Minggu, 26 Juni 2011

Distribusi "Coelacanth" Masih Terus Dicari

JAKARTA, KOMPAS.com — Distribusi ikan coelacanth yang sering disebut fosil purba masih akan terus diteliti. Demikian diungkapkan Djoko Hadi Kunarso, peneliti senior di Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia seusai menyampaikan laporan riset tentang ikan tersebut, Rabu (15/6/2011) di Widya Graha, di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakarta.
Djoko mengungkapkan, coelacanth ialah jenis ikan purba yang sebelumnya diduga telah punah. Namun, ikan itu ditemukan lagi untuk kali pertama di Afrika pada tahun 1938. Saat ini, ikan ini hanya dijumpai di dua tempat, yakni Afrika (Latimeris chalumnea) dan di Indonesia (Latimeria manadoensis).
Sejauh ini, kata Djoko, di Indonesia telah ditemukan 23 coelacanth. Djoko mengungkapkan, coelacanth kali pertama ditemukan di Indonesia pada tahun 1997 oleh ilmuwan Amerika. Ikan itu kemudian ditemukan lagi pada tahun 1998. Ekspedisi LIPI selanjutnya di Sulawesi, Halmahera, dan Biak juga menemukan coelacanth.
"Tahun 2006, kami temukan 10 coelacanth. Pada 2007, kami temukan seekor, dan tahun 2009 kami temukan ada 6 coelacanth di gua dan juvenile (anakan)," ungkap Djoko.
Djoko mengungkapkan, setelah ekspedisi bertahun-tahun, penelitian tentang coelacanth masih akan terus difokuskan pada distribusinya. "Agustus tahun 2011 ini akan kami mulai lagi di Ambon dan Halmahera," kata Djoko.
Dalam pelaksanaan penelitian, LIPI masih akan bekerja sama dengan Jepang. Dikatakan, kerja sama itu masih akan berlanjut hingga 2012. Selain Jepang, negara yang meneliti coelacanth di Indonesia adalah Amerika Serikat dan Jerman.
Menurut Djoko, penelitian distribusi perlu dilakukan. "Coelacanth ini jumlahnya sudah tidak banyak. Kalau nanti kami tahu di lokasi tertentu ada coelacanth, kami upayakan agar ikan-ikan itu bisa dilindungi," katanya. Hasil penelitian bisa memberi rekomendasi bagi pemerintah untuk membuat kebijakan perlindungan di wilayah tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar