Pariaman, Kompas - Keragaman jenis terumbu karang di Indonesia terus berkurang. Data Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia serta Kementerian Kelautan dan Perikanan menunjukkan hal itu.
Di beberapa daerah, kerusakan disebabkan sedimentasi dari daratan. Salah satunya, keragaman jenis terumbu karang di perairan pulau-pulau kecil yang termasuk Kota Pariaman, Sumatera Barat, seperti terpantau Minggu (22/1), lewat penyelaman metode self- contained underwater breathing apparatus (SCUBA).
Tutupan terumbu karang di sisi timur Pulau Tangah didominasi endapan sedimen. Adapun jenis terumbu karang yang dominan adalah Montipora sp dengan bentuk hidup lembaran daun. Sejumlah kecil jenis Acropora sp juga terlihat.
Peneliti Yayasan Minang Bahari, Samsuardi, mengatakan, minimnya keragaman terumbu karang akibat sedimentasi berlebihan. ”Hanya jenis-jenis terumbu karang itu yang bisa bertahan dalam kondisi demikian,” katanya. Relatif sedikitnya jenis Acropora sp dengan bentuk karang bercabang disebabkan bagian polip yang tertutup sedimen.
Sedimentasi disebabkan banyaknya muara sungai di daratan Kota Pariaman. Jarak relatif dekat antara Pulau Tangah dan daratan Kota Pariaman, sekitar 1 mil, juga menyebabkan sedimentasi itu.
Kerusakan hulu
Kepala Seksi Konservasi Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Pariaman Citra Aditurbahri mengatakan, saat ini dari kawasan pesisir di Pariaman sepanjang 12,7 kilometer terdapat beberapa muara sungai. Muara itu membawa material dari bagian hulu yang kondisinya relatif rusak.
Kerusakan itu terkait longsornya Lembah Gunung Tigo di Kanagarian Tandikat, Kabupaten Padang Pariaman, pascagempa bumi 30 September 2009. Hingga kini, materialnya masih terbawa aliran sungai dan menimbulkan endapan.
Ia menambahkan, sejauh ini belum ada metode efektif untuk mengatasi persoalan tersebut, termasuk mengupayakan rekayasa teknik dengan bendungan. Citra mengatakan, hanya bagian barat laut dan tenggara pulau yang kondisinya relatif bagus. ”Namun, kondisi pulau lain, seperti Pulau Kasiak, masih cukup bagus,” katanya.
Tangkapan berkurang
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Padang, Harfiandri Damanhuri, mengatakan, sedimentasi pada terumbu karang menurunkan tangkapan ikan. ”Termasuk ikan kerapu karena berasosiasi dengan terumbu karang,” katanya.
Terumbu karang merupakan sumber makanan, tempat pengasuhan, dan pembesaran ikan. Tahun 2008, terumbu karang hidup di Pulau Kasiak 54,87 persen, Pulang Angso (82,50 persen), Pulau Tangah (31,57 persen), Pulau Ujung (40 persen), dan Pulau Gosong Sibarat (45,48 persen).
Kondisi sangat baik ditandai persentase tutupan karang hidup 75-100 persen dalam satu kawasan. Kondisi baik 50-74,9 persen tutupan karang hidup, kondisi sedang 25-49,9 persen, dan kondisi rusak pada tutupan karang hidup 0-24,9 persen.
Dari analisis data primer dan sekunder Harfiandri, kondisi terumbu karang di Sumbar sepanjang 1992-2009 memiliki kondisi rusak berat dan sedang. Kondisi sangat baik dicapai tahun 2003 dengan persentase tutupan karang hidup 84,45 persen.
Dari data Pusat Penelitian Oseanografi LIPI tahun 2005, selama tahun 2000-2005 terdapat penurunan jumlah terumbu karang kondisi sangat baik secara nasional. Tahun 2000 terdapat 6,20 persen luasan, sedangkan tahun 2005 menjadi 5,80 persen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar