara. (aceh.tribunnews.com)


Selasa, 15 Mei 2012

Juventus


Bola.net - Juventus F.C sering disebut dengan Juventus atau Juve (nama latin untuk remaja) adalah salah satu klub sepak bola tertua di Italia. Klub ini didirikan pada November 1897 dan punya julukan la Vecchia Signora (Sang Nyonya Tua). 

Juventus adalah tim tersukses dalam sejarah persepakbolaaan Italia. Sudah 51 piala resmi berhasil diraihnya, 40 di antaranya dalam negeri dan 11 lainnya untuk Eropa serta kompetisi dunia lainnya. Pada tahun 1985, Juventus menjadi klub pertama di Eropa yang berhasil memenangkan semua tiga piala di Eropa dan Piala Intercontinental. Juventus terkenal menerapkan aturan yang ketat untuk pemainnya. Pemainnya diharuskan berambut pendek dan rapi, selalu berpakaian formal dan memaksa mereka untuk menyelesaikan pendidikan mereka.

Penjualan Zinedine Zidane ke Real Madrid dengan harga sekitar $64 juta dolar AS masih merupakan salah satu penjualan termahal dalam sepak bola hingga kini. Kasus paling menghebohkan yang menimpa klub ini yaitu saat gelar juara Seri A diraih pada musim 04/05 dan 05/06 dicabut, karena terlibat skandal pengaturan pertandingan. Juventus juga harus terdegradasi ke Seri B akibat kasus ini.

DATA
Nama lengkap : Juventus Football Club S.p.A
Julukan : La Vecchia Signora (The Old Lady), La Fidanzata d'Italia (The Girlfriend of Italy), I Bianconeri (The white-blacks), Le Zebre (The Zebras)
Didirikan : 1 November 1897
Stadion : Stadion Olimpico, Turin dengan kapasitas 27.128
Kostum : Putih Hitam-Putih (kandang), Merah Muda-Hitam (tandang)
Presiden : Andrea Agenelli
Manajer : Antonio Conte

PEMAIN MUSIM 2011-2012
Kiper:
1 Gianluigi Buffon
13 Alex Manninger
30 Marco Storari
Bek:
2 Marco Motta
3 Giorgio Chiellini
6 Fabio Grosso
15 Andrea Barzagli
16 Reto Ziegler
17 Eljero Elia
19 Leonardo Bonucci
26 Stephan Lichtsteiner
29 Paolo De Ceglie
33 Frederik Sorensen
Gelandang:
5 Michele Pazienza
7 Simone Pepe
8 Claudio Marchisio
21 Andrea Pirlo
22 Arturo Vidal
24 Emanuele Giaccherini
27 Milos Krasic
34 Luca Marrone
Penyerang:
9 Vincenzo Iaquinta
10 Alessandro Del Piero (captain)
11 Amauri
14 Mirko Vucinic
18 Fabio Quagliarella
20 Luca Toni
32 Alessandro Matri 

PRESTASI
Seri A (30 kali): 1905, 1925-26, 1930-31, 1931-32, 1932-33, 1933-34, 1934-35, 1949-50, 1951-52, 1957-58, 1959-60, 1960-61, 1966-67, 1971-72, 1972-73, 1974-75, 1976-77, 1977-78, 1980-81, 1981-82, 1983-84, 1985-86, 1994-95, 1996-97, 1997-98, 2001-02, 2002-03, 2004-05, 2005-06, 2011-12
Piala Italia (9 kali): 1937-38, 1941-42, 1958-59, 1959-60, 1964-65, 1978-79, 1982-83, 1989-90, 1994-95
Piala Super Italia (4 kali): 1995, 1997, 2002, 2003
Piala/Liga Champions (2 kali): 1984-85, 1995-96
Piala Winner: 1983-84
Piala UEFA (3 kali): 1976-77, 1989-90, 1992-93
Piala Super Eropa (2 kali): 1985, 1996
Piala Interkontinental (2 kali): 1985, 1996 (bola/row)

Selasa, 08 Mei 2012

TNI AL Simuelue Tangkap Boat Ikan Sibolga

* Tangkap Ikan Pakai Bahan Peledak*

SINABANG - Patroli keamanan laut (Patkamla) Pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Simeulue, Sabtu (5/5), berhasil menangkap boat ikan asal Sibolga, Sumatera Utara, yang beroperasi menangkap ikan di perairan Simeulue, karena diduga kuat menggunakan bahan peledak (handak) dalam menjalankan operasinya di perairan Pulau Simeulue.

Danlanal Simeulue Letkol Laut (E) Monang H Sitompul, dalam keterangan persnya kepada wartawan, Senin (7/5) pagi mengatakan, boat ikan asal Sibolga yang berhasil diamankan itu diawaki enam anak buah kapal (ABK) yang dinakhodai Sudarto, dengan tonase 6 gross ton (GT). Saat ini seluruh ABK ditahan sementara di Lanal Sinabang untuk diproses lebih lanjut. “Ditangkap pada hari Sabtu (5/5) di sekitar perairan Pulau Simeulue Cut,” kata Danlanal.

Ia menjelaskan, Patkamla yang melakukan operasi penangkapan boat ikan ini, atas laporan masyarakat yang masuk ke Lanal Sinabang, bahwa maraknya penangkapan ikan menggunakan bahan peledak di wilayah perairan Simeulue, sudah cukup meresahkan dan baru kali ini berhasil ditangkap, lantaran cepat menghindar dari pengejaran patroli.

“Pengintaian untuk ditangkap sudah sebulan kita lakukan, kalau patroli dilakukan sering bocor infonya karena mereka ini punya mata-mata sendiri. Setelah kita tangkap dan diperiksa, selain menemukan bahan peledak mereka juga tidak mengantongi surat-surat izin,” ujar Monang, didampingi sejumlah perwira Lanal seraya mengatakan Lanal Simeulue kini belum memiliki kapal patroli yang memadai.

"Bahan peledak yang digunakan ini bisa menghancurkan karang radius 20 meter, dan waktu operasinya pagi dan sore hari,” terangnya, seraya mengatakan barang bukti yang kini diamankan di dermaga sementara Lanal Simeulue, yakni satu unit boat, 800 kilogram ikan jumbo hasil pengeboman, serta bahan peledak seperti botol, sumbu, damar, enam kotak korek api dan complesor. Ia menambahkan, berdasarkan pengakuan nakhoda, jenis handak yang digunakan itu dibeli dari darat sebelum berangkat dengan harga siap ledak Rp 125 ribu per perbotol sebanyak 10 peledak.

Minggu, 06 Mei 2012

Biadab! Hiu-hiu Raja Ampat Dibantai

Kabar menyayat hati datang dari kawasan laut paling indah di Indonesia, Raja Ampat. Ketika para traveler berusaha mengagumi keindahan bawah lautnya, ada sekelompok orang yang malah membantai hiu dan aneka ikan lain. 

Tak ada yang menyangkal keindahan Raja Ampat nun di Papua Barat sana. Tapi sayang, ekosistem Raja Ampat terancam gara-gara nelayan ilegal mengincar hiu. Maklum, harga sirip hiu di pasaran sungguh menggiurkan. Nelayan tersebut sempat ditahan oleh patroli gabungan masyarakat adat kampung Salyo dan Selpele serta Pos TNI AL Waisai pada hari Senin (30/4) di perairan Raja Ampat. 

Mereka menyita barang bukti sirip hiu, bangkai ikan hiu, pari, manta, dan teripang yang diperkirakan bernilai Rp 1,5 miliar. Mengerikan! Semua hasil tangkapan nelayan dan dokumen kapal disita dan nelayan diperintahkan untuk mengikuti kapal patroli ke pelabuhan Waisai. Sayangnya, mereka melarikan diri dan kini masih dalam pengejaran. Direktur Eksekutif Conservation International Indonesia, Ketut Sarjana Putra menyatakan keprihatinannya. "Penangkapan ikan secara ilegal di kawasan konservasi hiu Raja Ampat merupakan kejadian yang sangat kami sesalkan. 

Tindakan itu dapat merusak proses peremajaan hiu di kawasan konservasi perairan Raja Ampat. Hal ini jelas merugikan masyarakat lokal karena mengurangi ketersediaan ikan hiu yang bernilai ekonomi tinggi bagi mereka," ungkapnya dalam siaran pers yang diterima detikTravel, Minggu (6/5/2012). Atas kejadian tersebut, pemerintah telah mengirimkan bantuan patroli serta menempatkan polisi perairan dan pos Angkatan Laut di sekitar Pulau Sayang, Kabupaten Raja Ampat. 

Pemerintah juga menempatkan polisi perairan di Pulau Wayag sejak tanggal 4 Mei 2012. Penangkapan ikan ilegal terjadi di sekitar Pulau Sayang dan Pulau Piai di Kawasan Konservasi Perairan Waigeo Barat, Kabupaten Raja Ampat. Berdasarkan adat, kawasan ini dimiliki secara turun temurun oleh Suku Kawe. Mereka sejak 4 tahun lalu, menyatakan area seluas 155.000 hektar di Wayag dan Sayang tertutup untuk penangkapan ikan, demi konservasi ikan yang merupakan sumber mata pencaharian masyarakat setempat. 

Kawasan tertutup ini dipantau rutin selama 24 jam secara bergantian oleh anggota masyarakat adat Kawe. Sekretaris Daerah Raja Ampat Ferdinand Dimara turut menyatakan keprihatinannya. Menurutnya, aktivitas nelayan ilegal di Pulau Sayang melanggar peraturan kawasan konservasi. Sementara, tokoh adat dan masyarakat Raja Ampat Hengky Gaman mengecam kejadian tersebut dan meminta pemerintah bertindak tegas. "Pemerintah harus memberikan hukuman berat kepada nelayan ilegal karena mereka telah melakukan pencurian di wilayah yang selama ini kami lindungi. 

Nelayan ilegal tersebut harus membayar denda adat kepada orang Kawe sebagai pemilik hak adat atas wilayah pulau Sayang," serunya. Australian Institute of Marine Science memiliki data, seekor hiu karang bernilai ekonomis tahunan Rp 1,6 miliar, tapi jika dibiarkan hidup ikan ini bisa membantu Rp 17,5 miliar untuk industri pariwisata. Kawasan Raja Ampat memiliki potensi pariwisata hiu sebesar Rp 165 miliar per tahun dan menyumbang pendapatan daerah sebesar Rp 2,5 miliar per tahun dari sektor pariwisata. 

Indonesia memiliki jumlah hiu terbesar di dunia, namun ironisnya populasi hiu terus menurun. Di tahun 1990-an, perburuan sirip hiu lazim dilakukan di Raja Ampat, terutama oleh nelayan yang berasal dari luar Raja Ampat. Sejak 5 tahun terakhir, dibentuklah Kawasan Konservasi Hiu di Raja Ampat. Raja Ampat pun naik daun menjadi kawasan wisata bahari. Keindahannya membuat Raja Ampat berjuluk 'karya agung Tuhan'. Namun para pembantai hiu ini pasti tidak menghargai keagungan ciptaan Tuhan di Raja Ampat.

Jumat, 04 Mei 2012

Kapal Penyelundup 500 Kg Ikan Napoleon Ditangkap

SERAMBINEWS.COM, DENPASAR - Kapal Motor (KM) Samudra Indah ditangkap Kapal Patroli Lanal Denpasar di Perairan Laut Utara Bali, Rabu (2/4/2012) kemarin karena diduga mengangkut ikan napoleon yang merupakan satwa langka dan dilindungi.

Untuk penyelidikan lebih lanjut, KM Samudra Indah, Kamis (3/4/2012) siang tadi dibawa ke Pelabuhan Benoa dengan pengawalan ketat Anggota Lanal Denpasar.

Setelah mengecek muatan KM Samudra Indah, anggota Lanal Denpasar menemukan ratusan ikan napoleon seberat 500 kilogram yang diduga akan diekspor ke luar negeri.

Karena termasuk satwa langka, harga ikan napoleon ini cukup mahal. Diperkirakan 500 Kg ikan napoleon yang diangkut nilainya mencapai Rp 600 juta.

"Diduga mengangkut ikan secara ilegal, akan kita serahkan penyelidikan lebih lanjut di Lanal Benoa. Ini kemungkinan ada pelanggaran Undang-Undang Pelayaran dan Sumber Daya Alam," ujar Komandan Lanal Denpasar, Kolonel Laut Wayan Suarjaya, yang ikut memeriksa KM Samudra Indah di Pelabuhan Benoa, siang tadi.

Selain menyita barang bukti berupa ratusan ikan napoleon, anggota Lanal Denpasar juga mengamankan 6 orang ABK KM Samudra Indah untuk dimintai keterangannya.

"Kita tahan disini, kita bentuk tim penyelidikan kalau terbukti bersalah kita serahkan ke kejaksaan," jelas Suarjaya.

Dari hasil penyelidikan sementara, KM Samudra Indah ini berangkat dari Perairan Banggai, Sulawesi Tengah. Belum diketahui tujuan akhir mereka, namun saat melintas di Perairan Bali Utara KM Samudra Indah tertangkap patroli Lanal Denpasar.

Ikan Purba Jenis Baru Ditemukan

Michael Skepnick Ilustrasi Rebellatrix, jenis baru ikan Coelacanth. 
 
ALBERTA, KOMPAS.com — Keragaman ikan purba Coelacanth bertambah dengan ditemukannya jenis baru dari hasil identifikasi fosil yang tersimpan di museum. Spesies baru tersebut diberi nama Rebellatrix.

Coelacanth adalah tipe ikan primitif yang bergerak lambat dan diduga sudah seluruhnya punah sebelum penemuan kembali tahun 1938. Makanya, ikan Coelacanth yang masih eksis saat ini sering disebut fosil hidup karena tidak mengalami perubahan besar dalam 320 juta tahun.

Spesies baru Coelacanth yang ditemukan kali ini berbeda dengan jenis ikan Coelacanth lainnya, baik yang masih eksis maupun yang sudah punah.

Sebagian besar Coelacanth memiliki ekor lebar yang dirancang untuk bergerak dalam jarak pendek setelah memangsa. Kontrasnya, spesies baru Coelacanth ini memiliki ekor seperti tuna, relatif ramping dan berotot, berguna untuk bergerak cepat menangkap mangsa.

"Ekor kuat dan berbentuk garpu serta tubuh yang ramping menjadi indikasi bahwa ikan ini bisa mencapai dan mempertahankan kecepatan lebih tinggi dari jenis Coelacanth lainnya," kata anggota tim peneliti, Mark Wilson dari University of Alberta, Kanada, yang melaporkan temuannya di Journal of Vertebrate Palaentology.

Menurut Andrew Wendruff, nama Rebellatrix menunjukkan bahwa Coelacanth ini benar-benar "rebel" alias pemberontak. Ikan ini bisa berenang, menjelajahi wilayah yang luas untuk mencari mangsa dan menangkapnya dengan gerakan cepat.

"Jenis ini bisa melakukan apa pun yang Coelacanth lain tidak bisa melakukannya," ungkapnya.

Fosil Rebellatrix dikoleksi pada tahun 1950-an dan 1980-an di lembah Wapti Lake Provincial Park di British Columbia, Kanada. Area ini adalah wilayah pantai barat superbenua Pangaea pada masa lalu. Spesimen disimpan di Royal Tyrell Museum di Alberta dan Peace Region Palaentology Research Center di British Columbia. Identifikasi dimulai tahun 2009.

Berdasarkan analisis, Rebellatrix pertama kali muncul pada 250 juta tahun lalu, sesaat setelah kepunahan Permian, ketika 90 persen makhluk hidup di Bumi punah.

Wendruff berspekulasi bahwa kepunahan memberi ruang bagi organisme yang mampu bergerak cepat seperti Rebellatrix untuk berjaya. Maka, jenis ini mulai mendominasi pada masa itu.

John Long, pakar ikan Coelacanth dari Natural History Museum di Los Angeles County, California, mengungkapkan, penemuan ini menunjukkan bahwa evolusi bersifat plastis, sangat fleksibel.

Menurut Long, temuan ini sangat mengejutkan sebab setelah 200 juta tahun, ada jenis Coelacanth yang memiliki gaya hidup berbeda (gerak cepat) dari jenis Coelacanth lainnya (gerak lambat).

Meskipun demikian, akhirnya ditunjukkan bahwa Coelacanth yang bergerak lambatlah yang menang. Terbukti, mereka kini masih ada yang eksis, sementara yang bergerak cepat tinggal fosil.

Saat ini, hanya dua jenis Coelacanth yang masih hidup, yakni spesies Latimeria chalumnae di Afrika dan Latimeria menadoensis di Indonesia.(www.kompas.com/sains)
 

KEMBANGKAN BERANDA RI, INDONESIA KELOLA PULAU NIPA

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya dalam mengelola dan mengembangkan Pulau-Pulau Kecil Terluar demi tegaknya kedaulatan dan kesejahteraan masyarakat. Salah satunya adalah Pulau Nipa yang merupakan beranda terdepan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) demikian disampaikan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif C.Sutardjo dalam kunjungan kerjanya bersama Menteri Pertahanan, Poernomo Yusgiantoro ke Pulau Nipa, Batam, Kepulauan Riau hari ini, Jumat (4/5).

Sharif mengatakan, sebagai upaya percepatan pengembangan ekonomi Pulau Nipa, KKP telah mengajukan permohonan ijin kepada Kementerian Keuangan untuk melakukan kerja sama dalam pemanfaatan Pulau Nipa dengan pihak swasta. Selain itu lanjutnya, dalam mengembangan Pulau Nipah sebagai kawasan strategis dibutuhkan sinergitas antara pertahanan dan ekonomi. ”Seiring itu, percepatan pengembangan Pulau Nipa tidak hanya ditujukan untuk kepentingan kedaulatan pertahanan dan keamanan negara saja tetapi juga untuk menunjukan kedaulatan ekonomi nasional,” sambung Sharif.

Perlu diketahui, sesuai dengan hasil pengukuran Badan Pertanahan Nasional (BPN) bahwa Pulau Nipa saat ini memiliki luas 44 ha. Oleh sebab itu, KKP akan mengoptimalkan lahan seluas 29 ha atau sebesar 65 persen untuk percepatan pembangunan yang merupakan aset KKP sesuai dengan Hak Pakai. Sementara, sisanya sebesar 15 hektar atau 35 persen merupakan aset Kementerian Pertahanan untuk mendukung pertahanan dan kedaulatan wilayah NKRI. Dikatakannya, aset seluas 29 ha yang dikuasai KKP dengan Hak Pakai akan dimanfaatkan guna kepentingan ekonomi, antara lain, untuk tempat transit kapal (transit anchorage area). Tak hanya itu lanjutnya, Pulau Nipa akan diperuntukkan sebagai etalase produk perikanan serta fasilitas pengawasan dan pemanfaatan pulau-pulau kecil terluar.

Proses ini merupakan kelanjutan dari proses sebelumnya, yang sudah berjalan sejak tahun 2002. Selanjutnya, pada tahun 2009 blue print telah ditandatangani oleh empat menteri yakni, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Pertahanan, Menteri Pekerjaan Umum, serta Menteri Perhubungan. Pengembangan Pulau Nipa merupakan bagian dari kebijakan pemerintah terkait kebijakan pertahanan  mendukung ekonomi (defence supporting economy). Percepatan pengembangan Pulau Nipa dapat menjadi model pulau-pulau terluar lainnya yang memiliki potensi. Awalnya Pulau Nipa merupakan pulau kecil terluar yang terletak di wilayah Kota Batam, yang memiliki titik dasar pengukuran batas wilayah maritim dengan negara Singapura. Pulau tersebut cenderung tenggelam secara perlahan dengan hanya menyisakan lahan tersisa yakni sekitar 700 m2, sehingga perlu langkah cepat dalam mempertahankan eksistensinya secara fisik dengan cara mereklamasi pulau tersebut. Langkah - langkah tersebut diambil merujuk pada Peraturan Presiden No.78 Tahun 2005 tentang pengelolaan pulau-pulau kecil terluar yang digodok oleh Tim Koordinasi sesuai kelembagaan Perpres tersebut dimana Menko Polhukam sebagai Ketua dan Menteri Kelautan dan Perikanan sebagai Ketua I dan Menteri Dalam Negeri sebagai Ketua II.

Pengelolaan pulau-pulau kecil terluar merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu untuk memanfaatkan dan mengembangkan potensi sumberdaya pulau-pulau kecil terluar dari wilayah Republik Indonesia demi menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adapun strategi pengelolaan pulau-pulau kecil terluar meliputi, format kerja terpadu dan komprehensif dengan fokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kedaulatan negara, melibatkan berbagai sektor dan stakeholder dengan mengembangkan prinsip kemitraan, mengembangkan berbagai sarana dan fasilitas yang menunjang serta melakukan upaya-upaya diplomatis dan politis secara bilateral dengan negara tetangga terkait.Sebagaimana diketahui, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki 92 pulau-pulau kecil terluar (PPKT) yang menguntai dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Rote. Sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) No. 78 Tahun 2005, Pulau-Pulau Kecil Terluar  (PPKT)adalah Pulau-Pulau Kecil dengan luas sekitar 2000 km2 yang memiliki titik-titik dasar koordinat geografis yang menghubungkan garis pangkal laut kepulauan sesuai dengan hukum internasional dan nasional.

Sementara, mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 37 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2002 tentang Daftar Koordinat Geografis Titik-Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia, terdapat 183 titik dasar yang terletak di 92 pulau-pulau terluar, sisanya ada di tanjung tanjung terluar dan di wilayah pantaiTak dipungkiri, bahwa Indonesia mempunyai 92 Pulau-Pulau Kecil Terluar, yang tersebar di 20 Provinsi berbatasan laut dengan 10 negara merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari wilayah NKRI. Untuk itu di dalam pengelolaannya, setidaknya terdapat dua pendekatan utama, yakni pendekatan kedaulatan (Souvereignity Approach) dan pendekatan kesejahteraan/ekonomi (Prosperity Approach). “Diharapkan Pulau Nipa akan menjadi model pengelolaan dengan pendekatan tersebut,” kata Sharif.

Berkaitan dengan hal tersebut, pada Tahun 2010 telah diundangkan PP No.62 Tahun 2010 tentang Pemanfaatan PPKT. Dalam  PP No. 62/2010 tersebut, PPKT merupakan Kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT), yang hanya boleh dimanfaatkan untuk, pertahanan dan keamanan, kesejahteraan masyarakat serta kelestarian lingkungan. “Pengelolaan Pulau Nipa tetap memperhatikan tujuan reklamasi dan konservasu serta pertahanan keamanan demi terjaganya eksistensi sebagai titik dasar penentuan batas teritorial,” tegasnya. (www.kkp.go.id)

Kulit Pisang Bisa Jadi Obat


banana-skin.jpg
ilustrasi | net

 
SERAMBINEWS.COM - Mungkin jika buah pisang memang sangat bermanfaat terutama untuk membantu mengatasi pencernaan. Tapi jika kulit pisang dijadikan obat? Ini sungguh luar biasa.
Para ilmuwan dari laboratorium farmasi di Kuba baru-baru ini berhasil membuat obat yang terbuat dari kulit pisang. Obat tersebut dinilai sangat efektif untuk mengobati sejumlah penyakit seperti, asma, anoreksia, anemia dan gangguan imunologi.

Jorge Luis Martinez dan Yudit Rodriguez, eksekutif dari Laboratorium Biologi Farmasi (Labiofam) mempresentasikan produknya itu untuk industri farmasi Vietnam di Institute of Medicinal Materials, Hanoi. Temuannya ini tentu saja membuat para ilmuwan dan peneliti Vietnam berdecak kagum.

Obat tersebut, lanjutnya, adalah bronkodilator dan ekspektoran, yang sangat efektif untuk pasien asma. Ini telah dibuktikan melalui uji coba pada pasien-pasien asma di Kuba. Tak hanya obat untuk asma, para ilmuwan Kuba juga memproduksi obat terbaru lainnya yang juga terbuat dari kulit pisang seperti Nutrisol. Suplemen ini digunakan dalam pengobatan atau pemulihan anemia dan anoreksia.

Obat lain yang juga untuk mengobati jenis anemia tertentu adalah Ferrical dan Acitan. Kedua obat ini merupakan suplemen diet serat yang mampu mendorong proses metabolisme yang lebih sehat, dan merupakan pelindung efektif bagi lambung. Sementara obat yang disebut Propolina berkhasiat untuk memulihkan gangguan imunologi dan juga dan 
anti parasit, anti inflamasi, analgesik dan anti-bakteri.

Buah Sirsak Salah Satu Obat Sembuhkan Tumor dan Kanker

 
 

khasiat-jus-sirsak.jpg
ilustrasi | net

SERAMBINEWS.COM - Sebagaian orang tidak begitu mengetahui kemampuan buah sirsak. Ternyata buah sirsak salah satu obat yang sangat efektif untuk mengobati penyakit kanker dan tumor.
Menurut penelitian penyakit kanker dan tumor ini belum ada obat yang ampuh untuk menyembuhkan penyakit tersebut sebelum ditemukannya manfaat buah sirsak ini. Buah yang dagingnya warna putih dan lembek ini memiliki efek anti kanker dan tumor yang sangat ampuh.

Studi di Purdue University membuktikan bahwa daun graviola mampu membunuh sel kanker secara efektif, terutama sel kanker: prostat, pankreas, dan paru-paru. Hasil riset dari beberapa universitas tersebut bisa membuktikan jika pohon ajaib dan buahnya ini bisa menyembuhkan penyakit tersebut, seperti dilansir dari eastlifes.com.

Buah sirsak mengandung sangat sedikit lemak (0,3 g/100 g), sehingga sangat baik untuk kesehatan. Rasa asam pada sirsak berasal dari asam organik non volatil, terutama asam malat, asam sitrat, dan asam isositrat.

Vitamin yang paling dominan pada buah sirsak adalah vitamin C, yaitu sekitar 20 mg per 100 gram daging buah. Kebutuhan vitamin C per orang per hari (yaitu 60 mg), telah dapat dipenuhi hanya dengan mengkonsumsi 300 gram daging buah sirsak.

Mineral yang cukup dominan adalah fosfor dan kalsium, masing-masing sebesar 27 dan 14 mg/100 g. Kedua mineral tersebut penting untuk pembentukan masa tulang, sehingga berguna untuk membentuk tulang yang kuat serta menghambat osteoporosis.

Selain komponen gizi, buah sirsak juga sangat kaya akan komponen non gizi. Salah satu diantaranya adalah mengandung banyak serat pangan (dietary fiber), yaitu mencapai 3,3g/100 g daging buah.

Konsumsi 100g daging buah dapat memenuhi 13% kebutuhan serat pangan sehari. Buah sirsak merupakan buah yang kaya akan senyawa fitokimia, sehingga dapat dipastikan bahwa buah tersebut sangat banyak manfaatnya bagi kesehatan.

Besok Malam Akan Terjadi Bulan Purnama Terbesar



Supermoon.jpg
Dok
Besok Malam Akan Terjadi Bulan Purnama Terbesar

SERAMBINEWS.COM 
 
JAKARTA- Besok malam Sabtu (5/5/2012) ada satu pemandangan spektakuler dari bulan ekstralebar, ekstraterang, dan dijuluki supermoon.

Penampilan yang tidak biasa pada bulan purnama bulan ini mungkin mengejutkan bagi sebagian orang, tapi tidak ada alasan untuk khawatir.

Para pengamat angkasa mencatat bulan purnama terbesar tahun ini akan tiba pada akhir pekan ini.
Bulan akan menjadi penuh pada Sabtu (5/5/2012) pukul 11.35 waktu setempat. Karena bulan purnama pada bulan ini bertepatan dengan masa Bulan paling dekat dengan Bumi, ini akan menjadi yang terbesar pada 2012.

Bulan akan berada pada posisi 221.802 mil (356.955 kilometer) dari planet kita. Ini menawarkan para pengamat angkasa satu pemandangan spektakuler dari bulan ekstralebar, ekstraterang, dan dijuluki supermoon.

Sebaliknya, pada akhir tahun ini, tepatnya 28 November, bulan purnama akan bertepatan dengan jarak terjauh Bulan dengan Bumi, sehingga membuat bulan purnama terkecil.
Menurut para ilmuwan, perbedaan jarak antara Bulan dan Bumi yang sedikit tidak cukup untuk menyebabkan gempa bumi atau efek pasang surut yang ekstrem.

Rabu, 02 Mei 2012

Eksotisme Pulau Hoga, Wisata Bawah Laut Indonesia

 
Pulau Hoga adalah salah satu pulau di gugusan kepulauan tukang besi wilayah Kabupaten Wakatobi, provinsi Sulawesi Tenggara , Indonesia, yang juga merupakan pulau wisata bawah laut terindah di Dunia. Pulau ini terletak di timur Pulau Kaledupa.
 
 

MENDENGAR namanya, orang berpikir tiga hal itu ada kaitannya dengan Jepang. Padahal, ini tentang keindahan Indonesia di Sulawesi Tenggara. Tiga nama itu adalah nama obyek wisata yang dinilai potensial laku dijual kepada wisatawan mancanegara yaitu Pulau Hoga dan Onemobaa di Kabupaten Wakatobi dan Pulau Sagori di Kabupaten Bombana.Daratan Pulau Hoga yang kehijauan tampak cantik dikelilingi pasir putih yang berkilauan tetimpa cahaya matahari. Angin laut yang segar langsung mengisi paru-paru. Air laut di depan mata membentang biru dan jernih.

 

Kepulauan Wakatobi memang menyimpan banyak keindahan. Dulu dikenal sebagai kepulauan Tukang Besi, terdiri dari kelompok empat pulau utama yang menjadi nama Wakatobi: Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia, dan Binongko.Kawasan dengan luas 1.390.000 hektare yang terdiri dari pulau-pulau kecil dan besar, jajaran atol dan laguna karang tersebut terkenal kepadatan habitat terumbu karang dan ikanya yang beragam. Paus dan lumba-lumba pun kerap dapat ditemui di sekitar Wangi-Wangi.
 


sumber: aksesdunia.com

Cerdaskan Anak Bangsa, KKP Ajak Masyarakat Konsumsi Ikan

KKP News || Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) gencar mengkampanyekan gemar makan ikan guna meningkatkan konsumsi ikan di masyarakat. Langkah ini ditempuh guna mencetak generasi yang cerdas dan sehat dengan perbanyak makan ikan. “Kampanye GEMARIKAN terus disosialisasikan dalam rangka mendorong peningkatan konsumsi ikan nasional sehingga dapat tercipta generasi bangsa yang berkualitas,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C.Sutadrjo dalam acara Safari Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) di Kantor KKP, Jakarta, Selasa (1/5).

Lebih lanjut, ia mengungkapkan saat ini saja negara Jepang mengkonsumsi ikan tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan Indonesia yakni sebanyak 100kg/tahun, baik itu produk olahan maupun matang. “Padahal negara mereka minim sumber daya alam (natural resources),” imbuhnya.

Terlebih lagi di Jepang menyantap hidangan ikan merupakan sebuah gaya hidup (lifestyle), “ini yang harus kita terapkan dan akan terus didorong kepada keluarga  Indonesia dimana menyantap hidangan ikan merupakan sebuah gaya hidup sehat,” ungkapnya.
 
Disamping itu, ia memaparkan dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara, tingkat konsumsi ikan di Indonesia masih rendah, kendati setiap tahun terus meningkat. Tercatat  tingkat konsumsi ikan nasional tahun lalu sebesar 31,64 kg perkapita per tahun, masih lebih kecil dibandingkan dengan Malaysia 45 kg perkapita per tahun. Oleh sebab itu, lanjutnya, KKP akan terus memacu pasar domestik sehingga produksi perikanan tangkap maupun budidaya dapat terserap.

Disamping itu, KKP akan memfasilitasi sarana dan prasarana penunjang berupa pengadaan mobil pintar ATLI untuk mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya mengkonsumsi ikan. Seperti diketahui, Indonesia merupakan negara bahari dimana hasil lautnya tidak akan pernah kurang untuk menghidupi masyarakat Indonesia. Mengingat kekayaan laut Indonesia yang begitu besar Indonesia bekerja sama dengan lima negara lainnya seperti, Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste dengan membentuk Sekretariat "Coral Triangle Initiative-Coral Reefs, Fisheries and Food Security" (CTI-CFF) demi menjaga kelestarian dan kekayaan sumber daya kelautan sehingga ketersedian sumber daya ikan tetap terjaga dalam memenuhi kebutuhan nasional.

Sharif memaparkan pada 2015 ditargetkan food security  (ketahanan pangan) naik menjadi 30 persen sehingga ketahanan pangan Indonesia dapat tetap terjaga dan stabil. Selain itu, dalam kesempatan tersebut Sharif menegaskan bahwa dirinya tak menutup mata dimana saat ini kehidupan nelayan masih terpuruk. “Mereka dalam setahun hanya bekerja lima sampai tujuh bulan saja, sehingga ini merupakan tugas dan amanat KKP dalam meningkatkan taraf kehidupan para nelayan,” tambah Sharif.

Melalui Kampanye GEMARIKAN diharapkan meningkatnya konsumsi dan kebutuhan akan ikan sehingga dapat berdampak langsung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya para nelayan, pembudidaya dan pengolah hasil perikanan. Disamping itu, KKP terus berupaya  meningkatkan kehidupan nelayan. salah satunya melalui program revitalisasi tambak perikanan seluas 135 ribu ha di seluruh Indonesia dimana dapat menyerap tenaga kerja baru sebanyak 500 ribu ribu orang selama kurun waktu 2012- 2014.

Sementara itu dalam sambutannya, Umi Kalsum Ketua BMOWI berharap agar para ibu agar tetap menyuarakan gemar makan ikan setiap hari demi mencerdaskan anak, karena ikan memiliki nilai gizi yang tinggi. “Betapa pentingnya menjaga kualitas demi menciptakan generasi penerus bangsa yang cerdas,” sambungnya.

Hal senada dilontarkan Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (Dirjen P2HP KKP) Saut P. Hutagalung bahwa kampanye gemarikan harus terus menerus dilakukan dalam upaya meningkatkan kecerdasan masyarakat. Saut mengatakan bahwa, mengkonsumsi ikan tidak hanya mengejar kebutuhan akan asupan protein melainkan dapat menyehatkan dan mencerdaskan. Untuk itu, KKP akan berkonsentrasi pada daerah-daerah yang masih rendah dalam tingkat konsumsi ikan seperti di Jawa tengah.

Menurutnya saat ini di Jepang, tingkat konsumsi ikan walaupun tetap naik dan terbilang tinggi namun, laju dan kecepatan pertumbuhan menurun karena kurangnya promosi atas makan ikan. Dari contoh tersebut untuk itu, kita harus tetap lanjutkan promosi Kampanye Gemarikan agar tingkat konsumsi ikan terus menanjak naik.

Kampanye GEMARIKAN merupakan program unggulan yang bersifat multisektoral dan berpijak kepada kekuatan sinergi antara pelaku pasar dengan pemerintah. Oleh sebab itu, Kampanye GEMARIKAN bertujuan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat agar gemar mengkonsumsi ikan, agar tercipta generasi kedepan yang lebih berkualitas, tutup Sharif.

Selasa, 01 Mei 2012

Sikepiting Raksasa dari Australia


Kepiting-640x298.jpg
 
  Sikepiting Raksasa dari Australia | net
 
 Kepiting langka ini tidak akan dikonsumsi. Kepiting itu dijual kepada pihak akuarium di Inggris seharga 3.000 poundstering atau sekira Rp36 juta (Rp12.173 per pounsterling)
 
TASMANIA - Kepiting raksasa jenis Claude ditangkap dilepas Pantai Tasmania, Australia, bulan lalu oleh seorang nelayan. Kepiting raksasa itu memiliki berat 6,8 kilogram (kg) dan lebar 38,1 centimeter (cm).


Namun kepiting langka ini tidak akan dikonsumsi. Kepiting itu dijual kepada pihak akuarium di Inggris seharga 3.000 poundstering atau sekira Rp36 juta (Rp12.173 per pounsterling).


Setelah menempuh penerbangan selama 29 jam dari Australia, Claude akan dipamerkan di pusat Sea Life di Weymouth, Dorset, Inggris. Datangnya Claude menyebabkan dua kepiting lainnya yang menjadi penghuni akuarium itu, akan dipindahkan ke akuarium di Birmingham dan Berlin. 


Claude adalah kepiting yang berukuran 100 kali lebih besar dari kepiting normal yang ada di pantai Inggris. Ternyata usia Claude saat ini masih remaja, sehingga kemungkinan besar tubuhnya  masih bisa tumbuh dua kali lipat dari berat badannya sekarang. 


"Ini makhluk yang mengesankan. Claude seharusnya butuh waktu beberapa hari untuk beradaptasi, tapi sekarang dia sedang menikmati makanannya dan tampaknya tidak ada yang lebih buruk dari tempat hidupnya yang baru ini di akuarium," ujar ahli biologi kelautan untuk Sea Life Rob Hicks, seperti dikutip Daily Mail, Selasa (1/5/2012).

Lumba-lumba itu membawa berkah bagi nelayan

Ilustrasi. Foto : Antara
Pagi hari di bumi Khatulistiwa cuaca sangat cerah. Beranjak siang cuaca pun  begitu panas menyengat kulit. Sejumlah warga di Dusun Karya Raja itu tampak sibuk bekerja sebagai nelayan sungai.

Disaat kesibukannya warga mencari ikan di sungai itu ternyata menyimpan cerita lain. Di wilayah ini sebagian besar warga bermata pencaharian sebagai nelayan sungai. Mereka sangat menggantung hidupnya dari hasil pencarian ikan di sungai dekat hutan Mangrove itu.

Warga setempat tidak tahu bahwa ikan jenis lumba-lumba ini sangat langka di dunia. Pasalnya, lumba-lumba ini hanya ada disebagian beberapa negara saja. Keberadaan lumba-lumba ini justru muncul diperairan payau di Kabupaten Kubu Raya. Warga setempat mempercayai bahwa lumba-lumba ini muncul berarti banyak ikan didaerah ini. Bahkan warga setempat mempercayai  lumba-lumba ini  membawa berkah bagi nelayan sungai.

Sejak lama sudah  ikan jenis lumba-lumba ini berada di perairan Kalimantan Barat. Munculnya mamalia laut cerdas itu jika air pasang.  Biasanya  ikan lumba-lumba ini muncul tiba-tiba. Salah satu warga Dusun Karya Raja Desa Kubu Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu Raya,  Abdulah Sood (65), menceritakan  ketika menaiki sampan (perahu) yang ditumpanginya  itu didekati lumba-lumba dengan jumlah sekitar 40 ekor ikan jenis lumba-lumba.
Foto : Farid Gaban.
“Lumba-lumba  ini malah mendekati sampan yang saya tumpangi. Warnanya putih abu-abu. Mereka semakin mendekat. Pada malam hari bulan terang mereka ini malah datang semakin banyak.  Pada  1986 pernah liat 40 ekor ikan lumba-lumba muncul  diperairan Simpang Sapar Desa Kubu Kecamatan Kubu Kabupaten Kubu raya,”ungkapnya,  suatu pagi hari di Kubu Raya.

Menurut  Abdulah, ketika hutan Mangrove kalau masih utuh belum ada penebangan lumba-lumba ini banyak muncul diperairan sungai ini. Namun, sekarang yang muncul sangat sedikit,hanya beberapa ekor saja. “Tapi masih ada yang muncul lumba-lumba ini. Dari dulu sampai sekarang pun belum ada peneletian dari pemerintah setempat”. 

Selain lumba-lumba, kata Abdulah, bahkan ditempatnya itu  banyak sekali  Monyet. “Sangat banyak Monyet disini dulu.  Kalau kami bilang sih Monyet  ini namanya Bentangan (Monyet jenis Bekantan).  Tapi sekarang malah monyet ini pada hilang. Karena hutan Mangrove nya ditebang oleh salah satu perusahaan bahan baku industri kertas. Hutan kami disini dibabat habis rata oleh perusahaan,  ”kata Kakek yang memiliki 9 Cucu ini.

Sempat penasaran, cerita Abdulah, iapun menembaki ikan lumba-lumba ini. Maka ia pun menembak ikan ini pakai senapan angin.  Tiba-tiba saja lumba-lumba  malah datang dengan jumlah banyak . Lalu, setelah itu iapun   lari ketakutan. Dan akhirnya ia pun meminta maaf pada ikan ini pakai telur ayam. ”Perbuatan saya salah, sebagai bukti maaf,saya pun melemparkan telur itu ke sungai dan 15 menit itu langsung hilang,”kenang Kakek yang memiliki 5 lima anak ini.

Waktu itu ada seorang nelayan  Sulawesi (Daeng Benu), cerita Abdulah lagi, terdampar kapal nelayan  dilautan lepas.  Dari semalaman ia terombang ambing dilautan. Lalu setelah itu, dia dapat bantuan dari lumba-lumba besar  ini dua ekor dikelilingi. Lalu dibawa oleh lumba-lumba  ini. setelah itu, keesokan harinya dia  didorong oleh ikan ini dan tidur bersama ikan ini selama 4 hari dilautan lepas. Dia sampai mimpi bersama ikan ini. langsung keesokan harinya ada yang bawa menyelamatkan pakai kapal Singapura.

"Makanya kami disini sangat melestarikan lumba-lumba ini. Kami tetap menjaga keberadaannya hingga kini pun. Ya walaupun keberadaraan nya hanya sedikit yang muncul sekarang, tapi masih ada kok yang muncul pernah saya liat dengan kepala saya sendiri. Lumba-lumba ini pun sebagai tanda berkah ikan yang lain semakin banyak".

Sementara, menurut  Albertus Tjiu, ahli konservasi satwa dari WWF-Indonesia yang terlibat secara aktif dalam survei itu, keberadaan pesut (saya sebut pesut saja karena WWF saat ini fokus  pada "pesut") mengindikasikan kesehatan lingkungan perairan. Artinya dengan adanya lumba-lumba bisa dikatakan kawasan tersebut masih aman dari pencemaran perairan, terutama dari limbah industri (seperti minyak, sampah plastik, bahan kimia).

Mengenai jumlah, kata Albertus,  saat ini kajian WWF belum sejauh itu. Masih diperlukan seri survey untuk memperkirakan keberadaan populasi pesut di Kabupaten  Kubu Raya dan Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat.

Dari sisi ancaman, menurut Albertus, saat ini belum ada laporan penangkapan pesut, namun beberapa ancaman lain seperti alat tangkap ikan berupa jaring/pukat plastik.  Hal ini juga, ucap dia, membahayakan hidup pesut karena pesut tidak bisa mendeteksi jaring plastik, kasus baling-baling  kapal yang berakibat tewasnya pesut / lumba-lumba. 

Kejadian ini, jelas Albertus,   juga pernah dijumpai pencemaran perairan, sedimentasi, alih fungsi lahan mangrove.  Yang  terakhir namun juga sangat penting adalah komitmen/dukungan kebijakan lingkungan pemerintah daerah setempat  yang berpihak terhadap penyelamatan populasi dan habitat pesut / lumba-lumba,”ungkap Albertus Tjiu.

Laut yang Kerap Dilupakan

Selasa, 1 Mei 2012 10:09 WIB



Gampong atau desa nelayan selalu saja diidentikkan dengan tempat tinggalnya orang miskin. Beberapa gampong atau desa nelayan, bisa kita saksikan di hampir sepanjang kiri-kanan jalan ke arah Krueng Raya, Aceh Besar, atau di sepanjang kawasan pesisir Aceh lainnya. Fenomena yang sama juga bisa kita lihat di provinsi lainnya, cobalah lihat beberapa desa nelayan di daerah Belawan hingga ke wilayah pesisir Batubara, Sumatera Utara, selalu saja identik dengan kemiskinan. Mengapa hal ini bisa terjadi di negara yang kaya raya akan sumber daya pesisir dan lautnya?

Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang terbentang sepanjang garis khatulistiwa. Jumlah pulaunya lebih dari 17.000 buah. Luas daratan Indonesia hampir 2 km persegi. Luas lautannya, termasuk zona ekonomi eksklusif hampir 6 juta km persegi. Jadi luas daratan kita hanyalah sepertiga luas laut kita.

Bahkan, salah satu provinsi di Indonesia, yaitu Provinsi Maluku luas daratannya hanyalah 10% saja dari luas provinsi. Sisanya adalah laut. Panjang pantai di Indonesia sekitar 81.000 km. Jadi jelaslah, bahwa negara Indonesia adalah sebuah negara bahari atau maritim. Namun, sayangnya, bangsa Indonesia bukanlah bangsa bahari, karena bangsa Indonesia berorientasi pada daratan.

Jika melihat Indonesia secara jeli, lalu kita coba bandingkan dengan negara lainnya seperti Amerika, Australia, Malaysia, Singapura, maka bisa dipastikan Indonesia itu sebagai negara kaya. Bagaimana tidak, kepemilikan lahannya luas terbentang sepanjang 3.977 mil antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Apabila perairan antara pulau-pulau itu digabungkan, maka luas Indonesia menjadi 1,9 juta mil persegi atau seluas 1.919.440 km persegi (wikipedia). Bandingkan saja dengan Malaysia yang hanya 329.750 km persegi, apalagi Singapura hanya 697 km persegi. Kalah sedikit dibandingkan dengan Amerika yang luasnya 9.629.091 km persegi dan Australia yang,luasnya 7.686.850 km persegi.

 Sumber daya kelautan
Tanah Indonesia yang seluas itu pasti ada sumber daya di dalamnya, baik mineral, tambang, dan lain-lain. Selain itu tingkat kesuburannya juga sangat tinggi karena dikelilingi oleh gunung-gunung berapi yang aktif memuntahkan material organik yang menjaga kesuburan tanah guna menunjang pertanian. Wilayah perairan Indonesia yang luas dengan aneka sumber daya perikanan dan kelautan yang terkandung di dalamnya. Apa itu tidak cukup untuk membuat makmur?

Sekali lagi sebagai negara selayaknya Indonesia bersanding setara dengan negara-negara makmur seperti Jerman, Australia, Jepang, Amerika, dan lain-lain. Ditunjang oleh kekayaan yang melimpah, dan sangat dibutuhkan oleh negara lain sehingga nilai ekonomisnya tinggi. Namun di balik kekayaan tersebut, tersimpan sebuah misteri. Misteri itu bernama kemiskinan. Sangat klasik memang dan sudah terjadi sejak puluhan tahun yang lalu.

Kemiskinan terjadi dimana-mana baik di desa maupun di kota, dan di mana saja dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai ini. Kesmiskinan sering menjadi omongan atau gunjingan di kalangan pejabat, partai politik, universitas, dan media massa, seakan-akan isu kemiskinan punya magnet tersendiri dan selalu saja ada peminatnya. Terkhusus bagi partai politik dan calon pemimpin seperti Bupati, Walikota, Gubernur hingga Presiden. Calon anggota legislatif, termasuk juga para calon Kepala Daerah yang akan naik sebagai kepala daerah di sebuah kabupaten/kota dan provinsi, juga sering menjadikan kemiskinan sebagai “barang jualan” yang sangat laku di pasar suara.

Tidak dapat dipungkiri bahwa populasi masyarakat miskin di Indonesia, termasuk di Aceh, masih tergolong sangat besar. Niscaya jika seorang calon pemimpin bisa merebut hati pemilih yang tergolong miskin dengan cara menjual janji, lalu janji dibeli oleh masyarakat miskin dengan menjual suara, bisa dipastikan dia akan keluar sebagai pemenang.

 Kemiskinan nelayan
Salah satu bagian dari misteri kemiskinan yang menarik adalah kemiskinan nelayan. Sebagai negara bahari yang kaya raya, yang nenek moyangnya dulu adalah pelaut, kemiskinan nelayan menjadi polemik baik di tingkat nasional maupun lokal sejak lama. Namun dalam kesunyian yang dalam, tentunya kita masih menangkap sejumlah seniman yang menyuruh kita kembali ke laut.

Sejak kita kecil, secara tak sadar kita selalu diajak untuk membanggakan laut kita yang kaya tiadatara. Tentu kita masih ingat lagu ini, “Nenek moyangku seorang pelaut...”  Itu adalah sepenggal syair lagu yang sering kita dengar sejak kecil. Lagu yang menggambarkan alam Indonesia yang memiliki banyak perairan dan tentu saja banyak ikannya. Namun apa yang terjadi?

Sebuah ironi, ternyata Indonesia mengimpor ikan berformalin dari China. Tidak kurang 25 ton ikan salam dan kembung diimpor dari China ke Batam baru-baru ini (Lampungpost.com, 18 Maret 2012). Sebenarnya apa yang terjadi sampai Indonesia yang merupakan negara maritim besar malah mengimpor ikan? Jika masih hidup, nenek moyang kita pasti heran melihat kenyataan ini.

Sedih rasanya jika kita bandingkan tanah air yang kita cintai ini dengan negara Jepang. Kedua negara ini sebenarnya hampir sama, berbentuk kepulauan dengan garis pantai yang panjang. Kenyataan geografis ini secara alami cukup menjanjikan kekayaan bahari yang tak terbatas. Namun di negeri berjulukan ‘Matahari Terbit’ itu, selat, laut dan samudera menjadi sahabat. Mereka tahu persis bagaimana kenyataan alam itu bisa membuat orang sehat dan sejahtera.

Seperti kita tahu, Jepang adalah negara dengan konsumsi ikan terbesar. Kebanyakan dari mereka memiliki kecerdasan tinggi. Pengelolaan ikan pun sangat canggih dan modern, dan mereka tidak pernah kekurangan ikan. Indonesia seharusnya bisa membuat nelayannya lebih produktif, oleh sebab itu bukan tidak mungkin negara kita seperti Jepang yang konsumsi ikannya tinggi dan menumbuhkan insan-insan bangsa yang cerdas dan tidak teracuni ikan impor berformalin.

 Swasembada ikan
Langkah terpenting adalah bagaimana kita bisa berswasembada ikan, agar kita tidak perlu lagi mengimpor ikan dari Cina. Jangan sampai terjadi penjual pecal lele di pinggir jalan pun, justru menjual pecal lele dengan ikan lele impor. Karena sumber-sumber kehidupan ikan lele seperti yang ada sekitar pantai Kuala Tripa di wilayah Rawa Tripa, yang terbentang di sepanjang pantai barat selatan Aceh, sudah dialihfungsikan menjadi kebun-kebun kelapa sawit.

Memang beginilah realitanya. Di sini, di garis pantai yang katanya terpanjang di dunia dan lautnya yang terluas, ternyata belum sanggup menjelma nyata. Dalamnya laut hanya menjadi kesenyapan yang abadi dan tingginya ombak hanya menjadi kengerian tersendiri. Hingga laut kerap dilupakan.

* Teuku Muhammad Zulfikar, ST, MP, Direktur Eksekutif Walhi Aceh/Dosen Fakultas Teknik Universitas Serambi Mekkah, Banda Aceh.