Selasa, 30 Oktober 2012

Al-Quran sebagai Media Belajar Kemaritiman Sepanjang Masa

Oleh : Izzur Rozabi, Universitas Brawijaya

Islam merupakan agama mayoritas masyarakat Indonesia, bahkan Indonesia menjadi agama dengan pemeluk agama islam terbesar di dunia. Padahal, wilayah penyebaran islam pertama kali adalah di Jazirah Arab yang terfokus di Makkah dan Madinah. Lalu bagaimana cara islam masuk ke Indonesia dan menyebar di wilayah kelautan yang sangat luas?
Jelas sekali, beberapa cara yang dilakukan oleh umat islam di Jazirah Arabia agar dapat menyebarkan agama islam di seluruh dunia, salah satunya di Indonesia. Islam masuk ke Indonesia melalui jalur laut niaga. Oleh karena itu, sangat tidak mungkin jika umat Islam tidak mengenal tentang dunia kebaharian.
Jazirah Arabia dikelilingi oleh lautan pasir dan air. Untuk memperluas ekspansi dakwah Islam, umat Islam perlu mempelajari tentang dunia kebaharian. Selain itu menurut Mohammad Fuad Abdul Baqi dalam Al Mujamal Mufahras Li Al Faadhil Quranul Karim menjelaskan bahwa di dalam Al-quran
dijelaskan sebanyak 40 ayat yang berhubungan dengan lautan. Salah satu ayat Al-Quran yang menjelaskan terkait kebaharian adalah salah satu potongan ayat yang terdapat pada surat Faatir.
“...dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur.” (Q.S Faatir : 12)
Allah Swt telah mengajarkan kepada Islam bahwa kebahariaan laut sudah seharusnya dikuasai dengan segera untuk mencari nikmat Allah Swt. Nikmat yang telah Allah Swt gambarkan di dalam Al-Quran berupa “Karunia”-Nya.
Nusantara Indonesia sangat jauh dengan Jazirah Arabia, jalan satu-satunya menuju Indonesia adalah melalui jalur laut. Berawal dari berdagang, umat Islam berhasil sampai di Indonesia, masuk ke pasar dan menyebarkan agama Islam di Nusantara Indonesia.
Lautan penting untuk jalur perdagangan dari berbagai wilayah, terutama dari luar Nusantara. Menurut Abdul Khalik dalam Wali, Sultan, Kiai dan Santri; Perang dan Kontribusinya dalam Pelembagaan Pendidikan Islam di Jawa menyatakan bahwa sebagian besar para Wali tinggal dan menetap di kawasan pesisir utara Pulau Jawa. Selain jalur perdagangan, wilayah pantai merupakan wilayah gerbang masuknya Imperialis Barat ke Indonesia. Oleh karena itu, Ali Hadara dalam Esksitensi Kesultanan Buton Dalam Mata Rantai Pekembangan Sejarah Nusantara mengatakan bahwasanya sangat penting untuk orang Islam dalam mengenal kelautan. Bahkan, sejarah Indonesia mencatat terdapat lima suku maritime di Indonesia, mereka adalah Bajau, Bugis, Makassar, Mandar, dan Madura.
Wawasan kemaritiman masyarakat pesisir perlu untuk dikembangkan. Perlu adanya pembelajaran terhadap masyarakat pesisir agar dapat mengembangkan wilayah kemaritiman. Pembelajaran wawasan kemaritiman yang diberikan tidak hanya sebatas kemaritiman yang hanya mengandalkan kekuatan saja, akan tetapi juga mengandalkan pentingnya menjaga kelautan agar tetap terjaga.
Masyarakat pesisir perlu dikembangkan agar kelautan Indonesia tetap dapat dipertahankan keeksisannya. Menjaga keeksisan wilayah kelautan dilakukan bukan hanya karena untuk kehidupan semata, akan tetapi juga untuk memenuhi perintah Allah yakni mengambil karunia-Nya dan bersyukur mendapatkan apa yang diberikan Allah, bukan malah selalu meminta lebih dan lebih. Kalau masyarakat selalu merasa kurang dan ingin hasil yang lebih, maka akan menggunakan segala cara agar mendapatkannya. Salah satunya adalah dengan melakukan kerusakan lingkungan.
Oleh karena itu, Pentingnya pembelajaran kemaritiman berbasis Al-Quran, perlu diterapkan oleh masyarakat pesisir sehingga dapat menjaga diri ketika akan melakukan hal yang dibenci Allah dalam mencari nafkah. Kesadaran dalam menjaga kelautan berbasis Al-Quran melalui kesadaran diri masing-masing masyarakat pesisir akan membuat laut tetap terjaga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar