Salah
satu penyebab pencemaran air adalah limbah industri (bahan kimia baik
cair ataupun padatan, sisa-sisa bahan bakar, tumpahan minyak dan oli,
kebocoran pipa-pipa minyak tanah yang ditimbun dalam tanah), penggunaan
lahan hijau untuk perumahan dan mall, limbah pertanian (pembakaran
lahan, pestisida), limbah rumah tangga (limbah cair, seperti sisa mandi,
MCK, sampah padatan seperti plastik, gelas, kaleng, batu batere, sampah
cair seperti detergen dan sampah organik, seperti sisa-sisa makanan dan sayuran).
Usaha-usaha
yang dapat dilakukan menjaga air agar tetap bersih diantaranya :
menempatkan daerah industri atau pabrik jauh dari daerah perumahan atau
pemukiman,
pembuangan limbah industri diatur sehingga tidak mencermari
lingkungan atau ekosistem, pengawasan terhadap penggunaan jenis–jenis
pestisida dan zat–zat kimia lain yang dapat menimbulkan pencemaran,
memperluas gerakan penghijauan, tindakan tegas terhadap perilaku
pencemaran lingkungan, memberikan kesadaran terhadap masyaratkat tentang
arti lingkungan hidup sehingga manusia lebih lebih mencintai lingkungan
hidupnya, melakukan intensifikasi pertanian.
Krisis
air juga terjadi di hampir semua Pulau Jawa dan sebagian Sumatera,
terutama kota-kota besar baik akibat pencemaran limbah cair industri,
rumah tangga maupun pertanian. Selain merosotnya kualitas air akibat
pencemaran, krisis air juga terjadi dari kurangnya ketersediaan air dan
terjadinya erosi akibat pembabatan hutan di hulu serta perubahan
pemanfaatan lahan di hulu dan hilir.
Pencemaran
air, seperti di Teluk Jakarta yang berakibat bagi para petambak. Bukan
hanya beberapa spesies ikan yang hilang, tetapi udang dan bandeng juga
banyak yang mati. Secara kimiawi, pencemaran yang terjadi di Teluk
Jakarta termasuk cukup parah. Sehingga indicator pencemar seperti kerang
hijau terlah berkembang secara pesat. Selain itu, penggunaan pestisida
yang berlebihan dan berlangsung lama juga akan berakibat terjadinya
pencemaran air.
Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki karakteristik yang berbeda-beda, seperti :
· Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi.
· Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan kebutuhan
oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya oksigen yang
dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem.
· Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti logam berat,
terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen
dalam air.
· Seperti limbah pabrik yg mengalir ke sungai seperti di sungai Ciliwung, Citarum dan
sungai Ciujung.
Sejumlah
besar limbah dari sungai akan masuk ke laut. Polutan ini dapat merusak
kehidupan air sekitar muara sungai dan sebagian kecil laut muara.
Bahan-bahan yang berbahaya masuk ke laut atau samudera mempunyai akibat
jangka panjang yang belum diketahui. Banyak jenis kerang- kerangan yang
mungkin mengandung zat- zat yang berbahaya untuk dimakan.
Laut
dapat pula tercemar oleh yang asalnya mungkin dari pemukiman, pabrik,
melalui sungai. Minyak dapat mematikan burung dan hewan laut lainnya,
sebagai contoh efek keracunan dapat dilihat di Jepang. Merkuri yang
dibuang oleh sebuah industri ke teluk Minamata terakumulasi di jaringan
tubuh ikan dan masyarakat yang mengkonsumsinya menderita cacat dan
meninggal.
Pencemaran
air yang terjadi di berbagai wilayah di Indonesia, telah mengakibatkan
terjadinya krisis air bersih. Lemahnya pengawasan pemerintah serta
keengganan untuk melakukan penegakan hukum secara benar menjadikan
problem pencemaran air menjadi hal yang kronis yang makin lama makin
parah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar