Rabu, 02 Januari 2013

Panglima Laot Pulangkan Nelayan dari Thailand

BANDA ACEH - Lembaga adat Panglima Laot Aceh, bekerjasama dengan pihak kedutaan (KBRI) di Bangkok-Thailand, serta Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh, berhasil mengupayakan pemulangan dua nelayan yang terdampar di perairan Thailand 29 November 2012 lalu.

Kedua nelayan bernama Amrizal dan Syukriadi itu, pukul 18.30 WIB kemarin telah diterbangkan dari Bandara Phuket di Thailand ke Bandara Soekarno-Hatta di Jakarta. “Mereka dijadwalkan tiba di Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar, Sabtu (22/12), karena terpaksa menginap diJakarta satu malam,” kata Panglima Laot Aceh, HT Bustamam, Jumat (21/12).


Bustamam mengungkapkan, peristiwa terdamparnya nelayan yang berangkat dari Kuala Lampulo Banda Aceh itu, diketahui pertama kali oleh pihak Basarnas Aceh melalui informasi radio, pada 29 November 2012. Mereka sempat terombang-ambing di laut selama empat hari, akibat mesin boat rusak ketika hendak pulang dari menangkap ikan di sekitar perairan Sabang.

Beruntung, di hari kelima mereka diselamatkan oleh nelayan Thailand, dan kemudian diserahkan ke pihak Persatuan Anak Buah Kapal Indonesia (Pabki) yang ada di Pelabuhan Phuket. “Karena mereka terbukti tidak sengaja melanggar wilayah Thailand, proses pemulangan sedikit lebih mudah,” ujarnya.

Sementara, terkait dua nelayan Banda Aceh, Musri dan Ridwan yang diberitakan terdampar di India pada 5 Oktober 2012 lalu, Bustamam mengatakan, saat ini pihaknya juga sedang mengupayakan proses pemulangan ke tanah air, karena mereka dinyatakan tidak bersalah oleh Pengadilan India.

Sedangkan lima nelayan lainnya yang ditahan pihak India karena diduga melanggar batas wilayah pada 24 September 2012, masih harus menunggu putusan pengadilan. Kelima nelayan itu, Dedi Suhardi (36) asal Gampong Jawa Banda Aceh, M Nasir (27) asal Gampong Lambiheu Aceh Besar, Nurwan (56) asal Gampong Jawa Banda Aceh, Harmi (26) asal Labuhan Haji Aceh Selatan, dan Azhari (24) asal Idi Rayeuk Aceh Timur.(yat)

26 Desember Nelayan
Diimbau tak Melaut


PANGLIMA Laot Aceh juga mengingatkan seluruh nelayan di Aceh untuk tidak melaut selama satu hari, pada hari mengenang tsunami 26 Desember nanti. “Imbauan ini diharapkan dipatuhi oleh seluruh nelayan di Aceh, yang diawasi oleh Panglima Laot masing-masing kabupaten dan Panglima Lhok se-Aceh,” kata Bustamam.

Larangan melaut ini berlaku mulai Selasa (25/12) pukul 18.00 WIB hinggaRabu (26/12) pukul 18.00 WIB. Aturan adat ini mulai diberlakukan sejak tahun 2005 untuk memperingati tragedi tsunami dan mengenang 250 ribu korban bencana yang sebagian besar dari keluarga nelayan.

Sumber : aceh.tribunnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar