Oleh : Muhammad Rizal, SMA CT Foundation Medan
Secara geografis, masyarakat nelayan adalah masyarakat yang hidup,
tumbuh dan berkembang di kawasan pesisir, yakni suatu kawasan transisi
antara wilayah darat dan laut. Mereka juga memiliki sistem nilai dan
simbol-simbol kebudayaan sebagai referensi perilaku mereka sehari-hari.
Sebagian besar masyarakat pesisir, baik langsung maupun tidak langsung,
menggantungkan kelangsungan hidupnya dari mengelolah potensi sumber daya
perikanan. Kendati demikian, mereka masih belum bisa memanfaatkan
sumber daya laut wilayah pesisir dengan semaksimal mungkin.
Banyak hal yang menyebabkan pengetahuan masyarakat pesisir tidak
berkembang, hal itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni faktor
sosial, budaya dan ekonomi. Faktor budaya sangat berpengaruh dalam hal
ini, sebab sebagian diantara mereka menganut adanya sistem gender dalam
menentukan suatu propesi. Berdasarkan sistem gender masyarakat nelayan,
pekerjaan-pekerjaan yang terkait dengan ”laut” merupakan ”ranah kaum
laki-laki”, sedangkan wilayah ”darat” adalah ranah kerja ”kaum
perempuan”. Pekerjaan-pekerjaan di laut, seperti melakukan kegiatan
penangkapan, menjadi ranah laki-laki karena karakteristik pekerjaan ini
membutuhkan kemampuan fisik yang kuat, kecepatan bertindak, dan berisiko
tinggi. Dengan kemampuan fisik yang berbeda, kaum perempuan menangani
pekerjaan-pekerjaan di darat, seperti mengurus tanggung jawab domestik,
serta aktivitas sosial-budaya dan ekonomi. Hal itulah yang menyebabkan
kemajuan pengetahuan dikalangan mereka tidak berkembang.
Biasanya masyarakat pesisir sangat identik dengan kemiskinan,mengapa
demikian? Hal ini dikarenakan masyarakat pesisir yang belum mampu
mengelolah dengan baik dan benar atas sumber daya laut yang dimiliki
oleh Indonesia. Padahal negara kita merupakan negara maritim yang
memiliki potensi yang cukup untuk dikembangkan secara maksimal.
Masyarakat pesisir memiliki masalah-masalah tertentu yang menyebabkan
mereka tidak bisa berkembang, salah satu diantaranya adalah teknologi
penangkapan ikan yag mereka gunakan belum menunjang atau dapat bersaing
dengan nelayan modern lainnya. Dalam hal ini kita tidak bisa menyalahkan
sepenuhnya kepada masyarakat pesisir atau pemerintah sepenuhnya, pada
hakikatnya kerjasama antara kedua belah pihaklah yang harus digalakkan
dalam hal ini. Maka dari itu penulis akan mencoba untuk memberikan
solusi, dengan harapan dapat menyelesaikan masalah keterbelakangan dalam
hal pengelolahan sumber daya laut Indonesia.
Dalam tulisan ini penulis bermaksud untuk memberikan ide kepada pihak
pemerintah tentang cara penanganan keterbelakangan masyarakat nelayan
dalam hal tekologi dengan cara memanfaatkan pemuda atau pelajar sekarang
untuk menciptakan suatu alat teknologi canggih yang ramah lingkungan
dan tidak beresiko sehingga nantinya dapat diperoleh keuntungan yang
sangat besar bagi kedua belah pihak diantaranya pemerintah tidak harus
memikirkan jumlah angka pengangguran yang cukup tinggi serta inkam
perkapita masyarakat wilayah pesisir cukup meningkat dengan
memberdayakan potensi laut.
Penulis memberikan saran kepada pemerintah untuk membuat alat teknologi berupa signal fish detecter
yang digunakan untuk menentukan keberadaan ikan disekitar wilayah
pesisir hingga zona-zona tertentu. Signal ini merupakan buatan anak atau
pemuda bangsa yang nantinya lebih difungsikan oleh nelayan-nelayan
kecil untuk penangkapan ikan yang lebih efisien dan tidak merusak
lingkungan. Cara kerja alat ini sangat mudah yaitu dengan memantulkan
gelombang dari alat signal fish detecter menuju daerah yang
ingin dideteksi dengan mengonsep alat tersebut untuk dapat menembus
hingga jaringan tulang sekumpulan ikan dan dapat dipantulkan kembali
menuju alat tersebut dengan hasil jika terdapat feedback signal
itu menandakan bahwa daerah tersebut berpotensi ditempati oleh
sekumpulan ikan. Walaupun alat ini terkadang sudah dijumpai dan
digunakan oleh beberapa kapal layar besar, namun alat ini tidak
dikembangkan dan menggunakan energi yang sangat besar. Signal fish detecter ini
memiliki efisiensi penggunaan energi yang minim karena menggunakan
baterai, aki atau sejenisnya, namun dapat bekerja dengan baik karena
dilengkapi dengan pendeksi signal yang dapat dibuat secanggih mungkin.
Penulis berharap bahwa ke depannya alat ini dirancang oleh anak-anak
pelajar yang nantinya akan disosialisasikan kepada masyarakat pesisir
tentang penggunakaan alat signal fish detecter dengan baik dan
benar. Dan akan lebih baik lagi jika alat tersebut merupakan subsidi
khusus pemerintah kepada masyarakat sekitar pesisir. Sehingga banyak
manfaat yang akan diambil dari ide penulis dan hal ini akan mengurangi
pemikiran miring masyarakat kepada pemerintah bahwa pemerintah kurang
memperhatikan masyarakat sekitar pesisir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar