JAKARTA (Suara Karya): Indonesia bersama lima negara tetangga
menginisiasi dan mencanangkan Hari Terumbu Karang (Coral Triangle Day)
atau CT Day sebagai wujud keseriusan dalam upaya melindungi lautan.
Terutama dalam pengelolaan wilayah pesisir dan ekosistem terumbu karang
di kawasan segitiga terumbu karang (coral triangle) di dunia.
Indonesia dan lima negara anggota Coral Triangle Initiative for Coral
Reef, Fisheries, and Food Security (CTI-CFF) lainnya, yaitu Malaysia,
Filipina, Timor Leste, Papua Nugini, dan Kepulauan Solomon, menetapkan 9
Juni 2012 sebagai CT Day dan akan diperingati setiap tahun. Penetapan
itu dilakukan setelah seluruh negara anggota CTI-CFF memperingati Hari
Kelautan Sedunia pada 8 Juni 2012 lalu.
Untuk mendukung penetapan CT Day, Kementerian Kelautan dan Perikanan
(KKP) bersama World Wildlife Fund (WWF) for Nature dan sejumlah
organisasi pertama kalinya merayakan CT Day bertajuk "The Coral Triangle
Day Festival" di Pantai Kedonganan dan Pantai Samuh, Kabupaten Badung,
Bali, Sabtu (9/6) pekan lalu.
Perayaan CT Day dirangkai dengan sejumlah kegiatan, di antaranya
festival pantai, gerakan bersih pantai dan laut (beach and under water
clean up), kompetisi memasak hidangan dari laut, seminar kelautan,
pemutaran film, dan sebagainya. Ribuan orang dari berbagai elemen,
termasuk di antaranya Kelompok Pemuda Eka Canthi, komunitas Turttle
Guard serta perkumpulan penyelam berpartisipasi dalam kegiatan itu.
Pada kesempatan itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Sharif C Sutardjo
meresmikan kantor Unit Pelayanan Teknis Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil (UPT KP3K) di daerah atau Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir
dan Laut (BPSPL) serta Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN). Selain itu
juga diserahkan bantuan untuk kegiatan pengelolaan kawasan pesisir dan
laut yang berkelanjutan dan bertanggung jawab kepada masyarakat di Bali.
Untuk tahun anggaran 2012, total bantuan bidang kelautan dan perikanan
untuk Bali mencapai Rp 39,8 miliar dan sebesar Rp 6,7 miliar di
antaranya dialokasikan untuk Kabupaten Badung.
Sharif C Sutardjo menuturkan, CT Day menjadi momentum penting untuk
meningkatkan kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap penyelamatan
ekosistem terumbu karang. Terutama sebagai bagian dari sumber ketahanan
pangan dan keberlanjutan perikanan.
"Pelestarian terumbu karang akan mendukung konsep blue economy sebagai
paradigma baru pembangunan sektor kelautan dan perikanan. Ada prinsip
blue ocean-blue sky, yaitu tatanan ekonomi dengan sistem produksi
efisien tanpa limbah dan diimbangi dengan pengendalian pola konsumsi.
Tujuannya untuk menekan keserakahan manusia, sehingga mendorong ekonomi
terus maju, tapi langit dan laut tetap biru," katanya dalam keterangan
pers yang diterima di Jakarta kemarin.
Menurut dia, dengan inovasi dan teknologi kreatif, konsep blue economy
diharapkan dapat mendorong peningkatan penyerapan tenaga kerja. Hal ini
karena akan lebih banyak aktivitas ekonomi yang berkembang di sektor
kelautan dan perikanan. Penerapan konsep blue economy di sektor kelautan
dan perikanan diharapkan dapat mendorong pembangunan ekonomi yang lebih
seimbang antara pemanfaatan sumber daya dan upaya melindungi
lingkungan. Dengan ini dapat dimanfaatkan secara optimal dan
berkelanjutan.
Dengan konsep itu pula diharapkan terjadi perubahan orientasi kebijakan
dan keseimbangan antara pembangunan berbasis daratan dan kelautan. Hal
ini menjadi tantangan bagi seluruh pihak agar terus menggali serta
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi untuk
meningkatkan kemampuan dalam pemanfaatan sumber daya secara efisien.
"Kita tidak hanya memperkaya konsepsi blue economy sendiri, tapi juga
perlu melakukan aksi sebagai wujud implementasi konsep tersebut," tutur
Sharif.
Lebih jauh dia menjelaskan, Bali merupakan salah satu wilayah yang
menerapkan beberapa prinsip blue economy, di antaranya melalui
pengembangan konservasi sumber daya alam laut dan wisata bahari.
Beberapa prinsip seperti pemanfaatan sumber daya alam secara efisien,
rendah emisi karbon, dan pengelolaan limbah (zero waste) serta
inklusivitas sosial, mulai diterapkan di Kedonganan.
Sementara itu, Dirjen KP3K Kementerian Kelautan dan Perikanan Sudirman
Saad mengatakan, KKP mengusung program rehabilitasi dan pengelolaan
terumbu karang (coral reef rehabilitation and management
program/coremap) yang mengupayakan penyelamatan terumbu karang melalui
kegiatan pengelolaan dan rehabilitasi. Hal ini dilakukan di wilayah
dengan keanekaragaman terumbu karang, termasuk Bali.
Coremap merupakan program jangka panjang yang diprakarsai Pemerintah
Indonesia dengan tujuan untuk melindungi, merehabilitasi, dan mengelola
serta memanfaatkan terumbu karang secara lestari. Saat ini pelaksanaan
Coremap memasuki fase III (tahap pelembagaan) untuk menetapkan sistem
pengelolaan terumbu karang yang andal dengan pelaksanaan
terdesentralisasi dan melembaga.
"Para peneliti mencuatkan fakta yang mengkhawatirkan, karena
menunjukkan kondisi terumbu karang di Indonesia yang dalam keadaan baik
tinggal sekitar 5 persen. Lainnya dalam kondisi lumayan 29 persen, buruk
25 persen, dan sangat buruk 40 persen. Jadi sudah saatnya kita
menggerakkan seluruh elemen masyarakat dan pihak-pihak terkait untuk
menyelamatkan terumbu karang," kata Sudirman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar