SERAMBI/MURSAL ISMAIL
RIBUAN
ikan mati terapung di pinggiran Krueng Lamnyong, Banda Aceh, Jumat
(24/8) sore. Hingga malam tadi belum diketahui penyebab matinya ribuan
ikan secara mendadak di sungai itu.
* Bapedal: Diduga karena Perubahan Cuaca
BANDA ACEH - Fenomena yang menyedot perhatian masyarakat terjadi di aliran sungai (krueng) Lamnyong, Banda Aceh, Jumat (24/8) siang. Di beberapa bagian permukaan sungai yang tenang itu terlihat hamparan berwarna putih kekuning-kuningan yang ternyata adalah ikan yang mengapung. Ada yang sudah mati dan tak sedikit pula yang terlihat masih bergerak dengan kondisi lemah.
Hingga lepas magrib tadi malam, ikan yang mengapung di aliran sungai pada jalur utama ke Darussalam itu masih menjadi tontonan masyarakat. Warga setempat mengatakan, sudah ada petugas yang datang mengambil sampel air sungai untuk diteliti.
Amatan Serambi di lokasi kejadian, ikan yang mati mengapung itu umumnya belanak (beulaneuk) dan beberapa jenis ikan kecil lainnya. Fenomena itu mulai terlihat masyarakat sejak pukul 13.00 WIB, Jumat kemarin. Selain masyarakat di sepanjang aliran sungai, tak sedikit pengguna jalan berhenti di atas jembatan Lamnyong menyaksikan kejadian itu.
Banyak pula warga yang memanfaatkan kesempatan itu untuk menjala sisa-sisa ikan yang masih hidup yang umumnya sudah membentuk hamparan di pinggir Krueng Lamnyong sebelah barat. Sedangkan yang sudah mati lebih banyak terapung dan terbawa angin ke pinggir sebelah timur tak jauh dari jembatan.
Warga setempat menduga penyebab kematian ikan itu karena limbah pupuk padi di persawahan Krueng Barona Jaya yang dibawa arus akibat hujan deras beberapa hari terakhir ini. “Kalau sengaja diracun, sepertinya tidak mungkin karena ikan-ikan besar tidak mati,” kata Abdullah, seorang petani tambak yang ikut melihat peristiwa itu.
Hingga pukul 19.30 WIB malam tadi, sebagian warga masih tetap menjala sisa-sisa ikan yang masih hidup. Ada yang sudah terkumpul setengah goni, bahkan informasi pada siangnya sudah ada yang menjual ikan dari Krueng Lamnyong itu ke Pasar Lambaro, Aceh Besar.
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Aceh, Ir Husaini Syamaun yang dihubungi Serambi tadi malam mengaku belum menerima laporan kejadian matinya ikan di aliran Krueng Lamnyong. Namun, kata Husaini, kasus itu bukan yang pertama, karena sudah pernah terjadi pada bulan Juli 2009.
“Ini mungkin karena perubahan cuaca. Sebelumnya musim kemarau, tiba-tiba hujan. Sehingga kadar asam air bertambah dan bisa menyebabkan sebagian ikan mati. Kasus seperti ini tidak hanya terjadi di sungai, tetapi juga di kolam ikan. Jika kasusnya seperti ini, maka sama seperti hasil penelitian laboratorium ketika peristiwa serupa pada bulan Juli 2009,” kata Husaini.
Menurutnya, efek racun terhadap perubahan cuaca ini tidak berbahaya terhadap orang-orang yang mengonsumsi sisa ikan yang masih hidup di Krueng Lamnyong itu. Meski demikian, Husaini juga tidak mengenyampingkan perkiraan warga bahwa penyebabnya adalah racun yang bersumber dari air pupuk padi.(sal)
BANDA ACEH - Fenomena yang menyedot perhatian masyarakat terjadi di aliran sungai (krueng) Lamnyong, Banda Aceh, Jumat (24/8) siang. Di beberapa bagian permukaan sungai yang tenang itu terlihat hamparan berwarna putih kekuning-kuningan yang ternyata adalah ikan yang mengapung. Ada yang sudah mati dan tak sedikit pula yang terlihat masih bergerak dengan kondisi lemah.
Hingga lepas magrib tadi malam, ikan yang mengapung di aliran sungai pada jalur utama ke Darussalam itu masih menjadi tontonan masyarakat. Warga setempat mengatakan, sudah ada petugas yang datang mengambil sampel air sungai untuk diteliti.
Amatan Serambi di lokasi kejadian, ikan yang mati mengapung itu umumnya belanak (beulaneuk) dan beberapa jenis ikan kecil lainnya. Fenomena itu mulai terlihat masyarakat sejak pukul 13.00 WIB, Jumat kemarin. Selain masyarakat di sepanjang aliran sungai, tak sedikit pengguna jalan berhenti di atas jembatan Lamnyong menyaksikan kejadian itu.
Banyak pula warga yang memanfaatkan kesempatan itu untuk menjala sisa-sisa ikan yang masih hidup yang umumnya sudah membentuk hamparan di pinggir Krueng Lamnyong sebelah barat. Sedangkan yang sudah mati lebih banyak terapung dan terbawa angin ke pinggir sebelah timur tak jauh dari jembatan.
Warga setempat menduga penyebab kematian ikan itu karena limbah pupuk padi di persawahan Krueng Barona Jaya yang dibawa arus akibat hujan deras beberapa hari terakhir ini. “Kalau sengaja diracun, sepertinya tidak mungkin karena ikan-ikan besar tidak mati,” kata Abdullah, seorang petani tambak yang ikut melihat peristiwa itu.
Hingga pukul 19.30 WIB malam tadi, sebagian warga masih tetap menjala sisa-sisa ikan yang masih hidup. Ada yang sudah terkumpul setengah goni, bahkan informasi pada siangnya sudah ada yang menjual ikan dari Krueng Lamnyong itu ke Pasar Lambaro, Aceh Besar.
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal) Aceh, Ir Husaini Syamaun yang dihubungi Serambi tadi malam mengaku belum menerima laporan kejadian matinya ikan di aliran Krueng Lamnyong. Namun, kata Husaini, kasus itu bukan yang pertama, karena sudah pernah terjadi pada bulan Juli 2009.
“Ini mungkin karena perubahan cuaca. Sebelumnya musim kemarau, tiba-tiba hujan. Sehingga kadar asam air bertambah dan bisa menyebabkan sebagian ikan mati. Kasus seperti ini tidak hanya terjadi di sungai, tetapi juga di kolam ikan. Jika kasusnya seperti ini, maka sama seperti hasil penelitian laboratorium ketika peristiwa serupa pada bulan Juli 2009,” kata Husaini.
Menurutnya, efek racun terhadap perubahan cuaca ini tidak berbahaya terhadap orang-orang yang mengonsumsi sisa ikan yang masih hidup di Krueng Lamnyong itu. Meski demikian, Husaini juga tidak mengenyampingkan perkiraan warga bahwa penyebabnya adalah racun yang bersumber dari air pupuk padi.(sal)