Selasa, 30 Oktober 2012

Negeri Berpesisir

Oleh : Dwi Uli Rahmawati, Universitas Indonesia

Ada beberapa cerita menarik yang terjadi di sebuah negeri indah dengan ribuan pulau di dalamnya. Negeri  yang tujuh puluh persen wilayahnya dikelilingi laut, tetapi tidak punya garam dan harus membelinya dari negeri tetangga. Negeri yang katanya kaya akan terumbu karang dan pulau berpasir putih tetapi beberapa diantaranya dimiliki oleh orang yang bahkan tidak lahir dan tumbuh besar di negeri itu.  Walaupun begitu, biar bagaimanapun negeri lain mengatakan negeri itu sedang berkembang-kata mereka itu bahasa halus untuk mengatakan ‘negeri miskin’-, siapa bilang hidup di negeri berpesisir  tidak menyenangkan?


Negeri yang sedang berkembang ini memiliki sebuah kawasan yang dinobatkan sebagai sebuah warisan dunia. Di dalam kawasan  ini ada sebuah pulau cantik berpasir putih halus dengan latar belakang bukit-bukit hijau dan hutan tropis dataran rendah. Rusa, biawak, dan monyet yang hidup bebas adalah pemandangan sehari-hari di Pulau ini. Pergi ke Pulau ini sama saja mengisolasi diri dari dunia luar. Listrik hanya menyala pada malam hari dan tidak ada rumah penduduk, hanya ada rumah penjaga dan beberapa buah wisma untuk disewakan. Tidak ada jaringan komunikasi bukan berarti mereka yang bekerja dan hidup di pulau itu tidak berhubungan dengan manusia lainnya, kadang ada orang-orang asing yang lebih memilih singgah beberapa hari di pulau itu dibandingkan dengan Bali untuk menikmati pasir putih pulau itu, kadang ada pula kapal-kapal nelayan yang bersandar disana sekedar menghindar gelombang besar, dan kadang ada juga penduduk negeri itu yang jauh-jauh datang kesana untuk berjalan-jalan. Enthus, Seorang pria yang tinggal dan bekerja disana bertahun-tahun mengatakan bahwa ia menemukan ketenangan disana, disaat ia tidak hanya bisa berbicara pada manusia, tetapi juga pada laut, bahkan pada lumba-lumba, dan pencipta-Nya. Jika kamu ingin pergi kesana, pergilah ke titik terbarat Pulau Jawa di negeri berpesisir dan carilah Pulau bernama Peucang.

Dan lalu ada sebuah daerah yang sangat istimewa di negeri itu. Daerah yang memilki kerajaannya sendiri di dalam Negeri Berpesisir, meskipun tetap berada dibawah kekuasaan pemerintah pusat negeri itu. Di daerah itu ada daerah pesisir yang cukup panjang dan luas. Sebuah kawasan pesisir yang sangat menarik, dimana kamu bisa menemukan banyak warung kopi dengan penjaja berpakaian ketat yang berdandan tebal dan daerah ziarah untuk berdoa yang bersisian. Namun demikian, Kejawen adalah hal yang kuat mengalir di kawasan pesisir ini. Pada hari-hari tertentu, mereka menabur bunga dan bersimpuh di depan riuh ombak seraya berbicara dalam bahasa mereka pada yang gaib. Ini adalah budaya yang mengalir dalam diri mereka sejak dulu kala. Mereka bertirakat, mengasingkan diri dari keduniaan demi menahan hawa nafsu dan mencapai ketenangan untuk lebih dekat kepada yang maha kuasa. Sebuah kebudayaan kuat yang masih berlangsung di masa-masa teknologi yang tengah berjaya. Parangkusumo, sebagaimana kawasan pesisir ini disebut, disinilah sebagian penduduk negeri itu bebas untuk hidup sesuai keyakinan mereka, dan tidak ada yang lebih indah dibandingkan kebebasan untuk hidup sesuai kepercayaanmu.

Akhirnya, ini adalah cerita terakhir dari sebagian kecil wilayah di negeri yang sedang berkembang itu. Cerita tentang sebuah tempat yang katanya dilindungi oleh para penguasa negeri itu. Sebuah tempat dengan pemandangan bawah laut yang indah, dimana kamu bisa melihat ikan badut dan ikan lainnya berlarian di antara warna-warni terumbu karang. Kata orang, tiga atau empat tahun yang lalu tempat ini bahkan tidak akan pernah masuk dalam daftar tempat wisata mu. Namun kini, ratusan orang datang kesana setiap minggunya. Merelakan diri mengarungi lautan beberapa jam lamanya untuk tiba di kepulauan itu. Berbeda dengan pulau kecil di ujung barat pulau jawa, walaupun listrik juga hanya menyala saat malam hari, disini terdapat banyak jaringan komunikasi. Seiring meningkatnya orang-orang yang datang, meningkat pula kesejahteraan penduduk kepulauan itu. Sekarang ini pariwisata menjadi mata pencaharian sebagian besar penduduk disana dan apakah kamu tahu, pariwisata itu bagaikan dua mata pisau? Salah satu mata pisau akan membuat kepulauan itu ‘berdarah-darah’, sebagaimana kepulauan yang ada di utara ibu kota Negeri Berpesisir , yang penuh dengan sampah dan terumbu karang mati di dasar lautnya. Pantaskah alam dikorbankan untuk ekonomi berbasis pariwisata?  Mau bagaimana lagi, bukan hanya penduduk Negeri Berpesisir yang tinggal dikota saja yang pantas hidup mewah dan menikmati uang, penduduk kepulauan itu juga. Biar bagaimana pun tidak mungkin semudah itu kembali keluar dari bisnis pariwisata yang telah mengikat banyak orang kepulauan itu. Terumbu karang akan semakin terkikis dengan semakin banyaknya tangan-tangan manusia yang memegang mereka. Tumbuh dengan sulit dan dengan mudah dipatahkan hanya dengan tendangan kaki asal para perenang atau tangan usil wisatawan. Jika kamu kesana kawan, kamu pasti akan melihat hal ini terjadi, atau mungkin kamu yang akan melakukan hal menyedihkan itu, siapa tahu? Ketika terumbu karang mati dan ikan tak lagi kembali, sungguh ironis untuk menjual kawasan karang mati pada wisatawan negeri sendiri apalagi asing. Ketika kamu kesana dan mengajak para penduduk asli bercengkrama,  kamu  akan menyadari bahwa mereka sangat bangga dan cinta dengan laut mereka, karena mereka berulang kali akan berkata “Wah, banyak ikan dan terumbu karang warna-warni, surga bawah laut.”. Karimun Jawa, itulah bagaimana penduduk kepulauan itu menyebutnya, adalah sedikit dari tempat yang memiliki terumbu karang indah yang masih bertahan di Pulau paling padat penduduk di Negeri Berpesisir.

Inilah sepenggal kisah-kisah dari negeri, yang katanya, berkembang itu. Negeri, yang katanya, bernenek-moyang pelaut. Para pemberani yang mengarungi tujuh samudra di Dunia. Pesisir dan laut adalah hal yang seharusnya paling dekat dengan para penduduk Negeri Berpesisir. Dari laut mereka belajar untuk hidup, memiliki keyakinan, dan belajar tentang kearifan alam. Terlebih lagi tidak ada yang lebih menyenangkan tinggal di sebuah negeri dengan matahari yang hampir bersinar sepanjang tahun, ribuan pulau dengan pasir putih dan laut biru, juga terumbu karang yang indahnya tiada tara. Dan Negeri Berpesisir itu bernama Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar