Minggu, 29 April 2012

Nelayan Bakar Boat Marinir

Minggu, 29 April 2012 09:15 WIB

* Insiden di PPI Peudada
 * Tembakan Peringatan Redam Amuk Massa

 BIREUEN – Nelayan Bireuen dari Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Peudada, Sabtu (28/4) siang mengamuk sambil melempari Pos Lanal dan membakar hingga hangus satu unit speedboat marinir. Kasus itu sendiri disebut-sebut berawal dari pemukulan oleh dua oknum marinir terhadap seorang nelayan.
Keterangan yang dihimpun Serambi dari berbagai sumber menyebutkan, amuk nelayan itu terjadi karena seorang nelayan bernama Jafaruddin bin Muhammad (38), warga Desa Pulo Peudada dipukul oleh dua oknum anggota marinir yaitu Kopral Kepala AS dan Praka Ad. Kasus itu sendiri bermula ketika korban Jafaruddin pulang menjemput ikan menggunakan boat becak milik H Saiful. Ketika di mulut kuala, korban bertemu dengan dua oknum anggota manirir berbaju preman menggunakan speedboat.
Kedua oknum itu meminta ikan kepada Jafaruddin, namun korban tidak memberikan karena ada pesan dari Fauzi (pawang boat tempat ia mengambil ikan) agar tidak melayani permintaan siapapun. Jafaruddin bertanggungjawab melansir ikan dari boat dan diterima utuh di PPI.
Saat tiba di PPI dan hendak melansir ikan ke darat, kedua oknum anggota marinir itu naik ke atas boat becak milik Jafaruddin sambil bertanya mengapa boatnya melaju kencang. Tiba-tiba Jafaruddin dipukul di bagian kepala, pundak, dan di bagian belakang telinga kanan oleh kedua oknum marinir tersebut.
Saat pemukulan itu terjadi, nelayan yang berada di PPI tidak berani membantu. Sedangkan kedua oknum marinir itu, setelah menganiaya korban, langsung kembali ke pos mereka di seberang sungai, arah barat PPI.
Seorang sumber TNI di Lhokseumawe menginformasikan, pemukulan itu terjadi karena kedua oknum marinir tersebut diduga kesal, sebab ketika ditanyakan kenapa boat dipacu kencang sekali, korban tidak menjawab, malah tertawa. “Mungkin anggota tersinggung dan terjadilah pemukulan,” kata sumber itu.

Serbu Pos Lanal

Pada pukul 10.30 WIB atau sekitar setengah jam setelah aksi pemukulan, ratusan nelayan dengan menggunakan boat merapat ke pinggiran Krueng Peudada dan selanjutnya menyerbu Pos Lanal.
Tanpa dikomando massa melempari pos tersebut dengan batu sambil berteriak agar anggota marinir yang memukul rekan mereka keluar dari pos. Untungnya, dalam suasana genting itu, aparat TNI dan Polri dibantu Panglima Laot setempat berhasil mengendalikan massa sehingga tidak berhasil masuk ke pekarangan Pos Lanal.
Tak lama kemudian Dandim 0111/Bireuen, Letkol Inf M Arfah bersama Komandan Subdenpom Bireuen, Kapten CPM Lukman Hakim dan beberapa anggotanya tiba di lokasi dan menenangkan massa. Selanjutnya, kedua oknum anggota marinir yang memukul nelayan bersama empat anggota marinir lainnya yang bertugas di Pos Lanal digiring ke Pos Subdenpom Bireuen.

Bakar speedboat

Kemarahan massa ternyata belum berakhir. Mereka kemudian menarik speedboat marinir yang ditambat di pinggir sungai depan Pos Lanal ke lokasi sejauh lebih kurang 400 meter sebelah selatan pos atau sekitar 30 meter arah selatan jembatan rangka baja lintas nasional Banda Aceh-Meulaboh.
Massa menyiram speedboat itu dengan minyak setelah terlebih dahulu menyusun daun kelapa kering di atasnya. Pada detik-detik selanjutnya api pun disulut sehingga dalam tempo singkat speedboat berbahan fiber itu hangus total.
Melihat massa semakin beringas, aparat gabungan TNI/Polri melepaskan rentetan tembakan ke udara, sehingga massa membubarkan diri. Selanjutnya atas imbauan Dandim dan Panglima Laot, speedboat yang tinggal kerangka itu ditarik lagi oleh nelayan ke tempat semula.
Setelah boat ditarik, aktivitas nelayan di PPI Peudada kembali normal. Sebagian menurunkan ikan, sebagian lainnya istirahat di PPI, seakan tidak ada kejadian apa- apa. Sedangkan korban Jafaruddin terlihat istirahat di Pos PPI karena mengaku pinggul dan kepalanya sakit, serta lecet di belakang telinga kanan. Sejumlah anggota TNI/Polri bersenjata lengkap tetap berjaga-jaga di sekitar Pos Lanal Peudada.

Kasus ketiga

Panglima Laot Aceh, HT Bustamam mengecam keras insiden pemukulan nelayan oleh oknum TNI AL Pos PPI Peudada. “Aparat keamanan yang seharusnya melindungi masyarakat, malah menyakiti. Kami sangat sesalkan kasus ini,” tandas HT Bustamam dalam tanggapan tertulis yang dikirim ke Serambi, tadi malam.
Menurut informasi yang diterima Panglima Laot Aceh, ini adalah kejadian ketiga nelayan dipukuli hanya karena tidak memenuhi permintaan oknum TNI AL yang meminta ikan. “Kami minta aparat penegak hukum mengusut kasus ini sampai tuntas dan oknum yang bersalah dijatuhi hukuman berat,” tulis pernyataan itu.
Pada pernyataan yang sama, Sekjen Panglima Laot Aceh, H Umar Abd Aziz mengingatkan semua pihak bahwa kasus kekerasan oleh aparat negara terhadap masyarakat sipil bisa dikategorikan pelanggaran HAM. Apalagi sudah terjadi berulang kali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar