Kerusakan terumbu karang adalah wajah perairan Indonesia. Di Pulau Tangah, Kota Pariaman, Sumatera Barat, salah satunya. Sedimentasi mematikan terumbu karang yang mengurangi keragaman jenis.
Minggu (22/1), penyelaman Kompas menjumpai minimnya keragaman terumbu karang pada kedalaman 5 meter. Pengamatan juga dengan snorkeling. Jenis terumbu karang yang dominan adalah Montipora sp dengan bentuk hidup lembaran daun dan jenis Acropora sp.
Pada kedalaman 5 meter, dasar perairan didominasi sedimen. Jarak pandang pendek karena air keruh. Ikan-ikan yang berseliweran merupakan ikan indikator keberadaan terumbu karang yang lazim jadi ikan hias.
”Di sisi barat pulau itu juga berhadapan langsung dengan samudra sehingga terumbu karang relatif tak bisa berkembang,” kata peneliti dari Yayasan Minang Bahari, Samsuardi, yang juga pakar terumbu karang.
Pulau Tangah berjarak kurang dari setengah jam pelayaran, hanya 1 mil dari muara Pantai Gandoriah yang ramai. Pulau itu luasnya 6,58 hektar. Data Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Pariaman menunjukkan, rata-rata tutupan karang hidup 17 persen.
Kepala Seksi Program dan Pelaporan DKP Kota Pariaman M Nasir menambahkan, terdapat Pulau Kasiak, Pulau Angso, dan Pulau Ujung selain Pulau Tangah yang dikelola Kota Pariaman. Ada lagi Pulau Bando, yang dikelola pemerintah provinsi.
Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta, Harfiandri Damanhuri, mengatakan, sedimen nyaris serupa terjadi pada Pulau Angso dan Pulau Ujung. Total suspended solid yang jadi ukuran kadar sedimentasi dalam air pulau-pulau itu cukup tinggi.
Nelayan terdampak
Pencemaran dan sedimentasi mengurangi tangkapan ikan nelayan. Terumbu karang adalah tempat ikan mencari makan dan memijah. Kondisi terumbu karang di Pariaman dalam kategori baik berdasarkan penelitian 2008.
Secara nasional, data Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI tahun 2005 menunjukkan, periode 2000-2005 ada penurunan jumlah terumbu karang dalam kondisi sangat baik. Tahun 2000, 6,20 persen luasan dengan tutupan karang hidup sangat baik.
Sementara tahun 2005 menjadi 5,80 persen. Selama periode itu, 6,23 persen tutupan terumbu karang berkualitas sangat baik; 25,33 persen baik; 34,13 persen sedang; dan 24,30 persen rusak.
Tahun 2006, data P2O LIPI menunjukkan, 5,20 persen terumbu karang dalam kondisi sangat baik; 24,02 persen baik; 37,35 persen sedang; dan 33,42 persen rusak. Kondisi Pariaman hanya contoh kecil, terumbu karang yang indah akan berubah menjadi mimpi buruk. Hanya soal waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar