Selasa, 30 Oktober 2012

Teknologi PemeliharaanKerang Mutiara untuk Masyarakat Pesisir

I.  PENDAHULUAN
               Prinsip dasar aktualisasi prospektif terhadap bidang kelautan dan perikanan untuk berkemampuan menjadi akar pertumbuhan perekonomian masyarakat pesisir, perlu mendapatkan perhatian sangat serius. Kenyataan komperatif sumber daya laut dan pesisir dapat memberi harapan berbagai aktivitas home industri dan sistim pabrikasi.                Wujud kegiatan  ekonomi masyarakat pesisir dalam  pemanfaatan sumber daya alam dapat dipastikan mampu membentuk rantai pergerakan ekonomi  yang berperan sebagai lokomotif. Aktivitas pemanfaatan sumber daya laut dapat ditata menjadi rantai ekonomi yang dapat memunculkan kegiatan ekonomi lainnya. Industri hilir dan mudik yang dapat tampil sesuai dengan kebutuhan naluri bisnis membutuhkan berbagai lini pembatas, terutama terhadap upaya-upaya pelestarian sumber daya alam dan keteraturan roda perekonomian ditengah masyakarat.
                Diantara potensi sumberdaya alam yang dapat mengangkat taraf perekonomian masyarakat pesisir adalah usaha pemeliharaan kerang mutiara.    Mutiara merupakan komoditas dari sektor Kelautan dan
Perikanan yang bernilai ekonomi tinggi.  Banyaknya peminat perhiasan mutiara dengan harga yang terus meningkat sangatlah berdampak positif terhadap jaminan peluang pasar. Posisi Indonesia kini telah  menduduki tahap 26 %  mutiara dunia dan diperkirakan masih dapat dikembangkan menjadi  50%.
                        Upaya merintis usaha bidang mutiara mengalami perkembangan pesat, dimulai dari penyelaman di dasar laut dan kini telah berhasil dilakukan upaya budidayanya. Usaha pengadaan mutiara melalui penyelaman di dasar laut semata, jelas  akan mengalami penurunan stock. Sementara permintaannya di pasar domistik dan manca negara terus meningkat dengan harga yang meningkat pula. Menanggapi kebutuhan mutiara  di tingkat dunia dan upaya untuk tetap melestarikan sumber daya laut kiranya sudah waktunya bagi masyarakat pesisir untuk memulai dan mengembangkan usaha budidaya kerang mutiara.  Masyarakat pesisir perlu dibina, bagaimana secara teknis budidaya dilakukan yaitu dimulai dari pembenihan sampai pasca panen. Selanjutnya penumbuhan dan pengembangan usaha pemeliharaan kerang mutiara masyarakat pesisir membutuhkan perhatian pemerintah serta kerjasama lintas lembaga yang terkait dan saling terkait.

         II. JENIS-JENIS KERANG MUTIARA.
               Kerang mutiara yang dikembangkan di Indonesia dengan sebutan south sea pearl adalah jenis Pinctada Maxima. Jenis Pinctada Maxima paling banyak digemari


Gambar  2. Koleksi mutiara Indonesia yang berada di pasar manca negara
diantara jenis lainnya seperti Pinctada margaritifera, Pinctada fucata, Pinctada martensii, Pinctada chemnitzi dan Pteria penguin. Kerang jenis Pinctada Maxima pada dewasa penuh mempunyai ukuran mencapai 4 inchi dan rata-rata 3 inchi dengan bentuk kecembungan rata, warna luar coklat kekuning-kuningan dan garis cangkang pucat. Memiliki 9 -10 cangkang dengan interior narce  putih perak dan kuning emas. Kerang jenis Pinctada Martensii  pada dewasa penuh mempunyai ukuran mencapai 4 inchi dan rata-rata 3 inchi dengan bentuk kecembungan cembung, warna luar abu-abu kuning dan garis cangkang coklat ungu. Memiliki 60 - 100 cangkang dengan interior narce  perak kehijauan dan jingga kuning. Kerang jenis Margaritifera, pada dewasa penuh mempunyai ukuran mencapai 4 inchi dan rata-rata 3 inchi dengan bentuk kecembungan agak cembung, warna luar kuning abu-abu  dan garis cangkang garis bintik. Memiliki 15 cangkang dengan interior narce  warna baja dan hijau metalik.

III. PROSES PEMBENTUKAN MUTIARA DAN WARNANYA.  
                       Proses mulanya mutiara terbentuk karena adanya respon dari kerang untuk menghindari kesakitan akibat dari adanya bentuk asing di dalam tubuhnya. Pada  cangkang (kulit kerang) terdapat   bermacam-macam lapisan dan lapisan induk terdapat pada bagian dalam. Bilamana  terdapat partikel benda asing yang menyakitkan misalnya sebutir pasir maka organ tubuh tiram yang disebut mantel akan mulai melapisi dengan “nacre” pelindung (lapisan induk mutiara) ke sekelilingnya, hasilnya mungkin akan menjadi sebutir mutiara. Lapisan yang membalut partikel terdiri dari mineral yang dihasilkan oleh kerang atau tiram. Mutiara yang akan dihasilkan akan memperlihatkan warna-warni yang menarik jika lapisan tersebut terdiri dari narce.  Akibat adanya narce, mutiara akan berwarna-warni yang menggairahkan (orient) dan berbentuk indah sehingga menghasilkan harga yang tinggi. Overtone yang berda di bawah orient merupakan warna tubuh tiram dan menjadi warna latar belakang dari mutiara. Overtone

      Gambar 3. Pembentukan mutiara dalam kerang dan mutiara yang telah terbentuk.
          menghasilkan sinar yang memantul dan berasal dari permukaan mutiara dalam bentuk warna yang beragam seperti ungu, kuning dan warna lainnya. Warna dasar mutiara beranjak dari tiga dasar warna yaitu warna hitam, putih dan aneka warna. Adapun warna-warna yang tercermin dari mutiara adalah merah, kuning, pelangi, violet, biru abu-abu dan brons, biru tua serta hijau biru. Tergolong dalam warna putih antara lain krem, merah muda dan kuning merah. Untuk mutiara yang indah biasanya memiliki tiga warna sekaligus yaitu overtone krem,merah bunga mawar dan biru kehijauan.


                              Gambar 4. Produksi mutiara yang telah dilakukan pasca panen.

         IV. MORFOLOGI. ANATOMI DAN SIKLUS HIDUP.
               Mutiara  ditutupi oleh sepasang kulit kerangnya yaitu kulit sebelah kanan berbentuk  pipih dan  sebelah kiri berbentuk cembung. Besar diameter dorsal-ventral dan anterior-posterior hampir sama  dan bentuknya agak bundar. Dorsal berbentuk datar dan panjang seperti engsel berwarna hitam, berfungsi  untuk membuka dan menutup cangkang. Cangkang terdiri dari  zat kapur yang berasal dari epithel luar. Sel epihtel luar memproduksi kalsium karbonat (CaCO3) dalam bentuk kristal argonit dan dikenal dengan  nacre. Kristal heksagonal kalsit  berperan sebagai penghasil lapisan  prisma di cangkang. Susunan tubuh tiram mutiara terdiri atas  bagian   kaki,    mantel,  dan   organ

                                            Gambar 5. Kerang mutiara (cangkang luar dan dalam)
          dalam. Bagian kaki elastis dengan susunan jaringan otot yang dapat merenggang hingga tiga kali dari semula. Fungsi kaki adalah sebagai alat pembersih dan bergerak sebelum  menetap pada substrat. Bysus terdapat pada bagian kaki, berbentuk rambut, berwarna hitam dan berguna untuk melekat pada substrat.  Sejumlah hermaprodit terjadi perubahan sel kelamin (sel reversal) dan terjadi pada fase mulanya perkembangan gonad. Kondisi demikian menunjukkan bahwa jenis kelamin pada kerang mutiara umumnya tidak tetap. Pada kondisi matang penuh gonad tebal menggelembung dan gonad menutupi organ-organ dalamnya seperti hati, perut dan organ dalam lainnya. Pada fase awal sulit membedakan antara gonad jantan dan betina berdasarkan kakinya karena keduanya berwarna yang sama (crem kekuningan). Tetapi pada kondisi matang penuh (Pinctada maxima) telah terjadi perbedaan diantara keduanya yaitu yang jantan akan berwarna putih crem dan yang betina berwarna kuning tua. Namun tidak seluruh kerang mutiara terjadi demikian, pada Pinctada fucata  warna gonad  terjadi sebaliknya. Kondisi kematangan gonad kerang mutiara dapat dibedakan menurut lima tingkatan yaitu :                                                                                                                                               a. Tingkatan pertama merupakan tahap tiram mutiara tidak aktif, bentuk gonad    mengecil dan bening, rongga kosong, warna sel kekuningan, gonad berwarna orange pucat dan pada kondisi demikian sulit untuk dibedakan antara betina dan jantan.
         b. Tingkatan kedua merupakan tahap pematangan. Inti belum terlihat, disepanjang dinding kantong gonad mulai berkembang gamet. Diseketar otot refractor sepanjang posterior mulai berkembang gonad dan gamet mulai berkembang diseluruh dinding gonad. Bakal telur masih belum beraturan bentuknya dan masih belum ditemukan inti.
          c.    Tingkatan ketiga merupakan tahap matang. Diseluruh jaringan organ hampir merata tersebar gonad.                                                                                                                                
         d.   Tingkatan keempat merupakan tahap matang penuh dan siap memijah. Bentuk gonad menggembung, tersebar merata  dan keluar dengan sendirinya serta kondisi oosyt telah benbentuk bulat dan menyebar diseluruh kantong.                                                                          
         e.   Tingkatan kelima merupakan tahap salin. Sedikit gonad (kelebihan gamet) tertinggal di lumen (saluran pada organ reproduksi) dan gonat mulai menyusut serta mengkerut, oxsyt yang tertinggal sedikit dan sudah berbentuk bulat.

IV. TEKNIK REPRODUKSI.      
            Sebelum kegiatan pembenihan dilakukan, terlebih dahulu dilakukan kultur pakan alami dan dilanjutkan dengan seleksi induk, pemijahan, pemeliharaan larva, pemeliharaan spat, dan pendederan.
        4.1. Seleksi induk
                       Kerang mutiara dapat dijadikan induk pada ukuran 17-20 cm. Tingkat kematangan gonad merupakan syarat paling penting untuk diperhatikan. Untuk induk-induk yang berasal dari hatchery kadang kala induk jantan pada ukuran 15 cm sudah dapat dijadikan induk. Seleksi induk dapat dilakukan diatas rakit khusus yang terpasang dilaut. Induk dibuat dalam posisi berdiri sehingga cangkangnya terbuka karena kekurangan oksigen. Selanjutnya pada cangkang dipasang alat pengganjal cangkang. Sibakkan insang dengan menggunakan spatula untuk memperhatikan posisi gonad dan secara langsung dapat diperhatikan kondisi gonad. Induk yang berada di hatchery dibutuhkan pemberian pakan hidup seperti komposisi Isocrysis Galbana dan atau Pavlova luthri dengan Tetraselmis tetrathele atau Chaetoceros sp. dengan perbandingan 1:1, jumlah pakan yang diberikan antara 25.000- 30.000 sel/cc/hari.


         4.2. Pemijahan
               Pada kerang mutiara dewasa dapat terjadi pemijahan secara alami dengan kondisi gonad matang penuh yang biasanya terjadi pada kondisi perubahan lingkungan perairan. Secara perlakuan dapat dilakukan melalui proses shock mekanik pada saat cangkang dibersihkan atau melalui perbedaan tekanan. Selanjutnya kerang dibawa ke peraian dangkal yang sudah disiapkan. Untuk melakukan pemijahan kerang dapat dilakukan dengan dua cara yaitu manipulasi lingkungan dan rangsangan kimia.
a.  Manipulasi lingkungan.                                                       
                       Metode kejut suhu dianggap paling efektif dengan tingkat kegagalan yang relatif kecil. Perlakuan yang dilakukan adalah dengan cara meninggikan suhu yaitu misalnya suhu pertama 280 C ditingkatkan menjadi 350 C. Selanjutnya dinaikkan secara bertahap dan induk-induk akan memijah setelah 1 – 1,5 jam kemudian. Induk jantan lebih dahulu memijah dibandingkan dengan induk betina dan induk jantan mengeluarkan sperma yang berwarna putih.  Sistim manipulasi lingkungan dapat juga dilakukan dengan kejut suhu. Suhu dirubah-rubah seperti diatas sampai tiram memijah.                      Selanjutnya dapat juga dilakukan dengan metode ekspose yang sering dikombinasikan dengan metode kejut suhu. Induk dibiarkan selama 30-45 menit ditempat teduh dan dilanjutkan dengan proses ekspose selama satu sampai dua jam kemudian dikembalikan lagi ke bak pemijahan, Sistim ini dapat juga dikombinasikan dengan fluktuasi suhu.
           b.  Rangsangan kimia
              Walaupun diperoleh hasil fertilasi atau pembuahan yang kurang baik sering juga dilakukan proses pemijahan dengan menggunakan bahan kimia. Tujuan penggunaan bahan kimia dalam proses pemijahan tiram adalah untuk merubah lingkungan mikro pada tempat pemijahan. Bahan kimia digunakan untuk merubah kondisi air terhadap pHnya sehingga induk tiram menjadi shock dan mengeluarkan sel-sel gonatnya. Bahan di gunakan diantaranya H2O2, NaOH, NH4OH,  NH4 dan bahan lainnya.

         V. PENETAPAN LOKASI.        
                Dalam menetukan lokasi usaha kerang mutiara tidak seluruh daerah pesisir dapat dimanfaat sebagai perairan pemeliharaannya. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan terutama pada permasalahan teknisnya.  



Gambar  6. Lokasi dan usaha pemeliharaan kerang mutiara 
               Faktor ekologi yang sangat mempengaruhi diantaranya  kualitas air, pakan, dan kondisi fisiologis organisme. Lokasi pemeliharaan dan pembenihan membutuhkan perairan yang laut tenang dekat dengan pantai dan terlindung dari angin musim dengan kondisi  gelombang yang tidak besar. Jika tidak tepat dalam pemilihan lokasi dapat berakibat stress fisiologis yang akan mengganggu kondisi hidup induk kerang mutiara. Perairan dasar yang tepat adalah karang berpasir dan atau pecahan-pecahan karang. Kondisi perairan sebaiknya pada arus yang tenang agar terhindar teraduknya pasir perairan yang masuk ke dalam tiram sehingga dapat menurunkan kualitas mutiara yang dihasilkan. Untuk memastikan kondisi air tetap terjadi pergantian dan terhindarnya dari pengaruh limbah maka situasi pasang surut harus menjadi perhatian. Salinitas air dibutuhkan perairan dengan salinitas antara 32-35 ppt. Suhu yang baik untuk pemeliharaan tiram mutiara adalah hanya berkisar antara 25-30 0C. Tingkat kecerahan air yan dibutuhkan berada antara 4,5 - 6,5 meter. Cangkang akan terbuka sedikit pada kondisi ada cahaya dan terbuka lebar pada kondisi tanpa cahaya. Agar tiram dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dibutuhkan pH pada kisaran  7,8- 8,6. Habitat kerang mutiara pada pH lebih tinggi dari 6,75 dan tidak dapat berproduksi  pH melebihi 9,00. Kandungan oksigen yang dibutuhkan  berkisar 5,2-6,6 ppm. Pinctada maxima  ukuran 40-50 mm membutuhkan oksigen  1,339 l/l, ukuran 50 – 60 mm membutuhkan oksigen sebanyak 1,650 l/l, untuk ukuran 60 – 70 mm membutuhkan oksigen sebanyak 1,810 l/l.
                        Selanjutnya selain faktor-faktor diatas, beberapa parameter lain yang perlu diperhatikan pada perairan pemeliharaannya adalah kandungan phospat, nitrat dan amoniak. Kandungan phospat yang dibutuhkan pada kisaran 0,1001-0,1615 g/l. Kisaran nitrat yang layak untuk organisme yang dibudidayakan sekitar 0,2525-0,6645 mg/l dan nitrit sekitar 0,5-5 mg/l. Toleransi amoniak yang diizinkan  berkisar antara 0,4-3,1 g/l.

        VI. METODE PEMELIHARAAN TIRAM MUTIARA.
            Teknik pemeliharaan kerang mutiara paling banyak dilakukan dengan cara menggantungkannya di dalam perairan. Untuk kebutuhannya dilengkapi alat dan tempat untuk menggantungkan kerang mutiaranya. Ada dua model dalam teknis pemeliharaan demikian yaitu model rakit terapung (floating raft method) dan model tali rentang (long line method). Model yang pertama perangkatnya dilengkapi dengan rakit apung yang berfungsi untuk pemeliharaan induk, pendederan, pembesaran dan  sebagai aklimatisasi (beradaptasi) induk pada pasca pengangkutan. Bahan utama yang dibutuhkan adalah kayu rakit (kayu atau bambu), pelampung (drum minyak, fiber glass, styrofoam), tali-tali dan jangkar. Metode yang kedua dikenal denga model tali rentang. Model membutuhkan pelampung dari bahan dari plastik, styrofoam, dan fiberglass. Tali rentang menggunakan polyethelen atau sejenisnya yang dipasang dengan jarak antaranya 5 meter. Model tali rentang cocok untuk perairan yang dalam dengan dasar keras.
             


Gambar  6.  Salah satu model pemeliharaan kerang mutiara.
                        Mutiara bundar yang akan dioperasi inti dengan baik biasanya adalah yang dikumpulkan oleh kolektor dan nelayan walaupun ukuran cangkangnya terdiri dari berbagai ukuran yang membutuhkan proses sortir. Namun untuk yang berasal dari hatchery pada umumnya seragam sehingga dapat langsung dilakukan proses operasi inti. Pemeliharaan benih (spat) yang berukuran dibawah 5 cm dilakukan pada kedalaman 2-3 cm dan untuk ukuran di atas 5 cm dapat dilakukan pada  kedalaman lebih dari 4 cm.

         VII. KESIMPULAN.
7.1.  Peluang pasar mutiara di mancanegara semakin meningkat dengan harga yang cukup tinggi, terutama yang berasal dari Indonesia dan dikenal dengan istilah populer mutiara south sea pearl. Produksi mutiara eksport Indonesia mencapai 26 % dan memiliki peluang untuk ditingkatkan menjadi 50 %.
7.2.  Perairan Indonesia memiliki prospek yang besar untuk dikembangkanya usaha pemeliharaan kerang mutiara oleh masyarakat pesisir. Tumbuh dan berkembangnya usaha pemeliharaan kerang mutiara dapat dijadikan landasan pemacuan pertumbuhan ekonomi masyarakat pesisir.
7.3.  Penumbuhan dan pengembangan usaha pemeliharaan kerang mutiara terhadap masyarakat pesisir membutuhkan perhatian pemerintah serta kerjasama lintas lembaga yang terkait dan saling terkait.
7.4. Rancangan pengadaan usaha pemeliharaan kerang mutiara membutuhkan pemilihan lokasi yang tepat dan kemampuan keterampilan teknis yang memadai.
7.5.   Pelatihan-pelatihan terhadap masyarakat pesisir yang berkeinginan untuk berusaha dalam pemeliharaan tiram mutiara sangat dibutuhkan dalam bentuk kelas pemula dan lanjut, diantaranya penentuan lokasi, teknik pemijahan, teknik pemeliharaan   dan kegiatan pasca panen. 



 

 Oleh : Muhammad Nur Siddiq Zulendra, SMA Sampoerna Academy Bogor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar