Oleh : Aburizal Hasyim, SMA Sampoerna Academy Bogor
Indonesia. Sebagai negara kepulauan terbesar ke-4 di dunia, Indonesia
menghadapi permasalahan yang cukup kompleks dalam dunia kemaritimannya.
Masyarakat pesisir, adalah salah satu pemegang kunci terpenting dalam
kestabilitas dunia perairan di Indonesia. Miris, sesuatu yang justru
terkadang membutuhkan perhatian dan bantuan intensif justru
terbengkalai dalam penerapannya. Salah satu berita yang cukup baru
menyebutkan bahwa ekspor hasil perikanan Indonesia pada periode
Januari-Juli 2012 mencapai 691.300 ton atau senilai dengan 2,2 miliar
dollar AS. Jumlah yang cukup banyak, namun sangat kontras dengan kondisi
“para pengumpul” uang-uang tersebut.
Indonesia adalah negara yang gemar mengekspor ikan tangkapan mereka.
Standar yang diberlakukan pun tidak sembarangan, hanya ikan berkualitas
tinggi atau ikan laut dalam yang biasa melewati standar ekspor negara.
Hal ini bisa dibilang cukup bagus, namun ada hal yang terlihat kasat
mata oleh kebanyakan orang, bahwa dalam penangkapan ikan-ikan itu banyak
efek negatif yang terjadi pada kehidupan masyarakat pesisir.
Sebuah data dari DEPKES-RI menyebutkan bahwa berbagai penyakit dan
kecelakaan dapat terjadi pada masyarakat pesisir yang mayoritas
berprofesi sebagai nelayan dan penyelam tradisional, hasil penelitian
Depkes RI tahun 2006 di Pulau Bungin, Nusa Tenggara Barat ditemukan
57,5% nelayan penyelam menderita nyeri persendian dan 11,3% menderita
gangguan pendengaran ringan sampai ketulian. Hal ini disebabkan oleh
banyak faktor. Pertama, mayoritas ikan yang diekspor oleh Indonesia
adalah ikan-ikan yang tergolong prestise. Ikan-ikan ini adalah jenis
ikan yang mempunyai omega-3 yang sangat tinggi, dan menyehatkan karena
tinggal di laut lepas, tidak terkontaminasi bahan-bahan kimia seperti
merkuri, nitrogen dan fosfor. Untuk mendapatkan ikan-ikan ini, para
nelayan harus rela mencari ikan-ikan ini dengan jarak yang tergolong
cukup jauh, bahkan bisa sangat jauh dari garis pantai. Proses ini bisa
memakan waktu berhari-hari, dan harus melewati perjalanan yang cukup
beresiko. Sepulangnya dari laut biasanya mereka menjual hasil tangkapan
mereka pada distributor. Faktanya, bayaran itu bisa tergolong sangat
rendah, dan tidak mencukupi kebutuhan mereka yang serba kekurangan.
Karena keterbatasan ekonomi, masyarakat pesisir cenderung menggunakan
ikan di perairan dangkal sebagai tambahan untuk makanan/konsumsi
keseharian mereka. Karena akses yang mungkin cukup jauh dari pusat kota,
dan seperti yang kita tahu harga bahan-bahan makanan di sekitar pantai
itu cenderung lebih mahal daripada yang biasa kita temukan di pusat
kota, terkadang mereka tidak punya pilihan lain. Ikan di perairan
dangkal ini diketahui banyak mengandung bahan kimia dan logam berat,
umumnya merkuri. Karena keterbatasan pengetahuan, dan terbatasnya
finansial mereka, ikan-ikan yang tercemar ini dikonsumsi oleh masyarakat
pesisir tersebut dan menyebabkan sejumlah penyakit berbahaya. Ini
disebabkan karena kurangnya pendidikan dikalangan masyarakat pesisir
tersebut, dan juga karena terbatasnya perekonomian mereka. Maka
diharapkan kedepannya ada sebuah sistem yang lebih baik yang diciptakan
untuk menjadikan para masyarakat pesisir tersebut lebih berwawasan, maju
secara ilmu dan finansial.
Saya menghimbau agar profesi sebagai nelayan kedepannya bisa dianggap
sebagai suatu prospek bagus bagi pekerjaan di masa depan, selain ikut
membantu Indonesia dalam meningkatkan dunia kelautannya dan
memaksimalkan penggunaan SDA kita dan memperhatikan perawatannya juga.
Dibutuhkan kerjasama negara dengan distributor, dan para nelayan yang
didukung oleh masyarakat untuk memperbaiki keadaan masyarakat pesisir
tersebut. Saya pun menghimbau kepada para sarjana/orang yang
berpendidikan kelautan ikut mendukung segala program untuk membudiyakan
masyarakat pesisir tersebut kearah yang lebih baik. Karena bagaimanapun
juga, masyarakat pesisir adalah pahlawan, tidak hanya di bidang
kelautan, mereka adalah orang yang juga berjasa bagi negara kita.
Sub-Tema: Wawasan kemaritiman di kalangan masyarakat pesisir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar