Kapal kuno itu berisi keramik China. Agar tak dijarah, lokasi penemuan kapal dirahasiakan.
VIVAnews - Gempa 7,2 skala Richter yang diikuti tsunami pada Senin 25 Oktober 2010 di Mentawai tak hanya menewaskan ratusan jiwa, bencana itu juga menguak situs sejarah yang lama terpendam.
Pasca tsunami, nelayan Mentawai di perairan Pagai Selatan menemukan sebuah kapal kuno. Diduga berasal dari abad pertengahan.
Diduga, kapal kuno yang berisi keramik dan kendi-kendi khas China ini terseret arus bawah tsunami.
“Kita belum bisa memastikan kapal ini dibuat pada abad keberapa, tapi dari foto-foto kendi yang kita terima, dipastikan ini peninggalan kuno,” ujar Kepala Dinas Kelautan Perikanan Sumbar Yosmeri pada VIVAnews, Rabu 15 Desember 2010.
Kapal kayu ini ditemukan dalam keadaan cukup baik dengan panjang mencapai 20 meter, lengkap dengan tiang utama. Lokasi pasti kapal tersebut ditemukan masih dirahasiakan untuk menghindari penjarahan.
Ia mengatakan, kapal kayu ini berada pada kedalaman 18 meter dekat Pulau Sandiang, Pagai Selatan.
Sebelumnya, nelayan Mentawai yang biasa melakukan penyelaman ke dasar laut di areal kapal kuno ini, tidak menemukan adanya bangkai kapal.
“Kondisi ini yang menguatkan kita bahwa kapal ini terseret arus bawah tsunami,” katanya. DKP Sumbar telah meminta DKP Mentawai untuk mengamankan lokasi penemuan kapal kuno ini untuk menghindari penjarahan.
Bahkan, untuk sementara, daerah laut tempat penemuan kapal kuno ini disterilkan dari aktivitas nelayan. DKP Sumbar telah meminta tim dari pusat untuk melakukan penelitian terhadap bangkai kapal yang ditemukan di perairan Mentawai pasca tsunami.
“Lewat surat sudah kita beritahukan, bahkan saya juga sudah menelepon langsung ke Jakarta agar tim segera turun meneliti kapal ini,” ujarnya.
Menurut hasil penelitian sejumlah pakar gempa dan tsunami dari LIPI serta ahli dari Jepang, kecepatan tsunami yang menghantam Mentawai mencapai 800 km/jam. Jangankan kapal kayu kuno, tsunami juga menyeret terumbu karang raksasa. Dari penelitian, tsunami mencapai ketinggian 14-15 meter.
Laporan: Eri Naldi| Sumatera Bara, umi
dilaporkan kembali : Jhon
Tidak ada komentar:
Posting Komentar