Sabtu, 28 April 2012 20:34
Muhajir Juli I The Globe Journal
Peudada-Jafaruddin Muhammad (35), warga Gampong Pulo Kecamatan Peudada,
Bireuen, tidak menyangka bila pada hari Sabtu (28/4) merupakan hari yang naas
bagi dirinya. Saat sedang mengangkut ikan langsiran dengan becak (sebutan boat
dompeng oleh nelayan setempat), dia diberhentikan oleh tiga orang oknum TNI AL
yang berpakaian preman. Ketiga “abdi negara” saat itu sedang berkeliling dengan
speed boat milik negara.
Kepada lelaki yang akrab disapa Jafar, Marinir meminta “jatah” ikan. Namun karena
bukan miliknya, Jafar menolak memberikan. Dia menyarankan agar mereka
meminta langsung kepada pemilik ikan yang sedang berlabuh di mulut kuala.
Merasa permintaanya ditolak, wajah ketiga prajurit pelindung negara itu masam.
Namun tidak terjadi apapun. Jafar dipersilahkan melanjutkan perjalanan.
Naas, saat hendak kembali ke mulut kuala, Jafar yang sedang memacu boat
dompengnya dengan sedikit kencang, diberhentikan oleh tiga prajurit tadi. Dengan
wajah beringas, mereka membentak Jafar dengan alasan terlalu kencang membawa
boat. Saat itu lelaki sopir langsir itu berdalih, bila dia sedang buru-buru. Dia harus
berkejaran dengan waktu.
Entah karena kesal tak diberikan ikan, ataukah karena lain hal, dua diantara prajurit
itu melompat ke boat kecil yang di nahkodai oleh Jafar. Tanpa salam pembuka,
dengan mulut penuh makian, mereka mulai “memberikan pelajaran” kepada
nelayan miskin itu.
Kepalanya ditinju. Punggungnya dipukuli, pingganganya ditendang, bahkan dia
sempat di injak-injak saat jatuh. Jafar tidak melawan. Sebab dia sadar sedang
berhadapan dengan siapa. Apalagi, dia di tengah boat. Saat itulah teriakan nelayan
lainnya dari PPI, menghentikan aksi preman prajurit TNI itu.
Puas dipukuli, Jafar ditinggalkan sendirian. Seluruh badannya ngilu. Apalagi sejak
semalam dia tidak tidur, menunggu boat besar pulang melaut. Sampai di darat, dia
mengadu ke Pawang Fauzi. Pawang itu kemudian melaporkan hal itu kepada
Panglima Laot Bireuen Bahruddin Yunus.
Seorang saksi mata yang saat kejadian berada di darat, mengatakan, bahwa saat
dipukul Jafar sempat terjatuh. Dia melihat, ketika Jafar terjatuh ke dek, seorang
pelaku mengambil papan (papeun seungka, sering digunakan untuk lantai) dan
mengayunkannnya ke Jafar. Saat itulah rekan-rekan Jafar yang ada di darat
berteriak-teriak keras.
“Melihat kami berteriak, pelaku terkejut, sejenak mereka berkacak pinggang. Namun
kemudian mereka kembali ke speed boat itu, dan Jafar dibiarkan mendarat sendiri,”
kata saksi mata itu
Aksi premanisme oknum TNI AL di Pusat Pendaratan Ikan (PPI) Peudada itu,
bukalah yang pertama kali. Jauh sebelumnya, aksi-aksi serupa sering mereka
lakukan, bila pemberian ikan oleh nelayan tidak sesuai dengan keinginan mereka.
terkadang nelayan memenuhi permintaan, namun terkadang pula mereka harus
menolak, sebab hasil dari melaut tidak menentu.
"Mereka sering membawa keranjang saat meminta ikan kepada kami. Bila belum
penuh keranjang, maka mereka kan terus meminta. Tak jarang, untuk satu boat
kecil, mereka sering “menyita” sekira 20 kg lebih kurang,” Kata seorang nelayan
saat ditanyai oleh The Globe Journal, Sabtu (28/4) sekira pukul 15.00 Wib di PPI
Peudada.
Seorang nelayan lainnya yang minta namanya tidak dituliskan, kepada The Globe
Journal mengatakan, pernah kejadian, oknum TNI AL pos Peudada mengambil
sampai 50 kg. saat itu nelayan tidak berani melawan. Maka dengan tierpaksa
meraka memberikannya. Walau kerugian telah nyata di depan mata. Namun
karena pertimbangan sebagai orang lemah, maka hal yang demikian dianggap wajar
saja.
"Bila tak kami kasih, maka bogem mentah sering diberikan kepada kami. Kami
rakyat kecil pak. Terkadang tersudut, sebab orang-orang besar tak pernah
menganggap ada keberadaan kami,” Kata nelayan itu sambil menyeka keringat di
dahi.
Menurutnya, Jafar adalah korban yang kesekian dari aksi premanisme pasukan
penjaga kedaulatan laut itu. Dengan tanpa hati mereka berani meminta ikan
dengan jumlah yang banyak, tanpa mempertimbangkan efeknya bagi nelayan.
Yang lebih menyakitkan bagi nelayan, adalah setelah mengompas (peras) nelayan,
oknum TNI AL pos Peudada, kemudian menjual ikan tersebut kepad pihak lain,
dengan harga di bawah standar. “bila kami menjual Rp 10.000 per kilo, maka
mereka akan menjual dengan harga Rp. 6000 per kilogram. ini kan penjajahan
namanya. Setelah minta jatah, harga juga di rusak oleh mereka,” Kata nelayan itu
dengan nada prihatin.
Cas, (nama samaran) warga Gampong Pulo, mengatakan, dia meminta agar
keberadaan Pos TNI AL yang berdekatan dengan PPI Peudada, agar
dipertimbangkan kembali keberadaannya. Sebab perilaku mereka sudah
keterlaluan. Lagak dan tingkah saat memeras, mengingatkan nelayan ini, dengan
aksi-kasi pasukan militer ketika darurat militer masih diterapkan di Aceh.
"Saya berharap kepada siapapun yang punya kapasitas, agar mempertimbangkan
kembali keberadaan Pos TNI AL di muara Krueng Peudada. Keberadaan mereka
menghambat kami dalam beraktivitas. Sebab jatah yang mereka minta sering sekali
merugikan kami. Bahkan kami seolah hanyalah anak buah mereka yang punya
kewajiban menyetor hasil panen kepada tuan besar,” Kata Cas dengan wajah
marah.
Harapan Cas, senada dengan seruan yang disampaikan oleh aktivis kemanusiaan di
Aceh. Direktur Pos Bantuan Hukum dan Hak Asazi Manusia (PB. HAM) Aceh Utara,
Zulfikar Muhammad, pasca insiden, meminta kepada Mabes TNI agar
mempertimbangkan kembali keberadaan pos aparat di dekat pusat aktivitas
masyarakat. Selain bertentangan dengan UU 34 Tahun 2004, keberadaan TNI di
dekat masyarakat juga sangat rentan.
Menurutnya, aksi premanisme yang dipraktikkan oleh oknum aparat negara, sudah
sering terjadi. Namun kasus Peudada, baru meledak, akibat akumulasi kekecewaan
dan kemarahan warga, yang sudah terlalu sering dijadikan alat untuk menacri “uang
samping” oleh oknum prajurit.
Hal ini diakibatkan oleh lemahnya pengawasan terhadap prajurit lapangan. Ketika
controlling ini melempem, maka aka dimanfaatkan oleh oknum prajurit tak
bermoral untuk melakukan pungli kepada masyarakat. Selain menciptakan jurang,
juga semakin memperburuk citra aparat pertahanan negara di mata rakyat kecil.
"Kasus Peudada merupakan kejadian yang kesekian. Apalagi pengakuan warga, bila
mereka sering sekali di pungli dan di pukul. Ini diakibatkan oleh pengawasan yang
sangat lemah terhadap prajurit dilapangan,” Kata Zulfikar.
Terkait benar atau tidaknya pemerasan yang dilakukan oleh oknum TNI-AL Pos
Peudada, namun yang pasti, sekira pukul 10.00 Wib, sejumlah massa yang
merupakan nelayan dan penduduk sekitar PPI, menyerbu Pos TNI itu. Warga yang
marah, berhasil membakar satu unit speed boat yang sering digunakan untuk
memalak warga.
Denpom Kodim 0111/Bireuen meringkus tiga TNI-AL masing masing Praka. Adi
Suprayitno, KLK Bek. Agoeng Santosa. Keduanya terlibat memukul Jafar. POM juga
meringkus Serka. Kelvin Toni Aries, yang sering memeras nelayan.
Dandim 0111/Bireuen Letkol Inf Muhammad Arfah, kepada wartawan mengatakan,
setelah mendapatkan laporan, pihaknya bersama unsur Polsek dan Koramil
Peudada langsung menuju ke tempat kejadian. Di lokasi, pihaknya mencoba
menyelamatkan speed boat, namun karena massa yang marah sudah tidak
terkendali, maka pihaknya tidak bisa berbuat apa-apa saat barang itu di bakar
massa.
Dandim juga meminta maaf kepada seluruh masyarakat atas perilaku aparat yang
kurang terpuji. Dia berharap agar kedian serupa tidak lagi terulang.
Terkait dugaan pemukulan oleh beberapa oknum TNI AL terhadap nelayan di
Peudada, Komandan Pos TNI Angkatan Laut Peudada, kepada wartawan, Serma
Joko Saputro mengatakan apa terjadi pada merupakan kesilapan oknum
anggotanya.
Menurut Danpos, Hal itu dilakukan oleh perseorangan, bukan atas nama institusi.
Pun demikian, dia tetap mengakui Kesalahan ini tanggung jawabnya selaku Danpos.
Untuk itu, dia akan melakukan pendekatan dengan pihak keluarga korban untuk
menyelesaikan masalah itu.
Terkait persoalan pemberian ikan dari nelayan yang berujung salah paham dan
terjadi pemukulan, Joko mengatakan ia sudah mendengar laporan dari nelpayan.
Rencananya, dia akan melakukan duduk rembug dengan nelayan, namun kejadian
itu kadung terjadi.
Menanggapi permintaan maaf Dandim, sejumlah warga yang sering beraktivitas di
PPI, mengatakan, meminta maaf merupakan hal gampang. Apalagi dengan tipikal
orang Aceh yang mudah memaafkan. Bagi masyarakat setempat, yang perlu untuk
dikaji adalah keberadaan pasukan TNI-AL itu yang berdekatan dengan pusat
aktivitas nelayan.
“Maaf begitu mudah diucapkan. Kami pun mudah memaafkan, sebab orang Aceh
itu pemaaf.
Tapi pertimbangkan juga keberadaan mereka di pusat aktivitas kami.
Bagaimaa kalau ke depan mereka minta jatah lagi seperti ini? Apa kata maaf itu
akan terulang,” Kata seorang warga setengah bertanya.
"Adat bak Po Teumeureuhom; hukom bak Syiah Kuala; Qanun bak Putro Phang; Reusam bak Laksamana" (adat dari Sultan, hukum dari Ulama, Qanun dari Putri Pahang, reusam dari Laksamana)
Senin, 30 April 2012
Minggu, 29 April 2012
Nelayan Bakar Boat Marinir
Minggu, 29 April 2012 09:15 WIB
* Insiden di PPI Peudada
* Tembakan Peringatan Redam Amuk Massa
BIREUEN – Nelayan Bireuen dari Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Peudada, Sabtu (28/4) siang mengamuk sambil melempari Pos Lanal dan membakar hingga hangus satu unit speedboat marinir. Kasus itu sendiri disebut-sebut berawal dari pemukulan oleh dua oknum marinir terhadap seorang nelayan.
Keterangan yang dihimpun Serambi dari berbagai sumber menyebutkan, amuk nelayan itu terjadi karena seorang nelayan bernama Jafaruddin bin Muhammad (38), warga Desa Pulo Peudada dipukul oleh dua oknum anggota marinir yaitu Kopral Kepala AS dan Praka Ad. Kasus itu sendiri bermula ketika korban Jafaruddin pulang menjemput ikan menggunakan boat becak milik H Saiful. Ketika di mulut kuala, korban bertemu dengan dua oknum anggota manirir berbaju preman menggunakan speedboat.
Kedua oknum itu meminta ikan kepada Jafaruddin, namun korban tidak memberikan karena ada pesan dari Fauzi (pawang boat tempat ia mengambil ikan) agar tidak melayani permintaan siapapun. Jafaruddin bertanggungjawab melansir ikan dari boat dan diterima utuh di PPI.
Saat tiba di PPI dan hendak melansir ikan ke darat, kedua oknum anggota marinir itu naik ke atas boat becak milik Jafaruddin sambil bertanya mengapa boatnya melaju kencang. Tiba-tiba Jafaruddin dipukul di bagian kepala, pundak, dan di bagian belakang telinga kanan oleh kedua oknum marinir tersebut.
Saat pemukulan itu terjadi, nelayan yang berada di PPI tidak berani membantu. Sedangkan kedua oknum marinir itu, setelah menganiaya korban, langsung kembali ke pos mereka di seberang sungai, arah barat PPI.
Seorang sumber TNI di Lhokseumawe menginformasikan, pemukulan itu terjadi karena kedua oknum marinir tersebut diduga kesal, sebab ketika ditanyakan kenapa boat dipacu kencang sekali, korban tidak menjawab, malah tertawa. “Mungkin anggota tersinggung dan terjadilah pemukulan,” kata sumber itu.
Serbu Pos Lanal
Pada pukul 10.30 WIB atau sekitar setengah jam setelah aksi pemukulan, ratusan nelayan dengan menggunakan boat merapat ke pinggiran Krueng Peudada dan selanjutnya menyerbu Pos Lanal.
Tanpa dikomando massa melempari pos tersebut dengan batu sambil berteriak agar anggota marinir yang memukul rekan mereka keluar dari pos. Untungnya, dalam suasana genting itu, aparat TNI dan Polri dibantu Panglima Laot setempat berhasil mengendalikan massa sehingga tidak berhasil masuk ke pekarangan Pos Lanal.
Tak lama kemudian Dandim 0111/Bireuen, Letkol Inf M Arfah bersama Komandan Subdenpom Bireuen, Kapten CPM Lukman Hakim dan beberapa anggotanya tiba di lokasi dan menenangkan massa. Selanjutnya, kedua oknum anggota marinir yang memukul nelayan bersama empat anggota marinir lainnya yang bertugas di Pos Lanal digiring ke Pos Subdenpom Bireuen.
Bakar speedboat
Kemarahan massa ternyata belum berakhir. Mereka kemudian menarik speedboat marinir yang ditambat di pinggir sungai depan Pos Lanal ke lokasi sejauh lebih kurang 400 meter sebelah selatan pos atau sekitar 30 meter arah selatan jembatan rangka baja lintas nasional Banda Aceh-Meulaboh.
Massa menyiram speedboat itu dengan minyak setelah terlebih dahulu menyusun daun kelapa kering di atasnya. Pada detik-detik selanjutnya api pun disulut sehingga dalam tempo singkat speedboat berbahan fiber itu hangus total.
Melihat massa semakin beringas, aparat gabungan TNI/Polri melepaskan rentetan tembakan ke udara, sehingga massa membubarkan diri. Selanjutnya atas imbauan Dandim dan Panglima Laot, speedboat yang tinggal kerangka itu ditarik lagi oleh nelayan ke tempat semula.
Setelah boat ditarik, aktivitas nelayan di PPI Peudada kembali normal. Sebagian menurunkan ikan, sebagian lainnya istirahat di PPI, seakan tidak ada kejadian apa- apa. Sedangkan korban Jafaruddin terlihat istirahat di Pos PPI karena mengaku pinggul dan kepalanya sakit, serta lecet di belakang telinga kanan. Sejumlah anggota TNI/Polri bersenjata lengkap tetap berjaga-jaga di sekitar Pos Lanal Peudada.
Kasus ketiga
Panglima Laot Aceh, HT Bustamam mengecam keras insiden pemukulan nelayan oleh oknum TNI AL Pos PPI Peudada. “Aparat keamanan yang seharusnya melindungi masyarakat, malah menyakiti. Kami sangat sesalkan kasus ini,” tandas HT Bustamam dalam tanggapan tertulis yang dikirim ke Serambi, tadi malam.
Menurut informasi yang diterima Panglima Laot Aceh, ini adalah kejadian ketiga nelayan dipukuli hanya karena tidak memenuhi permintaan oknum TNI AL yang meminta ikan. “Kami minta aparat penegak hukum mengusut kasus ini sampai tuntas dan oknum yang bersalah dijatuhi hukuman berat,” tulis pernyataan itu.
Pada pernyataan yang sama, Sekjen Panglima Laot Aceh, H Umar Abd Aziz mengingatkan semua pihak bahwa kasus kekerasan oleh aparat negara terhadap masyarakat sipil bisa dikategorikan pelanggaran HAM. Apalagi sudah terjadi berulang kali.
* Insiden di PPI Peudada
* Tembakan Peringatan Redam Amuk Massa
BIREUEN – Nelayan Bireuen dari Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Peudada, Sabtu (28/4) siang mengamuk sambil melempari Pos Lanal dan membakar hingga hangus satu unit speedboat marinir. Kasus itu sendiri disebut-sebut berawal dari pemukulan oleh dua oknum marinir terhadap seorang nelayan.
Keterangan yang dihimpun Serambi dari berbagai sumber menyebutkan, amuk nelayan itu terjadi karena seorang nelayan bernama Jafaruddin bin Muhammad (38), warga Desa Pulo Peudada dipukul oleh dua oknum anggota marinir yaitu Kopral Kepala AS dan Praka Ad. Kasus itu sendiri bermula ketika korban Jafaruddin pulang menjemput ikan menggunakan boat becak milik H Saiful. Ketika di mulut kuala, korban bertemu dengan dua oknum anggota manirir berbaju preman menggunakan speedboat.
Kedua oknum itu meminta ikan kepada Jafaruddin, namun korban tidak memberikan karena ada pesan dari Fauzi (pawang boat tempat ia mengambil ikan) agar tidak melayani permintaan siapapun. Jafaruddin bertanggungjawab melansir ikan dari boat dan diterima utuh di PPI.
Saat tiba di PPI dan hendak melansir ikan ke darat, kedua oknum anggota marinir itu naik ke atas boat becak milik Jafaruddin sambil bertanya mengapa boatnya melaju kencang. Tiba-tiba Jafaruddin dipukul di bagian kepala, pundak, dan di bagian belakang telinga kanan oleh kedua oknum marinir tersebut.
Saat pemukulan itu terjadi, nelayan yang berada di PPI tidak berani membantu. Sedangkan kedua oknum marinir itu, setelah menganiaya korban, langsung kembali ke pos mereka di seberang sungai, arah barat PPI.
Seorang sumber TNI di Lhokseumawe menginformasikan, pemukulan itu terjadi karena kedua oknum marinir tersebut diduga kesal, sebab ketika ditanyakan kenapa boat dipacu kencang sekali, korban tidak menjawab, malah tertawa. “Mungkin anggota tersinggung dan terjadilah pemukulan,” kata sumber itu.
Serbu Pos Lanal
Pada pukul 10.30 WIB atau sekitar setengah jam setelah aksi pemukulan, ratusan nelayan dengan menggunakan boat merapat ke pinggiran Krueng Peudada dan selanjutnya menyerbu Pos Lanal.
Tanpa dikomando massa melempari pos tersebut dengan batu sambil berteriak agar anggota marinir yang memukul rekan mereka keluar dari pos. Untungnya, dalam suasana genting itu, aparat TNI dan Polri dibantu Panglima Laot setempat berhasil mengendalikan massa sehingga tidak berhasil masuk ke pekarangan Pos Lanal.
Tak lama kemudian Dandim 0111/Bireuen, Letkol Inf M Arfah bersama Komandan Subdenpom Bireuen, Kapten CPM Lukman Hakim dan beberapa anggotanya tiba di lokasi dan menenangkan massa. Selanjutnya, kedua oknum anggota marinir yang memukul nelayan bersama empat anggota marinir lainnya yang bertugas di Pos Lanal digiring ke Pos Subdenpom Bireuen.
Bakar speedboat
Kemarahan massa ternyata belum berakhir. Mereka kemudian menarik speedboat marinir yang ditambat di pinggir sungai depan Pos Lanal ke lokasi sejauh lebih kurang 400 meter sebelah selatan pos atau sekitar 30 meter arah selatan jembatan rangka baja lintas nasional Banda Aceh-Meulaboh.
Massa menyiram speedboat itu dengan minyak setelah terlebih dahulu menyusun daun kelapa kering di atasnya. Pada detik-detik selanjutnya api pun disulut sehingga dalam tempo singkat speedboat berbahan fiber itu hangus total.
Melihat massa semakin beringas, aparat gabungan TNI/Polri melepaskan rentetan tembakan ke udara, sehingga massa membubarkan diri. Selanjutnya atas imbauan Dandim dan Panglima Laot, speedboat yang tinggal kerangka itu ditarik lagi oleh nelayan ke tempat semula.
Setelah boat ditarik, aktivitas nelayan di PPI Peudada kembali normal. Sebagian menurunkan ikan, sebagian lainnya istirahat di PPI, seakan tidak ada kejadian apa- apa. Sedangkan korban Jafaruddin terlihat istirahat di Pos PPI karena mengaku pinggul dan kepalanya sakit, serta lecet di belakang telinga kanan. Sejumlah anggota TNI/Polri bersenjata lengkap tetap berjaga-jaga di sekitar Pos Lanal Peudada.
Kasus ketiga
Panglima Laot Aceh, HT Bustamam mengecam keras insiden pemukulan nelayan oleh oknum TNI AL Pos PPI Peudada. “Aparat keamanan yang seharusnya melindungi masyarakat, malah menyakiti. Kami sangat sesalkan kasus ini,” tandas HT Bustamam dalam tanggapan tertulis yang dikirim ke Serambi, tadi malam.
Menurut informasi yang diterima Panglima Laot Aceh, ini adalah kejadian ketiga nelayan dipukuli hanya karena tidak memenuhi permintaan oknum TNI AL yang meminta ikan. “Kami minta aparat penegak hukum mengusut kasus ini sampai tuntas dan oknum yang bersalah dijatuhi hukuman berat,” tulis pernyataan itu.
Pada pernyataan yang sama, Sekjen Panglima Laot Aceh, H Umar Abd Aziz mengingatkan semua pihak bahwa kasus kekerasan oleh aparat negara terhadap masyarakat sipil bisa dikategorikan pelanggaran HAM. Apalagi sudah terjadi berulang kali.
Jumat, 27 April 2012
Review dari keadaan sumber daya perikanan laut dunia
Perikanan laut sangat penting bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat pesisir, memberikan ketahanan pangan, kesempatan kerja, pendapatan dan mata pencaharian serta identitas budaya tradisional. Mempertahankan kemakmuran jangka panjang dan keberlanjutan perikanan laut tidak hanya signifikansi politik dan sosial tetapi juga kepentingan ekonomi dan ekologi. FAO baru saja menerbitkan Review dari keadaan perikanan dunia sumber daya laut, tinjauan komprehensif, obyektif dan global dari keadaan sumber daya kelautan dari lautan. Hal ini didasarkan terutama pada statistik tangkapan resmi sampai 2009 dan penilaian saham yang relevan dan informasi tambahan lain yang tersedia hingga 2010. Dokumen ini merangkum informasi yang tersedia untuk setiap Daerah statistik FAO; membahas tren utama dan perubahan yang terjadi dengan sumber daya utama Shery dieksploitasi di setiap daerah;? Dan meninjau ulang kerja penilaian sediaan yang dilakukan dalam mendukung manajemen sheries di setiap daerah?. Total produksi sumber daya perikanan laut telah menurun secara bertahap setelah mencapai puncaknya pada pendaratan pada tahun 1996. Dunia perikanan dan budidaya sektor telah melalui suatu perkembangan dramatis dalam 60 tahun terakhir dengan peningkatan besar dalam produksi: dunia produksi ikan total hanya 19,3 juta ton pada tahun 1950 dan tahun 2009 mencapai 163 juta ton.(www.fao.org)
Kamis, 26 April 2012
Nelayan Belawan Tewas Diserang Perompak
SERAMBINEWS.COM, MEDAN - Asman alias Incek (34), nelayan
tradisional asal Jalan YP Hijau, Labuhandeli, Medan Marelan, Rabu (25/4)
kemarin tewas diserang kawanan perompak di perairan Belawan, Sumatera
Utara. Jasad korban ditemukan sehari kemudian, dan langsung dikebumikan
di TPU Labuhandeli, Kamis (26/4/2012).
Peristiwa maut itu terjadi saat korban bersama dua rekannya, Afrizal, Syahrial melaut di kawasan Bouy 5. Sekira pukul 03.00 WIB, kapal yang ditumpangi korban disergap dua kapal boat bermuatan belasan orang bersenjata tajam.
"Kami langsung diserang, karena takut kami langsung terjun ke laut," kata Syarhrial ketika melayat ke rumah korban.
Naas bagi korban, sebelum menerjunkan diri ke laut, korban terkena sabetan senjata tajam. Jasad korban sempat dinyatakan hilang, sebelum ditemukan tim patrolo keamanan laut di seputaran lokasi. Sedangkan dua korban selamat ditolong kapal nelayan lainnya selang 30 menit kemudian.
Menurut Syahrial, kawanan pelaku langsung merampas seluruh ikan hasil tangkapan mereka. Selanjutnya pelaku menenggelamkan kapal korban dan langsung kabur ke laut lepas.
"Kami tidak tau mereka dari mana, karena suasananya gelap," tukasnya.
Jasad korban sendiri langsung dimakamkan pada Kamis (26/4/2012) di TPU Labuhandeli. Syahrial mengaku sudah melaporkan kasus itu ke Polres Pelabuhan Belawan.
Peristiwa maut itu terjadi saat korban bersama dua rekannya, Afrizal, Syahrial melaut di kawasan Bouy 5. Sekira pukul 03.00 WIB, kapal yang ditumpangi korban disergap dua kapal boat bermuatan belasan orang bersenjata tajam.
"Kami langsung diserang, karena takut kami langsung terjun ke laut," kata Syarhrial ketika melayat ke rumah korban.
Naas bagi korban, sebelum menerjunkan diri ke laut, korban terkena sabetan senjata tajam. Jasad korban sempat dinyatakan hilang, sebelum ditemukan tim patrolo keamanan laut di seputaran lokasi. Sedangkan dua korban selamat ditolong kapal nelayan lainnya selang 30 menit kemudian.
Menurut Syahrial, kawanan pelaku langsung merampas seluruh ikan hasil tangkapan mereka. Selanjutnya pelaku menenggelamkan kapal korban dan langsung kabur ke laut lepas.
"Kami tidak tau mereka dari mana, karena suasananya gelap," tukasnya.
Jasad korban sendiri langsung dimakamkan pada Kamis (26/4/2012) di TPU Labuhandeli. Syahrial mengaku sudah melaporkan kasus itu ke Polres Pelabuhan Belawan.
Isu Gempa di Aceh Tidak Benar
SERAMBI/BUDI FATRIA | Dok Litbang
Petugas
pemantau gempa memeriksa alat pendeteksi gempa di UPT Stasion Pusat
Gempa Mata Ie, Aceh Besar, Selasa (11/5). BMKG mengatakan pasca gempa
bumi pada Minggu (9/5) masih terjadi gempa susulan namun dengan
intensitas kecil menghimbau agar masyarakat tidak panik dengan gempa
susulan.
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Isu yang beredar melalui
layanan pesan singkat (SMS) di masyarakat bahwa akan terjadi gempa bumi
12 skala Richer (SR) di sekitar Pulau Sumatera adalah tidak benar. M
asyarakat diminta tetap tenang dan waspada.
Demikian siaran pers bersama Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) bersama Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana (TDMRC) Universitas Syiah Kuala, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Aceh, I katan Ahli Geologi Indonesia ( IAGI) Aceh, Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI) Aceh, Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia(MPBI), Radio Antar Penduduk Indonesia (RAPI ), dan TAGANA, yang diterima Kompas, Kamis (26/4). Siaran pers bersam ini bertujuan untuk mengklarifikasi isu gempa tersebut.
Dalam siaran pers tersebut disampaikan bahwa dari sudut pandang ilmiah, penggunaan SR (Skala Richter) seperti yang disampaikan dalam SMS itu sebenarnya tidak dapat digunakan untuk gempa skala besar. Gempa bumi dengan skala Richter h anya
sampai 10 SR atau lebih tepatnya 10 MW (dalam satuan yang hampir sama besar dengan SR).
Sumberi nformasi yang dicantumkan di dalam SMS tersebut juga tidak dikenal dalam lingkungan ilmuwan kegempaan dunia. Selain itu, sampai dengan saat ini belum ada satu pun ilmuwan di dunia yang mampu memprediksikan kapan terjadinya gempa secara tepat. Oleh karena itu, prediksi gempa yang mengikutkan prediks i waktu adalah keliru dan meresahkan.
Masyarakat juga diimbau untuk tidak meneruskan SMS-SMS gempa bumi yang mencantumkan prediksi gempa 12 SR tersebut dan waktu terjadinya. Tokoh masyarakat pun juga diminta untuk turut menangkan masyarakat yang kini dicekam cemas oleh hadirnya SMS-SMS tentang gempa itu.
Hal yang perlu dilakukan masyarakat saat ini adalah meningkatkan pemahaman dan pengetahuan kebencanaan , seperti gempa bumi, tsunami, banjir, dan longsor. Masyarakat juga diimbau untuk memperhatikan arahan yang diberikan sumber resmi seperti BMKG, BPBA, dan BPBD kabupaten dan kota, dan pemerintah daerah tanpa perlu panik atau khawatir berlebihan.
Untuk informasi lebih lanjut, masyarakat dipersilahkan menghubungi BPBD Aceh dengan telepon 0651-21265 atau ke BMKG Aceh dengan telepom 0651-4 2840.
Eskalasi Gempa Terus Menurun
Petugas
BMKG memperlihatkan kertas seismograf berisi data gempa 11 April 2012
(atas) dan gempa yang terjadi Rabu kemarin, di mana eskalasinya
berkurang secara signifikan. Foto direkam di Kantor Stasiun Geofisika
Mataie, Banda Aceh, Rabu (25/4) malam. SERAMBI/M ANSHAR
BANDA ACEH - Pascagempa 8,5 dan 8,1 SR yang mengguncang Aceh pada 11 April 2012, hingga saat ini eskalasi atau frekuensi gempa tektonik terus menurun bahkan relatif normal.
Stasion Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (SMKG) Mataie, Aceh Besar mencatat, pascagempa 11 April 2012 memang sempat terjadi ratusan kali gempa susulan di wilayah sumatera, termasuk Aceh. “Namun, setelah gempa kuat yang berpusat di sekitar Simeulue tersebut, kini eskalasinya menurun drastis,” kata Kepala SMKG Mata ie, Syahnan.
Menurut Syahnan, bila beberapa hari lalu gempa rata-rata delapan kali sehari, maka sejak dua hari terakhir ini, durasi gempa terus menurun hingga tiga sampai lima kali sehari. Itu pun getarannya hanya bisa tercatat seismograf (alat pencatat gempa) dan guncangannya tidak dirasakan oleh manusia,” jelas Syahnan.
Menanggapi isu dan prediksi segelintir oknum tak bertanggungjawab, baik melalui Black Berry Messenger (BBM) maupun lewat dunia maya atau internet, Syahnan menegaskan BMKG tidak pernah mengeluarkan informasi dan prediksi serta pernyataan menyesatkan, bahkan terkesan mendahului takdir Allah SWT.
“Kecuali Allah SWT, di muka bumi ini belum ada seorang pun para ahli geologi dan geofisika yang mengetahui kapan terjadi gempa bumi, baik tektonik maupun vulkanik. Dukun ahli sekalipun, selama ini tak pernah cocok dengan ramalannya,” kata Syahnan.
Syahnan juga menjelaskan, gempa 8,5 dan 8,1 SR yang terjadi dua pekan lalu adalah sebagai dampak proses subduksi pada lempeng Euroasia dan Indo-Australia di Barat Sumatera dan Kepulauan Simeulue yang menimbulkan rangkaian gempa di wilayah Sumatera.
Subduksi itu, kemudian menimbulkan respons pada patahan yang disebut sesar semangko, -- yang terdapat di sepanjang Pulau Sumatera.
Isu akan terjadi gempa besar di Sumatera juga merebak cepat di kalangan masyarakat Aceh, termasuk masyarakat Aceh Jaya yang dilaporkan sempat mengungsi ke lokasi-lokasi aman. Namun pada Rabu sore kemarin, masyarakat sudah kembali ke rumah masing-masing.
Camat Sampoiniet, Sabirin SE kepada Serambi mengatakan, isu akan terjadi gempa sengaja disebarkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk maksud-maksud yang belum diketahui. “Akibat isu tersebut telah memunculkan kepanikan. Semoga masyarakat tak terlalu percaya dengan isu-isu yang tak jelas asal-usulnya,” kata Camat Sabirin.
Ini Dia 2 Mobil Konsep Toyota
Beijing - Pabrikan mobil Toyota kembali menunjukkan tajinya dengan memperlihatkan dua mobil konsep di Beijing, China. Dua mobil itu bermodel hatchback dan sedan dengan nama Dear Qin dan Yundong Shuangqing.
Untuk Dear Qin, mobil memiliki model hatchback dengan konsep front-wheel drive. Toyota mengatakan kalau mobil ini di desain agar memiliki handling yang lincah dengan desain yang 'penuh emosi'.
Toyota mengatakan kalau mobil ini tidaklah hanya akan menjadi mobil konsep semata. Sebab mereka sudah berencana untuk memasarkannya secara global di 2013 mendatang.
Sementara Yundong Shuangqing adalah sebuah mobil sedan konsep yang mengusung dua dapur pacu alias hybrid. Tapi berbeda dengan Dear Qin yang akan menjadi mobil global, Yundong Shuangqing hanya diperuntukkan untuk pasar China semata ketika diproduksi massal nantinya.
Toyota mengatakan bahwa mobil ini dirancang di Toyota R&D Center Changshu, China.
"Kami ingin menempatkan senyum di wajah pelanggan China kami dengan teknologi hybrid. Saya ingin rakyat China untuk mendapatkan keindahan dari teknologi hybrid melalui mobil hybrid yang lahir di China," ungkap President Toyota Motor Corp Akio Toyoda.
IST
Ikan Depik
SERAMBINEWS.COM, TAKENGON - Tiga tahun terakhir, populasi ikan Depik (latin: Rasbora Leptasoma) terus menurun, bahkan, pada tempat-tempat tertentu tidak ditemukan lagi kawanan ikan Depik dalam jumlah besar.
Semakin berkurangnya Ikan Depik diduga disebabkan oleh penangkapan besar-besaran yang dilakukan oleh warga dan nelayan, sementara tidak ada upaya-upaya penyelamatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat setempat. Warga yang selama ini bekerja sebagai nelayan ikan Depik mulai beralih ke profesi lain, karena pendapatan dari mencari ikan Depik semakin menurun.
Seorang nelayan di Kampung Toweren Uken, Kecamatan Lut Tawar, Aceh Tengah, Aman Husni (45), Rabu (19/10/2011) mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, hasil tangkapan Ikan Depik semakin menurun dari biasanya. Dua hingga tahun lalu, katanya, dari hasil menjaring ikan Depik dalam semalam, manghasilkan 10 bambu (sekitar 15 klogram) setiap harinya, namun belakangan ini, hanya menghasilkan paling banyak tiga bambu (sekitar tiga kilogram) saja. Ia telah mencoba melakukan penjeringan ikan Depik hingga ke tengah-tengah Danau Laut Tawar agar mendapatkan kawanan ikan, namun, hasil tangkapan ikan Depik semakin seret.
Dahulu, kata Aman Husni, dengan harga jual Ikan Depik per bambu Rp 30.000, penghasilan dari nelayan Ikan Depik mencapai Rp 300.000 per hari, namun kini, dengan harga Ikan Depik Rp 40.000 hingga Rp 50.000 per bambu, ia hanya mampu mengumpulkan dua bambu ikan Depik setiap harinya. Hitung-hitung, katanya, pendapatan sehari hanya Rp 80.000 hingga Rp 100.000 per hari dari berjualan ikan depik. Pada tahun 2002 hingga 2009 lalu, jumlah populasi Ikan Depik di Danau Laut Tawar Takengon masih banyak, bahkan pada musim Depik, antara bulan Agustus hingga Desember setiap tahunnya, Ikkan Depik muncul melimpah dari biasanya.
“Saat cuaca dingin, populasi ikan Depik meningkat tajam, sehinga musim dingin identik dengan Musim Depik,” ujar Aman Husni.
Nelayan lainnya, Saiful mengatakan, berkurangnya polupasi ikan Depik diperkirakan akibat perburuan besar-besaran yang dilakukan oleh nelayan dan warga di putar Danau Laut Tawar, bahkan, ikan-ikan langka itu juga diminati oleh sejumlah pelancong luar daerah. Dari sisi, katanya, Ikan Depik itu tidak dapat dibudidayakan baik di dalam keramba (jaring apung) maupun kolam ikan, Ikan Depik hanya hidup di Danau Laut Tawar dan berkembang biak secara alami.
“Belum ditemukan adanya teknik budidaya ikan Depik secara modern, namun semua proses berkembangbiaknya ikan Depik berlangsung secara alami,” ujar Saiful.
Nelayan Kampung One-One, Kecamatan Lut Tawar, Aceh Tengah, Aman Fari mengharapkan kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Tengah untuk membuat Qanun tentang Pengaturan Penangkapan Ikan Depik di Danau Laut Tawar, minimal membatasi ukuran diameter mata jaring (doran) yang digunakan untuk menangkap ikan Depik. Dari sisi lain, katanya, munculnya ratusan bangunan keramba (jaring apung) di Danau Laut Tawar juga mengancam habitat Ikan Depik, ditambah lagi, banyaknya sisa-sisa makanan ikan (pelet) yang mengendap ke dasar dan berubah menjadi limbah.
“Saya meminta pemerintah membatasi perburuan Ikan Depik di Danau Laut Tawar dengan pemberian sanksi kepada nelayan yang melanggar,” ujar Aman Fari.
Aceh Tengah Sayembarakan Logo Festival Laut Tawar
TAKENGON - Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga
(Disbudparpora) Aceh Tengah, menggelar lomba desain logo Festival Danau
Laut Tawar. Lomba itu bagian dari salah satu persiapan penyelenggaraan
Festival Danau Laut Tawar di Kota Takengon pada 2013 mendatang.
“Tahun depan dipenuh dengan kegiatan wisata yaang dikemas dalam Visit Aceh Year 2013. Sedangkan untuk Kabupaten Aceh Tengah, akan digelar Festival Danau Lut Tawar 2013 yang merupakan even perdana di daerah ini,” kata Muchlis Gayo kepada Serambi Rabu (18/4).
Dia menyebutkan, perlombaan pembuatan logo berlangsung dari 15 April sampai 15 Mei 2012 dan peserta dapat mengirimkan logo buatannya ke pihaknya. “Para dewan juri akan menilai logo yang terbaik dan jika memenuhi kriteria yang ditetapkan, maka akan menjadi logo resmi festival tersebut,” katanya.
Disebutkan, hadiah pemenang desain logo sebesar Rp 1,5 juta, tetapi masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi dalam sayembara ini. Dia mengakui, anggaran untuk hadiah belum sesuai dengan yang diharapkan, tetapi akan terus diupayakan bertambah.
Sementara itu, rangkaian kegiatan lainya yang akan dan telah dilaksanakan diantaranya pemilihan duta wisata, pemilihan puteri kopi, lomba foto wisata, lomba cipta kreasi souvenir, lomba renang tradisional, lomba kecekatan memanen padi secara tradisional Gayo, lomba gasing, sepeda wisata, pembersihan sampah diluar dan didalam danau Lut Tawar, serta sayembara logo festival danau Lut Tawar 2013.
“Rangkaian kegiatan tersebut belum termasuk kegiatan yang sudah rutin dilaksanakan seperti pacuan kuda, balap perahu, gita bahana, pagelaran seni Gayo dan lain-lain. Untuk lomba desain logo informasi lebih lanjut bisa dikonfirmasikan ke dinas pariwisata serta dilihat di beberapa situs resmi tentang Gayo,” pungkas Muchlis Gayo.
“Tahun depan dipenuh dengan kegiatan wisata yaang dikemas dalam Visit Aceh Year 2013. Sedangkan untuk Kabupaten Aceh Tengah, akan digelar Festival Danau Lut Tawar 2013 yang merupakan even perdana di daerah ini,” kata Muchlis Gayo kepada Serambi Rabu (18/4).
Dia menyebutkan, perlombaan pembuatan logo berlangsung dari 15 April sampai 15 Mei 2012 dan peserta dapat mengirimkan logo buatannya ke pihaknya. “Para dewan juri akan menilai logo yang terbaik dan jika memenuhi kriteria yang ditetapkan, maka akan menjadi logo resmi festival tersebut,” katanya.
Disebutkan, hadiah pemenang desain logo sebesar Rp 1,5 juta, tetapi masyarakat diharapkan dapat berpartisipasi dalam sayembara ini. Dia mengakui, anggaran untuk hadiah belum sesuai dengan yang diharapkan, tetapi akan terus diupayakan bertambah.
Sementara itu, rangkaian kegiatan lainya yang akan dan telah dilaksanakan diantaranya pemilihan duta wisata, pemilihan puteri kopi, lomba foto wisata, lomba cipta kreasi souvenir, lomba renang tradisional, lomba kecekatan memanen padi secara tradisional Gayo, lomba gasing, sepeda wisata, pembersihan sampah diluar dan didalam danau Lut Tawar, serta sayembara logo festival danau Lut Tawar 2013.
“Rangkaian kegiatan tersebut belum termasuk kegiatan yang sudah rutin dilaksanakan seperti pacuan kuda, balap perahu, gita bahana, pagelaran seni Gayo dan lain-lain. Untuk lomba desain logo informasi lebih lanjut bisa dikonfirmasikan ke dinas pariwisata serta dilihat di beberapa situs resmi tentang Gayo,” pungkas Muchlis Gayo.
Rabu, 25 April 2012
10 Gempa Terbesar di Dunia Sejak 1900
Setelah gempa 8,7 Skala Richter yang mengguncang Aceh, Sumatera Utara,
dan Padang, 12 April 2012 lalu, berikut adalah 10 gempa terkuat yang
pernah terekam sejak 1900 sampai sekarang.
22 Mei 1960 - Chile, gempa berskala 9,5 Skala Richter mengguncang Santiago dan Concepcion, menyebabkan gelombang laut dan ledakan gunung api. Sekitar 5000 orang terbunuh dan 2 juta orang kehilangan rumah.
28 Maret 1964 - Alaska, gempa dan tsunami yang terjadi sesudahnya membunuh 125 orang dan menyebabkan kerugian $310 juta. Gempa skala 9,2 SR ini menyerang Alaska dan bagian barat Yukon Territory serta British Columbia di Kanada.
26 December 2004 - Indonesia, gempa 9,1 SR menyerang pesisir Provinsi Aceh di Indonesia, menyebabkan tsunami yang membunuh 226 ribu orang di Indonesia, Sri Lanka, Thailand, India, dan sembilan negara lainnya.
4 November 1952 - Rusia, gempa 9 SR menyebabkan tsunami yang mencapai Kepulauan Hawaii. Tidak ada korban jiwa dalam gempa ini.
11 Maret 2011 - Jepang, gempa 9 SR menyerang Jepang, menyebabkan banyak korban. US Geological Survey memverifikasi gempa terletak di kedalaman 24,3 km dan pusatnya di 130,3 km timur Sendai, di pulau Honshu.
Gempa ini adalah yang terkuat yang pernah tercatat di Jepang. Tsunami yang terjadi setelah itu memicu krisis nuklir paling parah dalam 25 tahun terakhir. Lebih dari 15 ribu orang tewas akibat kombinasi gempa dan tsunami.
Filipina, Taiwan, dan Indonesia mengeluarkan peringatan tsunami. Peringatan tsunami dari Pacific Tsunami Warning Center mencapai Kolombia dan Peru.
27 Februari 2010 - Chile, gempa 8,8 SR dan tsunami menyebabkan tewasnya 500 orang dan kerusakan $30 miliar, merusak ratusan ribu rumah dan menghancurkan jalan-jalan tol serta jembatan.
31 Januari 1906 - Ekuador, gempa 8,8 SR menyerang pesisir Ekuador dan Kolombia, menyebabkan tsunami yang menewaskan 1000 orang. Getarannya terasa di sepanjang pesisir Amerika Tengah dan bahkan sampai San Francisco dan barat Jepang.
11 April 2012 - Gempa 8,7 SR menyerang Aceh, 495,6 km dari barat daya Banda Aceh. Getarannya terasa sejauh Singapura, Thailand, dan India.
4 Februari 1965 - Alaska, gempa 8,7 SR menghasilkan tsunami yang mencapai 10,7 meter tingginya di Pulau Shemya.
28 Maret 2005 - Gempa 8,6 SR di Nias, Sumatra membunuh 1300 orang.
Sumber: Reuters/Situs U.S. Geological Survey Earthquake - http://earthquake.usgs.gov/
22 Mei 1960 - Chile, gempa berskala 9,5 Skala Richter mengguncang Santiago dan Concepcion, menyebabkan gelombang laut dan ledakan gunung api. Sekitar 5000 orang terbunuh dan 2 juta orang kehilangan rumah.
28 Maret 1964 - Alaska, gempa dan tsunami yang terjadi sesudahnya membunuh 125 orang dan menyebabkan kerugian $310 juta. Gempa skala 9,2 SR ini menyerang Alaska dan bagian barat Yukon Territory serta British Columbia di Kanada.
26 December 2004 - Indonesia, gempa 9,1 SR menyerang pesisir Provinsi Aceh di Indonesia, menyebabkan tsunami yang membunuh 226 ribu orang di Indonesia, Sri Lanka, Thailand, India, dan sembilan negara lainnya.
4 November 1952 - Rusia, gempa 9 SR menyebabkan tsunami yang mencapai Kepulauan Hawaii. Tidak ada korban jiwa dalam gempa ini.
11 Maret 2011 - Jepang, gempa 9 SR menyerang Jepang, menyebabkan banyak korban. US Geological Survey memverifikasi gempa terletak di kedalaman 24,3 km dan pusatnya di 130,3 km timur Sendai, di pulau Honshu.
Gempa ini adalah yang terkuat yang pernah tercatat di Jepang. Tsunami yang terjadi setelah itu memicu krisis nuklir paling parah dalam 25 tahun terakhir. Lebih dari 15 ribu orang tewas akibat kombinasi gempa dan tsunami.
Filipina, Taiwan, dan Indonesia mengeluarkan peringatan tsunami. Peringatan tsunami dari Pacific Tsunami Warning Center mencapai Kolombia dan Peru.
27 Februari 2010 - Chile, gempa 8,8 SR dan tsunami menyebabkan tewasnya 500 orang dan kerusakan $30 miliar, merusak ratusan ribu rumah dan menghancurkan jalan-jalan tol serta jembatan.
31 Januari 1906 - Ekuador, gempa 8,8 SR menyerang pesisir Ekuador dan Kolombia, menyebabkan tsunami yang menewaskan 1000 orang. Getarannya terasa di sepanjang pesisir Amerika Tengah dan bahkan sampai San Francisco dan barat Jepang.
11 April 2012 - Gempa 8,7 SR menyerang Aceh, 495,6 km dari barat daya Banda Aceh. Getarannya terasa sejauh Singapura, Thailand, dan India.
4 Februari 1965 - Alaska, gempa 8,7 SR menghasilkan tsunami yang mencapai 10,7 meter tingginya di Pulau Shemya.
28 Maret 2005 - Gempa 8,6 SR di Nias, Sumatra membunuh 1300 orang.
Sumber: Reuters/Situs U.S. Geological Survey Earthquake - http://earthquake.usgs.gov/
Selasa, 24 April 2012
Penebangan Hutan Bakau di Tamiang Berlanjut
KUALASIMPANG - Hutan bakau di pesisir Desa Pusong Kapal, Kecamatan
Seruway, Aceh Tamiang, terus ditebangi tanpa ada upaya pencegahan dari
Pemkab Aceh Tamiang. Penebangan hutan itu akan berakibat desa tersebut
terancam abrasi.
Datok Pusong Kapal, Bramsyah kepada Serambi, Jumat (20/4) mengatakan, aktifitas penebangan kayu bakau untuk pembuatan arang terus meningkat di kawasan ujung Tamiang, daerah pinggir laut. Kondisi ini jika dibiarkan terus menerus, sangat rawan bagi kelangsungan Desa Pusong kapal ke depan. “Kalau hutan bakau terus ditebang, ke depan desa kami akan habis dihantam abrasi,”ujarnya.
Disamping itu, dikawasan hutan bakau yang saat ini ditebang, ada juga dipasang plang penangkar penyu, namun ukuran dan berat binatang ini lebih kecil dari penyu biasa, sekitar 15 Kg. Selama ini kawasan pantai dekat dengan penebangan kayu bakau dijadikan tempat tutong bertelur. “Orang banyak yang penasaran bagaimana bentuk tutong itu, sehingga bisa dijadikan sebagai daya tarik wisata,”ujarnya.
Pihaknya sebut Bramsyah, tidak sanggup lagi mencegah dan melarang warga desa lainnya agar tidak menebang kayu bakau di kawasan dekat dengan desa mereka.”Kita sudah cegah tapi tak sanggup lagi untuk melarang, kita harapkan dinas terkait Pemkab Tamiang melakukan pencegahan,”ujarnya.
Datok Pusong Kapal, Bramsyah kepada Serambi, Jumat (20/4) mengatakan, aktifitas penebangan kayu bakau untuk pembuatan arang terus meningkat di kawasan ujung Tamiang, daerah pinggir laut. Kondisi ini jika dibiarkan terus menerus, sangat rawan bagi kelangsungan Desa Pusong kapal ke depan. “Kalau hutan bakau terus ditebang, ke depan desa kami akan habis dihantam abrasi,”ujarnya.
Disamping itu, dikawasan hutan bakau yang saat ini ditebang, ada juga dipasang plang penangkar penyu, namun ukuran dan berat binatang ini lebih kecil dari penyu biasa, sekitar 15 Kg. Selama ini kawasan pantai dekat dengan penebangan kayu bakau dijadikan tempat tutong bertelur. “Orang banyak yang penasaran bagaimana bentuk tutong itu, sehingga bisa dijadikan sebagai daya tarik wisata,”ujarnya.
Pihaknya sebut Bramsyah, tidak sanggup lagi mencegah dan melarang warga desa lainnya agar tidak menebang kayu bakau di kawasan dekat dengan desa mereka.”Kita sudah cegah tapi tak sanggup lagi untuk melarang, kita harapkan dinas terkait Pemkab Tamiang melakukan pencegahan,”ujarnya.
10 Makanan Anti Penuaan
SERAMBINEWS.COM - Setiap orang yang menjelang usia tua itu adalah proses alami. Namun ada
baiknya penuaan pun dijaga dengan asupan makanan yang dikabarkan anti
penuaan. Lantas, makanan apa saja yang dipercaya mampu memperlambat
proses penuaan tersebut? Berikut sepuluh makanan anti penuaan yang
paling populer.
1. Berries
Blueberry dan blackberry merupakan sumber flavonoid yang tinggi antioksidan. Gooseberry juga merupakan sumber sangat kaya vitamin C yang sangat berguna untuk tubuh, karena membantu melancarkan peredaran darah. Selain itu memberikan pula asupan mineral dan garam yang diperlukan untuk mempertahankan dan melindungi tubuh terhadap penuaan serta radikal bebas.
2. Sayuran Hijau
Sayuran berdaun hijau seperti brokoli, bayam, selada, salad daun besar mengandung antioksidan dan merupakan sumber yang baik vitamin C yang mampu memperlambat munculnya garis-garis halus di kulit. Sayuran ini juga mengandung lycopene dan beta-karoten yang mampu melindungi kulit dari paparan ultraviolet (sinar matahari).
3. Alpukat
Alpukat selain memiliki efek alkalising (memberi energi) pada tubuh, juga kaya kandungan vitamin E yang penting untuk menjaga kelembapan dan kesegaran kulit dan rambut. Tak hanya itu, buah ini juga merupakan sumber kaya kalium yang mampu mencegah tekanan darah tinggi dan membantu dalam retensi cairan.
4. Melon dan Semangka
Kedua buah ini dikenal sebagai salah satu makanan terbaik untuk anti penuaan makanan terbaik. Ini dikarenakan memiliki efek alkalising pada tubuh. Tak hanya itu, kedua buah ini juga mengandung nutrisi seperti selenium A, Vitamin, B, C dan E, lemak esensial dan seng, yang menyediakan tubuh dengan cairan penting.
5. Kacang
Kacang seperti almond, mete dan kenari merupakan sumber energi. Mengonsumsi jenis makanan ini setiap hari membantu menghambat proses penuaan dan membuat tubuh jadi berenergi.
6. Yoghurt
Yoghurt mengandung mineral penting seperti kalium, kalsium, protein dan vitamin B. Yang paling penting dari semua itu adalah kandungan bakteri baik yang membantu dalam penyerapan nutrisi di usus dan menstabilkan sistem kekebalan tubuh. Tak hanya itu, minuman ini juga sangat baik untuk kulit karena memiliki anti-jamur. Karenanya, bila Anda mengalami infeksi atau luka, atasinya saja dengan mengoleskan yoghurt.
7. Salmon
Salmon merupakan sumber tinggi protein dan asam omega 3, yang amat baik bagi kesehatan kulit. Para ahli menyarankan untuk mengonsumsi ikan ini setidaknya tiga kali seminggu untuk hasil terbaik.
8. Bawang Putih
Bawang putih merupakan sumber antioksidan yang tak hanya membantu mencegah degenerasi sel dan penyakit jantung, tapi juga memperlambat pertumbuhan sel abnormal sehingga mampu mencegah proses penuaan. Para ahli mengatakan, mengonsumsinya mentah-mentah merupakan cara terbaik agar Anda merasakan manfaatnya secara maksimal.
9. Jahe
Jahe sangat baik untuk membantu pencernaan. Hal ini tentu saja akan berdampak pada metabolisme tubuh yang memengaruhi pula pada kesehatan kulit.
10. Air
Air merupakan salah satu pilihan terbaik untuk melawan penuaan. Mengonsumsi air sesuai kebutuhan selain menyehatkan tubuh juga mampu menjaga kelembaban dan kesegaran kulit. Tak hanya itu, air juga mampu mengeluarkan semua racun dalam tubuh. Untuk memenuhi kecukupan cairan dalam tubuh, para ahli menyarankan untuk mengonsumsi air sebanyak 6- 8 gelas per hari.
Rabu, 18 April 2012
Ini Dia, Beasiswa Pemerintah Aceh 2012
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Dalam rangka meningkatkan SDM Aceh, Pemerintah Aceh kembali menyediakan sejumlah beasiswa Tahun Anggaran 2012.
Program beasiswa ini terbuka untuk orang Aceh yang PNS dan non PNS dalam wilayah Aceh. Berikut ini, syarat dan ketentuan serta bidang-bidang yang di prioritaskan. klik di sini
http://www.lpsdm.acehprov.go.id/index.php/informasi-beasiswa
Program beasiswa ini terbuka untuk orang Aceh yang PNS dan non PNS dalam wilayah Aceh. Berikut ini, syarat dan ketentuan serta bidang-bidang yang di prioritaskan. klik di sini
http://www.lpsdm.acehprov.go.id/index.php/informasi-beasiswa
Gempa Besar Tsunami Kecil, Mengapa?
KOMPAS/DEFRI WERDIONO Museum Tsunami - Bangunan Museum Tsunami yang ada di Banda Aceh, Provinsi Aceh, nampak cukup megah jika dilihat dari luar. Kini Museum yang belum satu tahun beroperasi itu menjadi salah satu obyek wisata tsunami di Banda Aceh yang menarik minat pengunjung.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun mengeluarkan peringatan ancaman tsunami. Pada pukul 19.45 WIB, peringatan tsunami baru diakhiri. Nah, menilik gempa yang terjadi, sebenarnya kekuatannya tergolong besar. Dengan 8,5 skala Richter dan disusul 8,1 skala Richter, tsunami besar bisa saja terjadi. Namun, meski menimpa beberapa daerah, yaitu Meulaboh, Sabang dan Lahewa, ternyata tsunami yang terjadi adalah tsunami kecil.
Besarnya jauh lebih kecil dari tsunami pada tahun 2004. Mengapa? Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, alasan tsunami hanya berskala kecil terkait lokasi pusat gempa dan gerakan sesar. "Pusat gempa terjadi di luar zona subduksi," ungkap Sutopo dalam konferensi pers, Rabu (11/4/2012).
Zona subduksi adalah zona tempat bertemunya dua lempeng. Diketahui, gempa pertama dan sejumlah gempa susulan yang terjadi berpusat di sebelah barat zona subduksi, menjauh dari daratan Pulau Sumatera. Gempa kali ini berbeda dengan gempa Aceh pada 2004. Apabila pusat gempa berada di luar zona subduksi, potensi tsunami tetap ada, tetapi lebih kecil. "Gempa juga terjadi akibat sesar geser, bukan naik atau turun," ujar Sutopo menambahkan.
Ada tiga gerakan sesar, yakni vertikal, horizontal, dan miring (oblique). Gerak sesar vertikal lebih berpotensi mengakibatkan tsunami. Pada gempa kali ini, gerak sesar yang terjadi adalah miring, didominasi gerak sesar datar. Dengan demikian, tsunami bisa terjadi, tetapi sangat kecil.
Berdasarkan pemantauan BMKG, tsunami yang terjadi hanya setinggi 80 sentimeter di Meulaboh pukul 17.04 WIB dan 6 cm di Sabang pada pukul 17.00 WIB. Sementara itu, pantauan Bakosurtanal juga tak jauh berbeda. Di Meulaboh, tinggi tsunami hanya 1,02 meter sementara di Lahewa (Nias Utara) hanya 1 meter.
Gempa Aceh Adalah Gempa Kembar
SERAMBI INDONESIA/M ANSHAR Pusat gempa 8,5 SR di Aceh (lingkaran merah).
JAKARTA, KOMPAS.com - Gempa yang terjadi di Provinsi Aceh Nangroe Darussalam, Rabu (11/4/2012) sore, ternyata bukan satu gempa utama yang diikuti dengan sejumlah gempa susulan. Rangkaian gempa itu merupakan dua gempa utama.
"Gempa kemarin sebenarnya gempa kembar. Jadi ada dua gempa utama," kata Danny Hilman Natawijaya, pakar geologi dan palaeotsunami dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
Gempa pertama terjadi pada pukul 15.38 WIB dengan kekuatan 8,5 skala Richter. Pusat gempa pada kedalaman 10 km, berjarak 346 km barat daya Kabupaten Simeuleu.
Adapun gempa kedua terjadi pada pukul 17.43 WIB dengan kekuatan 8,1 skala Richter. Pusat gempa punya kedalaman 10 km dan berjarak 483 km barat daya Simeuleu. "Lokasi pusat gempa keduanya memang berdekatan, semua berpusat di luar zona subduksi," kata Danny saat dihubungi Kompas.com, Kamis (12/4/2012).
Akibat dua gempa yang terjadi kemarin, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini akan potensi terjadinya tsunami. Peringatan tsunami diakhiri pukul 19.45 WIB.
Tsunami memang terjadi setelah gempa besar pertama, meskipun dalam intensitas kecil. Berdasarkan informasi BMKG, tsunami terjadi di Meulaboh setinggi 80 cm pukul 17.00 dan di Sabang setinggi 6 cm pukul 17.04.
Tsunami besar tidak terjadi sebab gempa lebih dipicu oleh gerakan sesar miring (oblique) dan di luar zona subduksi. Tsunami besar bisa terjadi bila pusat gempa di zona subduksi dan gerakan sesar vertikal. Hingga saat ini, telah ada 28 gempa susulan yang terjadi akibat dua gempa yang terjadi kemarin.
Terumbu Karang Tertutup Sedimen
KOMPAS/INGKI RINALDI Kondisi terumbu karang di sisi timur perairan Pulau Tangah, Kota Pariaman, Sumatera Barat, Minggu (22/1/2012) yang relatif ditutupi sedimen didominasi karang jenis Montifora sp dengan bentuk hidup lembaran daun (foliose). Dominannya terumbu karang jenis itu disebabkan kondisi ekstrem perairan yang membuat relatif tidak beragamnya jenis terumbu karang yang bisa hidup.
Kepala Seksi Konservasi Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Pariaman, Citra Aditurbahri, Senin (23/1/2012), mengatakan, relatif banyaknya muara sungai membuat sedimentasi relatif tidak bisa dibendung. Kesulitan itu termasuk bila dilakukan upaya rekayasa teknik dengan membuat semacam bendungan.
Menurut Citra, yang paling memungkinkan ialah dengan menambah kondisi tutupan terumbu karang dan meningkatkan upaya pelestarian di sisi tim ur atau tenggara dan barat pulau tersebut. Sehari sebelumnya kondisi ebagian besar terumbu karang di sisi timur pulau itu terpantau dalam tutupan sedimentasi saat Kompas melakukan penyelaman pada kedalaman sekitar lima meter.
Terumbu Karang Pariaman Terhadang Sedimentasi
Pariaman, Kompas - Keragaman jenis terumbu karang di Indonesia terus berkurang. Data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia serta Kementerian Kelautan dan Perikanan menunjukkan hal itu.
Di beberapa daerah, kerusakan disebabkan sedimentasi dari daratan. Salah satunya, keragaman jenis terumbu karang di perairan pulau-pulau kecil yang termasuk Kota Pariaman, Sumatera Barat, seperti terpantau Minggu (22/1), lewat penyelaman metode self- contained underwater breathing apparatus (SCUBA).
Tutupan terumbu karang di sisi timur Pulau Tangah didominasi endapan sedimen. Adapun jenis terumbu karang yang dominan adalah Montipora sp dengan bentuk hidup lembaran daun. Sejumlah kecil jenis Acropora sp juga terlihat.
Peneliti Yayasan Minang Bahari, Samsuardi, mengatakan, minimnya keragaman terumbu karang akibat sedimentasi berlebihan. ”Hanya jenis-jenis terumbu karang itu yang bisa bertahan dalam kondisi demikian,” katanya. Relatif sedikitnya jenis Acropora sp dengan bentuk karang bercabang disebabkan bagian polip yang tertutup sedimen.
Sedimentasi disebabkan banyaknya muara sungai di daratan Kota Pariaman. Jarak relatif dekat antara Pulau Tangah dan daratan Kota Pariaman, sekitar 1 mil, juga menyebabkan sedimentasi itu.
Kerusakan hulu
Kepala Seksi Konservasi Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Pariaman Citra Aditurbahri mengatakan, saat ini dari kawasan pesisir di Pariaman sepanjang 12,7 kilometer terdapat beberapa muara sungai. Muara itu membawa material dari bagian hulu yang kondisinya relatif rusak.
Kerusakan itu terkait longsornya Lembah Gunung Tigo di Kanagarian Tandikat, Kabupaten Padang Pariaman, pascagempa bumi 30 September 2009. Hingga kini, materialnya masih terbawa aliran sungai dan menimbulkan endapan.
Ia menambahkan, sejauh ini belum ada metode efektif untuk mengatasi persoalan tersebut, termasuk mengupayakan rekayasa teknik dengan bendungan. Citra mengatakan, hanya bagian barat laut dan tenggara pulau yang kondisinya relatif bagus. ”Namun, kondisi pulau lain, seperti Pulau Kasiak, masih cukup bagus,” katanya.
Tangkapan berkurang
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Padang, Harfiandri Damanhuri, mengatakan, sedimentasi pada terumbu karang menurunkan tangkapan ikan. ”Termasuk ikan kerapu karena berasosiasi dengan terumbu karang,” katanya.
Terumbu karang merupakan sumber makanan, tempat pengasuhan, dan pembesaran ikan. Tahun 2008, terumbu karang hidup di Pulau Kasiak 54,87 persen, Pulang Angso (82,50 persen), Pulau Tangah (31,57 persen), Pulau Ujung (40 persen), dan Pulau Gosong Sibarat (45,48 persen).
Kondisi sangat baik ditandai persentase tutupan karang hidup 75-100 persen dalam satu kawasan. Kondisi baik 50-74,9 persen tutupan karang hidup, kondisi sedang 25-49,9 persen, dan kondisi rusak pada tutupan karang hidup 0-24,9 persen.
Dari analisis data primer dan sekunder Harfiandri, kondisi terumbu karang di Sumbar sepanjang 1992-2009 memiliki kondisi rusak berat dan sedang. Kondisi sangat baik dicapai tahun 2003 dengan persentase tutupan karang hidup 84,45 persen.
Dari data Pusat Penelitian Oseanografi LIPI tahun 2005, selama tahun 2000-2005 terdapat penurunan jumlah terumbu karang kondisi sangat baik secara nasional. Tahun 2000 terdapat 6,20 persen luasan, sedangkan tahun 2005 menjadi 5,80 persen.
Di beberapa daerah, kerusakan disebabkan sedimentasi dari daratan. Salah satunya, keragaman jenis terumbu karang di perairan pulau-pulau kecil yang termasuk Kota Pariaman, Sumatera Barat, seperti terpantau Minggu (22/1), lewat penyelaman metode self- contained underwater breathing apparatus (SCUBA).
Tutupan terumbu karang di sisi timur Pulau Tangah didominasi endapan sedimen. Adapun jenis terumbu karang yang dominan adalah Montipora sp dengan bentuk hidup lembaran daun. Sejumlah kecil jenis Acropora sp juga terlihat.
Peneliti Yayasan Minang Bahari, Samsuardi, mengatakan, minimnya keragaman terumbu karang akibat sedimentasi berlebihan. ”Hanya jenis-jenis terumbu karang itu yang bisa bertahan dalam kondisi demikian,” katanya. Relatif sedikitnya jenis Acropora sp dengan bentuk karang bercabang disebabkan bagian polip yang tertutup sedimen.
Sedimentasi disebabkan banyaknya muara sungai di daratan Kota Pariaman. Jarak relatif dekat antara Pulau Tangah dan daratan Kota Pariaman, sekitar 1 mil, juga menyebabkan sedimentasi itu.
Kerusakan hulu
Kepala Seksi Konservasi Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Pariaman Citra Aditurbahri mengatakan, saat ini dari kawasan pesisir di Pariaman sepanjang 12,7 kilometer terdapat beberapa muara sungai. Muara itu membawa material dari bagian hulu yang kondisinya relatif rusak.
Kerusakan itu terkait longsornya Lembah Gunung Tigo di Kanagarian Tandikat, Kabupaten Padang Pariaman, pascagempa bumi 30 September 2009. Hingga kini, materialnya masih terbawa aliran sungai dan menimbulkan endapan.
Ia menambahkan, sejauh ini belum ada metode efektif untuk mengatasi persoalan tersebut, termasuk mengupayakan rekayasa teknik dengan bendungan. Citra mengatakan, hanya bagian barat laut dan tenggara pulau yang kondisinya relatif bagus. ”Namun, kondisi pulau lain, seperti Pulau Kasiak, masih cukup bagus,” katanya.
Tangkapan berkurang
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Padang, Harfiandri Damanhuri, mengatakan, sedimentasi pada terumbu karang menurunkan tangkapan ikan. ”Termasuk ikan kerapu karena berasosiasi dengan terumbu karang,” katanya.
Terumbu karang merupakan sumber makanan, tempat pengasuhan, dan pembesaran ikan. Tahun 2008, terumbu karang hidup di Pulau Kasiak 54,87 persen, Pulang Angso (82,50 persen), Pulau Tangah (31,57 persen), Pulau Ujung (40 persen), dan Pulau Gosong Sibarat (45,48 persen).
Kondisi sangat baik ditandai persentase tutupan karang hidup 75-100 persen dalam satu kawasan. Kondisi baik 50-74,9 persen tutupan karang hidup, kondisi sedang 25-49,9 persen, dan kondisi rusak pada tutupan karang hidup 0-24,9 persen.
Dari analisis data primer dan sekunder Harfiandri, kondisi terumbu karang di Sumbar sepanjang 1992-2009 memiliki kondisi rusak berat dan sedang. Kondisi sangat baik dicapai tahun 2003 dengan persentase tutupan karang hidup 84,45 persen.
Dari data Pusat Penelitian Oseanografi LIPI tahun 2005, selama tahun 2000-2005 terdapat penurunan jumlah terumbu karang kondisi sangat baik secara nasional. Tahun 2000 terdapat 6,20 persen luasan, sedangkan tahun 2005 menjadi 5,80 persen.
Ratusan Nelayan Hadapi Perusakan Terumbu Karang
Kompas.com Ilustrasi.
Tarmizi (46) salah seorang nelayan di Pelabuhan Muaro, Jalan Batang Arau, Kota Padang, Rabu (1/2/2012), mengatakan, sudah sebulan terakhir ini penangkap ikan dengan pukat setan yang datang dari luar daerah, beroperasi di perairan Sumbar.
Tarmizi mengatakan, tidak kurang 10 kapal penangkap ikan berkapasitas 7 GT (gross ton) itu melakukan upaya penangkapan menggunakan pukat setan berkatrol, yang memiliki daya rusak lebih parah dibandingkan pukat harimau.
Ia mengatakan, biasanya kapal-kapal itu melaut selama satu pekan, untuk kemudian sandar di pelabuhan sebelum mulai melaut lagi.
Berdasarkan pengamatan Kompas, Selasa (31/1/2012), masih terdapat sebuah kapal yang diduga melakukan praktik tersebut sandar di Pelabuhan Muaro. Namun pada Rabu (1/2/2012) kapal itu sudah tidak tampak lagi.
Menurut Tarmizi, kapal-kapal itu sesungguhnya mencari udang besar atau lobster di perairan Kepulauan Mentawai. Namun dalam praktiknya, seluruh isi perairan yang masuk jangkauan jaring itu dikuras juga.
"Semuanya diambil, termasuk terumbu karang yang terangkat jaring nilon kuat dengan katrol itu," kata Tarmizi.
Ia menambahkan, akibatnya jenis-jenis ikan karang seperti kerapu makin sulit didapatkan.
Tarmizi mempertanyakan surat izin penangkapan ikan (SIPI) kapal-kapal itu, karena tidak semestinya beroperasi di wilayah perairan Sumbar.
Ia menengarai, kapal-kapal itu berasal dari Sibolga menyusul habisnya sumber tangkapan di wilayah perairan tersebut.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbar, Yosmeri, menyebutkan, tidak pernah mengeluarkan izin untuk penangkapan ikan dengan penggunaan pukat setan tersebut. Itu termasuk tidak pernah diterbitkannya SIPI, yang menjelaskan soal alat tangkap yang digunakan terkait penggunaan pukat setan itu.
"Nanti saya akan cek tentang pukat setan tersebut," kata Yosmeri.
Sulit Temukan Terumbu Karang Hidup di Pantai Bungus
KOMPAS/LASTI KURNIA Ilustrasi terumbu karang
Pantauan pada Sabtu (4/2/2012) saat Kompas melakukan snorkeling dan free dive pada kedalaman sekitar empat meter, menunjukkan, terumbu karang lebih banyak dalam kondisi meprihatinkan karena sedimentasi.
Sekalipun begitu, di sejumlah titik masih menyisakan terumbu karang yang hidup dengan bentuk pertumbuhan submasif dari jenis Goneastrea sp.
Di sekitar titik-titik itu, juga masih terdapat kumpulan ikan indikator dari beragam jenis. Warna ikan-ikan itu mulai yang serupa karang hingga yang berwarna-warni cerah dengan campuran hijau, biru, kuning, dan merah muda.
Kondisi itu dimanfaatkan sejumlah pemancing yang mencoba peruntungan dengan tali dan kail pancing.
Dua orang pemancing, Adi dan Yunizar, pada pagi itu tampak menunggu kemunculan cacing laut yang timbul sebentar saat pasang. Cacing laut biasa dimanfaatkan sebagai umpan oleh sebagian pemancing.
Melihat Wajah Terumbu Karang dari Pariaman
Kerusakan terumbu karang adalah wajah perairan Indonesia. Di Pulau Tangah, Kota Pariaman, Sumatera Barat, salah satunya. Sedimentasi mematikan terumbu karang yang mengurangi keragaman jenis.
Minggu (22/1), penyelaman Kompas menjumpai minimnya keragaman terumbu karang pada kedalaman 5 meter. Pengamatan juga dengan snorkeling. Jenis terumbu karang yang dominan adalah Montipora sp dengan bentuk hidup lembaran daun dan jenis Acropora sp.
Pada kedalaman 5 meter, dasar perairan didominasi sedimen. Jarak pandang pendek karena air keruh. Ikan-ikan yang berseliweran merupakan ikan indikator keberadaan terumbu karang yang lazim jadi ikan hias.
”Di sisi barat pulau itu juga berhadapan langsung dengan samudra sehingga terumbu karang relatif tak bisa berkembang,” kata peneliti dari Yayasan Minang Bahari, Samsuardi, yang juga pakar terumbu karang.
Pulau Tangah berjarak kurang dari setengah jam pelayaran, hanya 1 mil dari muara Pantai Gandoriah yang ramai. Pulau itu luasnya 6,58 hektar. Data Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Pariaman menunjukkan, rata-rata tutupan karang hidup 17 persen.
Kepala Seksi Program dan Pelaporan DKP Kota Pariaman M Nasir menambahkan, terdapat Pulau Kasiak, Pulau Angso, dan Pulau Ujung selain Pulau Tangah yang dikelola Kota Pariaman. Ada lagi Pulau Bando, yang dikelola pemerintah provinsi.
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Harfiandri Damanhuri, mengatakan, sedimen nyaris serupa terjadi pada Pulau Angso dan Pulau Ujung. Total suspended solid yang jadi ukuran kadar sedimentasi dalam air pulau-pulau itu cukup tinggi.
Nelayan terdampak
Pencemaran dan sedimentasi mengurangi tangkapan ikan nelayan. Terumbu karang adalah tempat ikan mencari makan dan memijah. Kondisi terumbu karang di Pariaman dalam kategori baik berdasarkan penelitian 2008.
Secara nasional, data Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI tahun 2005 menunjukkan, periode 2000-2005 ada penurunan jumlah terumbu karang dalam kondisi sangat baik. Tahun 2000, 6,20 persen luasan dengan tutupan karang hidup sangat baik.
Sementara tahun 2005 menjadi 5,80 persen. Selama periode itu, 6,23 persen tutupan terumbu karang berkualitas sangat baik; 25,33 persen baik; 34,13 persen sedang; dan 24,30 persen rusak.
Tahun 2006, data P2O LIPI menunjukkan, 5,20 persen terumbu karang dalam kondisi sangat baik; 24,02 persen baik; 37,35 persen sedang; dan 33,42 persen rusak. Kondisi Pariaman hanya contoh kecil, terumbu karang yang indah akan berubah menjadi mimpi buruk. Hanya soal waktu.
Minggu (22/1), penyelaman Kompas menjumpai minimnya keragaman terumbu karang pada kedalaman 5 meter. Pengamatan juga dengan snorkeling. Jenis terumbu karang yang dominan adalah Montipora sp dengan bentuk hidup lembaran daun dan jenis Acropora sp.
Pada kedalaman 5 meter, dasar perairan didominasi sedimen. Jarak pandang pendek karena air keruh. Ikan-ikan yang berseliweran merupakan ikan indikator keberadaan terumbu karang yang lazim jadi ikan hias.
”Di sisi barat pulau itu juga berhadapan langsung dengan samudra sehingga terumbu karang relatif tak bisa berkembang,” kata peneliti dari Yayasan Minang Bahari, Samsuardi, yang juga pakar terumbu karang.
Pulau Tangah berjarak kurang dari setengah jam pelayaran, hanya 1 mil dari muara Pantai Gandoriah yang ramai. Pulau itu luasnya 6,58 hektar. Data Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Pariaman menunjukkan, rata-rata tutupan karang hidup 17 persen.
Kepala Seksi Program dan Pelaporan DKP Kota Pariaman M Nasir menambahkan, terdapat Pulau Kasiak, Pulau Angso, dan Pulau Ujung selain Pulau Tangah yang dikelola Kota Pariaman. Ada lagi Pulau Bando, yang dikelola pemerintah provinsi.
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Harfiandri Damanhuri, mengatakan, sedimen nyaris serupa terjadi pada Pulau Angso dan Pulau Ujung. Total suspended solid yang jadi ukuran kadar sedimentasi dalam air pulau-pulau itu cukup tinggi.
Nelayan terdampak
Pencemaran dan sedimentasi mengurangi tangkapan ikan nelayan. Terumbu karang adalah tempat ikan mencari makan dan memijah. Kondisi terumbu karang di Pariaman dalam kategori baik berdasarkan penelitian 2008.
Secara nasional, data Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI tahun 2005 menunjukkan, periode 2000-2005 ada penurunan jumlah terumbu karang dalam kondisi sangat baik. Tahun 2000, 6,20 persen luasan dengan tutupan karang hidup sangat baik.
Sementara tahun 2005 menjadi 5,80 persen. Selama periode itu, 6,23 persen tutupan terumbu karang berkualitas sangat baik; 25,33 persen baik; 34,13 persen sedang; dan 24,30 persen rusak.
Tahun 2006, data P2O LIPI menunjukkan, 5,20 persen terumbu karang dalam kondisi sangat baik; 24,02 persen baik; 37,35 persen sedang; dan 33,42 persen rusak. Kondisi Pariaman hanya contoh kecil, terumbu karang yang indah akan berubah menjadi mimpi buruk. Hanya soal waktu.
Hanya 30 Persen Terumbu Karang dalam Kondisi Baik
KOMPAS/INGKI RINALDI Kondisi terumbu karang di sisi timur perairan Pulau Tangah, Kota Pariaman, Sumatera Barat, Minggu (22/1/2012) yang relatif ditutupi sedimen didominasi terumbu karang jenis Montipora sp. dengan bentuk hidup lembaran daun (foliose). Dominannya terumbu karang jenis itu disebabkan kondisi ekstrem perairan yang membuat relatif tidak beragamnya jenis terumbu karang yang bisa hidup.
MANADO, KOMPAS.com — Kondisi terumbu karang di Indonesia cukup memprihatinkan akibat kerusakan di sejumlah kawasan Indonesia timur dan tengah. Padahal, sebagian terumbu karang di Indonesia yang mencapai 60.000 kilometer persegi berada di kedua wilayah itu.
Hal itu terungkap dalam Workshop Segitiga Terumbu Karang di Manado, Sulawesi Utara, Kamis (12/4/2012). Kegiatan yang dilaksanakan oleh Balai Taman Nasional Bunaken itu diikuti sejumlah pemerhati terumbuh karang dari sejumlah daerah di Indonesia timur.
Ari Rondonuwu dari Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Sam Ratulangi, yang melansir data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), menyebutkan, hanya 30 persen terumbu karang dalam kondisi baik, 37 persen dalam kondisi sedang, dan 33 persen rusak parah.
Pemantauan terumbu karang dilakukan di 77 daerah yang tersebar dari Sabang hingga Kepulauan Raja Ampat. "Data ini mencemaskan mengingat posisi Indonesia sebagai pemimpin Coral Triangle Initiative (CTI) dari enam negara yang memiliki terumbu karang," kata Ari. Enam negara anggota CTI adalah Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Niugini, Kepulauan Solomon, dan Timor Leste. Sekretariat CTI berada di Manado.
Sebagian besar terumbu karang dunia, sekitar 55 persen, terdapat di Indonesia, Filipina, dan Kepulauan Pasifik; 30 persen di Lautan Hindia dan Laut Merah; 14 persen di Karibia; dan 1 persen di Atlantik Utara.
Meyti Mondong dari Conservation International Indonesia mengungkapkan, kerusakan terumbu karang dilakukan oleh oknum warga pesisir yang menangkap ikan menggunakan bom dan potasium. Hal itu terlihat di banyak daerah di Indonesia timur.
Ia juga menyebut pesisir dan laut di Raja Ampat menghadapi ancaman dari aktivitas daratan yang kurang memperhatikan ekosistem laut. Sejumlah pembangunan jalan lingkar pulau dan pelabuhan tidak cukup menyediakan jalur hijau sebagai penyangga sedimentasi ke laut.
Menurut Meity, diperlukan solusi menahan laju kerusakan terumbu karang dengan meningkatkan pengawasan di laut serta sosialisasi terus-menerus terhadap warga pesisir akan pentingnya terumbu karang dalam kehidupan manusia.
Fungsi terumbu karang adalah sebagai tempat tinggal serta tempat berkembang biak dan mencari makan ribuan jenis ikan, hewan, dan tumbuhan laut. Terumbu karang juga merupakan pelindung ekosistem pantai karena akan menahan dan memecah energi gelombang sehingga mencegah terjadinya abrasi dan kerusakan di sekitarnya.
Diperkirakan setiap terumbu karang yang sehat dapat menghasilkan 25 ton ikan per tahun. Sekitar 300 juta orang di dunia menggantungkan nafkahnya pada terumbu karang.
Langganan:
Postingan (Atom)